(Business Lounge – Travel) Kota yang unik, itulah yang tepat untuk menggambarkan Tokyo. Kota yang dahulu bernama Edo pada jaman Dinasti Edo ini , kini adalah kota yang sangat dinamis.
Kota ini serba modern dan sangat memberikan kemudahan bagi kenyamanan hidup dan memperhatikan kesehatan serta higienitas yang tinggi. Sebagai contoh, sebagai pengganti warung minuman terdapat vending machine yang dapat ditemukan di semua jalan kota. Demikian juga dengan teknologi toilet. Anda tidak perlu menyentuh closet dengan tangan, dengan adanya sensor ketika kita memasuki pintu toilet, tutup closet terbuka dan menutup dengan sendirinya. Selain itu di banyak tempat tersedia semprotan pencuci tangan anti bacteri dan virus tanpa alkohol. Kebersihan akan sangat terjaga di semua lorong kota.
Kota Budaya
Namun di kota ini juga terpelihara bangunan tua seperti Bank of Tokyo, Japan Rail yang sudah berpuluh tahun beroperasi, Istana Kerajaan dengan taman bonsai pinus yang cantik, dan banyak lagi. Begitupun dengan budaya asli yang masih terpelihara dengan baik seperti baju kebangsaan Kimono yang dapat ditemukan dipakai orang di jalan-jalan atau gedung kesenian pertunjukan wayang yang masih diminati masyarakat.
Berbeda lagi dengan anak-anak muda di Harajuku juga menunjukkan style generasi baru yang unik dengan costume play yang seru, rambut berwarna-warni, pakaian yang cute ala navy ataupun brokat-brokat manis. Sedangkan bagi para pekerja kantoran warna favorit adalah biru, putih, coklat. Warna hitam hanya digunakan untuk acara kematian dan pernikahan serta dibedakan dari asesorisnya.
Sedangkan makanan tradisional, tetap menjadi makanan favorit utama rakyat Jepang, walaupun bertaburan makanan-makanan dunia Barat lainnya seperti hamburger, french fries, spagetti. Makanan tradisional inilah rahasia yang membuat mereka sehat seperti sea weed, natto, salmon, green tea yang kaya anti oksidan dan Omega 3, ditambah aktif berjalan kaki setiap hari membuat mereka sehat hingga usia tua.
Karakteristik Yang Sama
Di Tokyo, saya memiliki pengalaman betapa “helpful“-nya warga di sini. Ketika bertanya mengenai beberapa lokasi tujuan saya, walau mereka kurang mengerti bahasa Inggris, namun mereka rela membuka gadget mereka membrowsing dan menuntun jalan langsung hingga bertemu tempat yang dicari, hal ini sangat berkesan di hati.
Sedangkan yang unik lagi adalah bagaimana kebanyakan mereka juga sangat menyukai tokoh-tokoh kartun dan anime, mereka dapat begitu ekstrim menjadi pengoleksi benda2 kartun dan anime. Jika Anda pergi ke Disney Park misalnya, Anda akan melihat orang dewasa, bukan hanya anak-anak bahkan senior adult yang mengenakan kostum Disney lengkap dengan pernak pernik assesoris, koleksi boneka atau pin di tas atau baju mereka, mereka rela antri lama demi berfoto dengan Mickey, Minnie dan tokoh Disney lainnya.
Biaya Hidup
Bagaimana dengan biaya hidup?
Wow..jangan dibandingkan dengan Jakarta. Sepiring yakimeshi atau nasi goreng Jepang harganya berkisar 800-1000 Yen (sekitar Rp. 100.000 hingga Rp. 120.000). Makanan “warteg” (namun bersih dan nyaman) bagi para pekerja bangunan memiliki harga termurah berikisar 500-600 Yen (Rp 60.000 – 75.000). Jika mau irit, hamburger berkisar di 500 Yen atau Onigiri, nasi berbungkus sea weed berbentuk segitiga dapat ditemukan dimana-mana dengan harga 200-300 Yen (Rp 25.000 – 375.000).
Menyewa apartemen dengan 2 kamar harga per bulan sekitar 60.000 Yen (7,5 juta rupiah). Kecuali untuk expatriate rate sekitar 100.000 Yen/bulan (12,5 juta ruoiah). Namun tingkat pendapatan mereka juga jauh lebih tinggi dari Indonesia. Seorang tukang sapu di Disney Park dibayar sekitar 1000 Yen/jam. Jika dalam sehari 5 jam kerja dan seminggu ada 20 hari kerja maka penghasilannya sudah 100.000 Yen (12,5 juta rupiah) per bulan atau sebanding dengan Rp. 12.000.000. Pilih mana? Jadi tukang sapu di Tokyo atau menjadi Manager di Indonesia?? hehehe..
Tertarik tinggal di Tokyo? Siapkan kompetensi kerja, sebab tidak ada yang boleh pengangguran di usia produktif di sana. Apakah tidak ada gelandangan? Gelandangan dan daerah kumuh di masa resesi ekonomi seperti sekarang ini tentu masih ada, namun jumlahnya sedikit dan hampir tidak terlihat di hiruk pikuknya kota. Namun bila sekedar jalan-jalan, Tokyo adalah kota yang unik yang layak Anda kunjungi.
Vera Herlina/Head of Followership and Leadership Academy/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image : Vera Herlina