(Business Lounge – Lead & Follow) Bernhard Sumbayak dalam Indonesia Leadership Model menemukan bahwa untuk keberhasilan dalam kepemimpinan dibutuhkan sebuah karakter yang melekat pada seorang pemimpin yaitu Persistence.
Persistence adalah sebuah sikap seorang pemimpin yang tidak pernah berhenti berjuang, tidak berhenti berusaha sekalipun nampaknya perjalanan, perjuangan, yang dihadapi, yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu contoh pemimpin yang Persistence adalah Perdana Mentri Inggris Winston Churchill yang dilantik pada bulan Mei tahun 1941, tepat pada permulaan perang dunia pertama. Saat itu Winston Churchill adalah pemimpin perang melawan Nazi Jerman yang mempertahankan Inggris dari serangan Hitler, ia mengatakan kepada bangsanya supaya jangan menyerah, supaya tetap bertahan. Pada saat itu ia mengutip lagu yang dinyanyikan waktu dia masih kecil, “Never, ever, ever, ever, ever, ever, ever, give up. Never give up. Never give up. Never give up.” Sikapnya ini membuat seluruh Inggris bertahan, dan Inggris menjadi satu-satunya negara yang tidak berhasil dikuasi oleh Nazi Jerman.
Persistence tumbuh dari passion yang dimiliki oleh seorang pemimpin atau siapapun dia, karena dia memiliki visi kedepan, visi yang sering tidak dilihat oleh orang lain. Thomas Alva Edison penemu lampu pijar adalah seorang yang Persistence. Dalam imajinasinya Thomas sudah melihat apa yang akan terjadi dengan lampu pijar, ia tidak berhenti melakukan percobaan, percobaan yang dilakukan untuk menemukan lampu pijar berjumlah hingga 9.999 kali, ia tidur hanya 4 jam sehari dan bekerja keras tanpa henti hingga ia menemukan lampu pijar listrik yang pertama.
Pemimpin yang Persistence adalah seorang yang optimis, Winston Churchill memiliki kata-kata yang terkenal “The pessimist sees the problems in every opportunity. Whereas the optimist sees the opportunity in every problem.” Seorang yang Persistence melihat kesempatan disetiap masalah yang dihadapinya, tapi seorang yang cepat menyerah akan melihat masalah di setiap kesempatan yang terbuka baginya. Pernyataan ini adalah sebuah kenyataan dan menjadi cermin buat seorang pemimpin, bila setiap hari seorang pemimpin lebih banyak melihat masalah daripada kesempatan dan membuatnya lemah, dia bukan seorang yang Persistence.
Albert Einstein seorang yang terkenal genius, juga seorang yang Persistence dan dia menemukan bahwa “Genius is 1% talent and 99% percent hard work.” Nilai yang ditemukan pada seorang yang Persistence adalah seorang yang bekerja keras, kebanyakan karya-karya besar di dunia ini bukan dikerjakan karena talenta atau bakat namun karena kerja keras.
Terus menerus dan tidak berubah-ubah adalah sikap seorang yang Persistence, yang memberikan sinyal bahwa kepemimpinan memerlukan usaha yang tidak berhenti. Untuk keberhasilan memimpin tidaklah dapat ditempuh hanya dalam waktu satu hari, namun memerlukan usaha yang terus menerus dan tidak pernah berhenti, juga memandang lurus kepada visi didepan dengan tidak berubah-ubah, bukan juga hanya sementara, dan bukan secara periodik.
Memiliki karakter pemimpin yang Persistence sendiri memerlukan latihan yang bukan sebentar, tidak ada mata kuliah untuk hal ini, pelajaran yang langsung timbul dalam perjalanan memimpin itulah latihan yang paling berguna dan dapat mengubah sikap seorang pemimpin. Winston Churchill sendiri sudah mulai belajar Persistence sejak dia masih kecil menyanyikan lagu never give up yang terus timbul sepanjang hidupnya hingga akhir hayatnya.
Fadjar Ari Dewanto/Managing Partner Business Advisory Vibiz Consulting/VMN/BL