Mozambik, Mengentaskan Kemiskinan Dengan Pendidikan Pra Sekolah

(Business Lounge – News & Insight) Tidak ada kata berhenti untuk belajar. Mungkin kita pun tidak tahu persis kapan pertama kali kita mulai belajar sebab dari sejak seorang bayi dikandung saja pun, ia sudah mulai belajar. Seorang ibu akan memperdengarkan bayinya musik-musik classic, bahkan bagi tradisi beberapa bangsa pada waktu si ibu mengandung, ia akan belajar matematika demi mendapatkan buah hati yang cerdas.

Ketika seorang bayi lahir, maka untuk bernafas pun ia perlu belajar, untuk menangis, untuk menyusu dan seterusnya. Beljar memang suatu proses yang akan terus berlangsung selamanya.

Begitu juga dengan kegiatan belajar yang terjadi di Mozambik (atau biasa dikenal dengan Republik Mozambik), Afrika Tenggara.

Kegiatan Belajar Pra Sekolah

Tepatnya di sebuah daerah terpencil Mahuntsane, propinsi Gaza. Kegiatan belajar secara non formal sudah dimulai dari usia pra sekolah dan dilakukan tidak harus di dalam sekolah. Misalnya saja di udara terbuka, di bawah pohon besar atau di tempat-tempat umum lainnya.

Kegiatan belajar ini menggunakan Bahasa Portugis sebagai bahasa pengantarnya.

Berkumpulah puluhan anak-anak usia 3 – 5 tahun, duduk membentuk lingkaran. Kemudian seorang guru bermodalkan beberapa botol air, mengajari anak-anak ini berhitung. Tidak lupa ia menyiapkan sebuah papan tulis dan kapur untuk menulis.

Seperti yang dilaporkan oleh World Bank, kegiatan belajar ini dilangsungkan setiap pagi. Selain belajar menghitung, mereka pun mempelajari organ-organ tubuh, mengenal jenis-jenis, juga belajar mengenal huruf dan bersosialisasi.

Kebanyakan mereka adalah anak-anak dari masyarakat miskin, anak yatim piatu oleh karena orang tua mereka adalah penderita AIDS, anak dari penambang di Afrika Selatan dan lainnya. Biasanya mereka akan ditinggal seharian tanpa pengawasan atau pun dalam pengawasan kakak mereka. Namun kegiatan ini memberikan kegiatan yang berbeda pada anak-anak mereka.

Kegiatan belajar non formal ini telah meletakkan dasar yang kuat untuk mempersiapkan anak-anak usia pra sekolah untuk mengasah kemampuan kognitifnya guna mempersiapkan mereka untuk memasuki pendidikan formal.

Kegiatan pra sekolah di Mahuntsane merupakan sebuah program percontohan yang sudah dimulai sejak tahun 2008. Program ini sengaja dibuat untuk memperkuat pengembangan anak usia dini. Sampai hari ini telah ada 30 desa Gaza yang telah menerapkannya.

Program yang ditangani oleh sebuah organisasi nonpemerintah ini ketika dievaluasi maka dinilai berhasil sehingga mendapatkan perhatian dari Departemen Pendidikan sehingga program ini pun ditingkatkan hingga menjangkau 600 komunitas di lima provinsi, dengan jumlah 84.000 anak-anak dengan menerapkan layanan yang akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan mereka.

pra sekolah2

Berkembang di Lima Propinsi

Pemerintah Mozambik sangat merasa perlu untuk berinvestasi dalam pendidikan bagi anak usia dini mengingat kesulitan yang sering kali dihadapi anak-anak pada tahun pertamanya di sekolah dalam membaca dan menulis. Hal ini mendorong pemerintah untuk merancang sebuah strategi nasional yang kemudian melibatkan kementerian sosial, kesehatan, ketahanan pangan dan gizi. Mereka memandang gerakan ini sebagai suatu kebangkitan bagi pemerintah Mozambik.

Tantangan berikutnya juga yang perlu diatasai adalah mensosialisasikan dan memberikan pengertian bagi para orang tua untuk mengijinkan anak balita mereka ikut serta di dalam pendidikan prasekolah ini. Namun pada kenyataannya orang tua menyambut positif program ini sehingga banyak dari mereka yang juga membantu menyiapkan tempat, peralatan dan sebagainya.

Teori Perkembangan Kognitif

Teori Perkembangan Kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog asal Swiss. Teori ini menjelaskan perkembangan konsep kecerdasan yang berdasar kepada kemampuan untuk menggunakan pikiran untuk dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah.

Sehingga pada intinya, anak-anak mulai dari usia dini diajarkan untuk dapat memiliki konsep berpikir yang sesuai dengan realita. Untuk membentuk ini maka belajar dari lingkungan akan sangat membantu.

Melakukan Investasi Awal

Perlu diakui bahwa sering kali kesenjangan dalam hal pendidikan terjadi antara si kaya dan si miskin atau pun di kota dan di desa. Hal ini dipandang sebagai suatu hal yang dapat membahayakan kapasitas anak dan motivasi untuk belajar saat memasuki sekolah dasar. Rendahnya tingkat kesiapan sekolah dapat menyebabkan inefisiensi dalam sistem pendidikan. Anak-anak kurang didukung sedini mungkin. Akibatnya performa akademis mereka menjadi buruk, tidak naik kelas, bahkan putus sekolah. Hal ini menjadi salah satu perhatian Bank Dunia.  Karena itu Bank Dunia pun lebih dari US $ 1,9 miliar untuk mendukung negara-negara miskin dalam kegiatan pengembangan anak usia dini di seluruh dunia.

Program ini telah membuktikan bagaimana pelajar pada tahun pertama semakin berkualitas. Mereka menjadi komunikatif, dapat mengenal huruf, dapat berhitung dan memilki motivasi untuk belajar. Para orang tua pun merasa lebih tenang ketika meninggalkan anak-anaknya di rumah saat mereka harus bekerja di ladang.

Mengentaskan Kemiskinan

Sebuah studi yang dilakukan oleh The Lancet (2011) mendapatkan bahwa pendidikan sedini mungkin akan mendatangkan keuntungan jangka panjang yang significant. Pada studi itu dibahas peningkatan partisipasi prasekolah hingga 50% dari semua anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat mengakibatkan keuntungan seumur hidup dengan kisaran $ 14 – $ 34 miliar.

Pendidikan anak merupakan kunci untuk mengentaskan kemiskinan.

uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Youtube

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x