(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Merek dalam dunia bisnis memegang peranan penting. Suatu produk Yang bermerek seringkali dikatakan memiliki kelas tersendiri. Bahkan ada ungkapan bahwa dengan memakai produk bermerek berarti yang bersangkutan memiliki cita rasa yang tinggi Ini tentunya bagi produk. produk mahal yang mereknya sudah mengglobal.
MEREK BOLEH DISEBUT SEBAGAI JIWA SUATU PRODUK. Artinya, merek akan merefleksikan nilai yang ada pada suatu produk. Merek berarti pula kualitas. Dengan demikian nilal-nilai yang ada pada suatu produk harus dipertahankan. Jika nilai itu berarti kualitas maka kualitasnya harus ditingkatkan sesuai dengan harapan konsumen, setidaknya dipertahankan.
Dalam persaingan bisnis, memenangkan persaingan berarti menggenggam erat nilai-nilai yang terkandung dalam satu merek.
Pemunculan suatu merek bisa berasal dart berbagai sumber. Suatu merek boleh jadi berasal dari nama pemiliknya atau penemunya. Tengok saja Honda yang berasal dart penemunya Soichiro Honda. Banyak juga yang khusus melakukan riset untuk mencari nama yang cocok. Mungkin saja ada yang melakukan kontemplasi untuk menemukan suatu merek.
Menurut Kotler, seni pemasaran sebagian besar terletak pada seni membangun merek. Produk tanpa merek, berarti suatu komoditi belaka. Kalau sudah begini hanya harga yang berperan Selanjutnya yang menjadi pemenang adalah yang biaya produksinya paling rendah. Padahal banyak bukti menunjukkan bahwa merek sangat besar, walaupun yang dijual hanya air dalam kemasan.
Mengingat merek merupakan faktor yang terpenting yang menentukan maju-mundumya perusahaan, tidak heran jika yang berhasil dipertahankan mati-matian. Apalagi jika itu sudah mampu menggaet hati masyarakat. Merek yang ini pasti akan didaftarkan oleh pemiliknya. Di Indonesia persoalan merek diatur oleh Direktorat Jenderal Hak Cipta, dan Merek. Merek yang disahkan oleh kantor ini berarti sudah melewati proses penelitian dan evaluasi. Artinya, pembemerek dari Pemerintah Republik Indonesia memiliki keabsahan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Begitu pentingnya dan kuatnya suatu merek, tidak heran terjadi perang merek. Merek yang berhasil sering ditiru pesaing. Namun, kembali kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, merek yang sudah terdaftar dan oleh pemerintah suatu negara, yang di Indonesia melui Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten, dan Merek, tidak diganggu gugat. Artinya merek yang sah tersebut dilindungi an dan pemakaiannya.
Persoalan perang merek bukan hanya di Indonesia, juga dimanca negara. Walau begitu, kepemilikan suatu merek yang akan dilindungi oleh undang-undang suatu negara. Dalam kasus merek RITZ, cukup menarik perhatian para pemerhati merek. Bayangkan saja merek RITZ yang dipakai oleh PT Ceres sejak 1951 bagi biskuit wafer dan coklat, tiba-tiba diklaim oleh PT Nabisco Foods, sebagai pemegang lisensi dari Nabisco, Inc. sebetulnya bisnis biskuit wafer RITZ sudah dirintis sejak 1949 oleh pengusaha bangsa Belanda. Tidak heran jika Nabisco tidak bisa mendaftarkan merek RITZ bagi biskuit crackernya, Karena merek ini sudah dimiliki PT Ceres. Bahkan nama RITZ sudah menyatu dengan Ceres.
Permasalahan RITZ ini memang berlainan dengan Pierre Cardin yang dipalsu di banyak negara di dunia. Pierre Cardin yang memakai nama penemunya merupakan pemilik yang sah. Bagi pemerhati merek dan pemasar ini jelas sangat mengherankan jika Nabisco yang baru sekitar tiga tahun belakangan tiba – tiba merasa memiliki merek RITZ. Padahal RITZ sudah menjadi kata generik, misalnya RITZIE yang berarti kemewahan. Nama RITZ pun sudah dipakai oleh beberapa bidang usaha di dunia seperti hotel RITZ.
Merek bukan hanya penting bagi suatu produk, lebih luas lagi merek suatu negara juga sangat penting. Maksudnya, nilat suatu negara yang terefleksi dari nama negara tersebut setidaknya harus dipertahankan. Kalau kita lihat yang terjadt di kawasan Balkan, negara Yugoslavia sudah tercabik-cabik menjadi beberapa negara. Sebagai salah satu sponsor terbentuknya Gerakan Non-Blok, nama Yugoslavia pernah begitu harum. Namun, sekarang nama tersebut berarti kebencian, kebengisan, dan kedengkian. Mereka yang tadinya hidup rukun dalam satu atap bemama Yugoslavia kini telah saling membunuh. Seperti biasanya, perang selalu membawa korban yang tidak bersalah. perempuan dan anak-anak. Perkosaan selalu muncul bersamaan dengan peperangan. Lebih celaka lagi adalah masih ada saja di dunia ini bangsa yang ingin menghancurkan bangsa yang lain (genocide). Padahal dunia yang sebentar lagi memasuki abad yang baru, seharusnya bergandengan bersama-sama untuk meningkatkan kemakmuran semua bangsa di bumi ini. (FAD)
(Disadur dari buku mitos-mitos business)
( Vibiz Sales & Service/AA/TML)