Garuda Indonesia Akan Habiskan 60 Triliun Untuk Pesanan Boeing

(Business Lounge – Business Insight) Garuda Indonesia telah mengumumkan pemesanannya atas pesawat Boeing sebanyak 50 pesawat senilai hampir US $ 5 miliar (60 triliun rupiah) pada Senin (13/10). Garuda memesan 46 Boeing 737 MAX 8 yang adalah jet terbaru dari Boeing dan mengubah 4 pesanan yang sudah ada sebelumnya dari 737-800 menjadi 737 MAX 8, demikian hal yang juga dikonfrimasikan oleh Boeing seperti dilansir oleh AFP. ” ini membantu kami untuk melanjutkan komitmen dalam menawarkan kenyamanan bagi masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara, serta perjalanan udara yang paling efisien di daerah ini,” demikian disampaikan Emirsyah Satar, CEO Garuda. Ke-50 pesawat Boeing 737 MAX 8 ini akan menggantikan pesawat B737-800NG yang telah berusia 12 tahun dan akan segera berakhir masa sewanya.

Selain itu dengan pesawat-pesawat baru ini maka diharapkan kualitas layanan dan kenyamanan para penumpang juga akan terjaga apalagi pesawat yang akan digunakakan adalah pesawat berusia rata-rata 5 tahun.

737 MAX adalah keluarga pesawat jet tunggal yang dapat membawa sekitar 200 penumpang. Sesuai informasi dari Boeing, seperti dilansir oleh AFP, 737 adalah pesawat paling hemat bahan bakar hingga saat ini. Selain itu biaya operasionalnya juga murah serta memiliki tingkat kebisingan dan emisi yang lebih rendah. Garuda saat ini mengoperasikan 77 buah pesawat Boeing 737.

Sektor penerbangan di Indonesia yang merupakan negara terpadat keempat di dunia ini, telah berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir sebagai ledakan perekonomian menciptakan konsumen kelas baru. Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan milik negara, memang telah menghadapi persaingan yang ketat dari Lion Air dan Air Asia.

Penggantian armada tersebut sejalan dengan program perusahaan untuk mengantisipasi pasar angkutan udara di Indonesia dan regional yang terus meningkat serta menjaga kesinambungan bisnis dan market share Garuda di pasar Full Service Carrier.

Garuda Indonesia Dari Masa ke Masa

Garuda Indonesia memulai penerbangannya dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda di akhir 1940-an, ketika Garuda menerbangkan angkutan khususnya dengan Douglas DC-3. Sehingga 26 Januari 1949 diakui sebagai tanggal berdirinya maskapai ini yang kemudian dikenal sebagai “Garuda Indonesia Airways. Pesawat pertamanya adalah DC-3 dikenal sebagai Seulawah (Gunung Emas/ pujian) dan dibeli dengan nilai pertanggungan sebesar 120.000 dolar Malaya, yang disediakan oleh orang-orang Aceh (terutama pedagang lokal). Selama revolusi, maskapai ini mendukung kepentingan Indonesia, seperti membawa pemimpin Indonesia untuk misi diplomatik. Sejak itulah Garuda Indonesia menjadi maskapai penerbangan resmi milik negara yang terus berkembang.

Di dalam perjalanannya, tidak dapat dipungkiri bahwa Garuda pernah melewati masa sulit pada tahun 1990-an dan awal 2000-an, saat maskapai berlambang Burung Garuda ini terganggu oleh berbagai masalah, termasuk banyaknya utang dan catatan keselamatan yang buruk.

Pada bulan Juni 2007, Uni Eropa pun melarang Garuda Indonesia, bersama dengan semua maskapai penerbangan Indonesia lainnya, terbang ke semua negara-negara Eropa, setelah kecelakaan Boeing 737-400 di awal tahun tersebut. Dengan dukungan industri penerbangan internasional untuk semua maskapai penerbangan Indonesia, Uni Eropa berjanji untuk meninjau larangan dan mengirim tim ahli, yang dipimpin oleh Air Safety Administrator Federico Grandini to Indonesia ke Indonesia untuk mempertimbangkan pencabutan larangan tersebut. Beberapa kali Garuda mengajukan pencabutan larangan tersebut hingga akhirnya terealisasi pada Juli 2009. Garuda pun menjadi maskapai penerbangan Indonesia yang pertama kali terbang ke langit Eropa.

Pada tahun 2011, Garuda menerbangkan 17,1 juta penumpang naik, 39% dari tahun lalu, sedangkan total pendapatan melonjak 38% menjadi Rp27.1 triliun ($ 2,95 miliar). Komposisi penumpang pada rute domestik dan rute internasional adalah 81% berbanding 19% masing-masing.

Pesawat pengganti yang telah dipesan ini, akan tiba secara bertahap mulai tahun 2017 hingga 2023 mendatang, sesuai dengan berakhirnya masa sewa pesawat B737-800NG.

Layanan Jakarta London

Pada 8 September 2014 Garuda Indonesia memulai layanan penerbangan Jakarta-London Gatwick-nya menggunakan Boeing 777-300ER dan transit di Amsterdam, Belanda. Selain melanjutkan penerbangan ke London pada tahun 2014 Garuda juga berencana membuka rute internasional ke Manila, General Santos, dan Mumbai.

Pengiriman Pesanan

Pesawat pengganti yang telah dipesan ini, akan tiba secara bertahap mulai tahun 2017 hingga 2023 mendatang, sesuai dengan berakhirnya masa sewa pesawat B737-800NG.

uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x