(Business Lounge Journal – Global News)
Pada Selasa malam, 7 Januari 2025, para pegolf terbaik dunia berkumpul untuk menghadapi tantangan baru dalam dunia golf. Namun, kali ini, mereka tidak berdiri di atas lapangan hijau seperti biasa—melainkan di depan layar raksasa! Inilah Tech Golf League (TGL), liga golf revolusioner yang didirikan oleh dua legenda golf, Tiger Woods dan Rory McIlroy, bekerja sama dengan PGA Tour.
TGL menggabungkan teknologi simulasi dengan aksi nyata di lapangan hijau mini. Pemain akan memukul bola ke layar digital raksasa sebelum menyelesaikan hole mereka di area permainan pendek sungguhan. Meskipun terdengar futuristik, konsep ini sempat mengalami kendala teknis—debutnya ditunda satu tahun setelah atap arena di Palm Beach, Florida, mengalami kerusakan. Kini, TGL hadir di tengah perubahan besar dalam dunia golf, dengan semakin banyak orang, terutama generasi muda dan wanita, tertarik bermain melalui simulator. Menurut National Golf Foundation, pada 2023, jumlah orang yang bermain golf di luar lapangan (32,9 juta) melebihi mereka yang bermain di lapangan tradisional (26,6 juta).
Bahkan para miliarder dan pegolf top dunia pun melihat potensi besar dalam konsep ini. “Kami ingin membawa demografi baru ke dunia golf,” ujar Woods. “Ini akan sangat menarik untuk ditonton di TV dan bisa menyegarkan permainan ini.” Kini, tantangannya adalah apakah para penggemar juga akan merasakan hal yang sama.
Bagaimana Cara Kerja TGL?
TGL terdiri dari enam tim, masing-masing beranggotakan empat pemain, yang bertanding di SoFi Center—arena canggih seluas 250.000 kaki persegi, seukuran lapangan sepak bola. Pemain memukul bola mereka ke layar setinggi 64 kaki dan lebar 53 kaki, sekitar 24 kali lebih besar dari simulator golf biasa. Setelah bola mencapai jarak 50 yard dari lubang, permainan beralih ke lapangan mini dengan area hijau sungguhan, di mana para pemain akan melakukan chipping dan putting secara langsung. Area hijau ini bahkan bisa berubah bentuk berkat teknologi motor dan meja putar.
Format Kompetisi TGL
Setiap pertandingan mempertemukan dua tim yang bermain selama 15 hole. Setiap tim diwakili tiga pemain dalam satu sesi pertandingan. Formatnya mencakup sembilan hole permainan tim, di mana tiga pemain bergantian memukul, dan enam hole individu, di mana setiap pemain memainkan dua hole penuh. Tim yang memenangkan hole terbanyak akan keluar sebagai pemenang. Musim reguler akan menentukan klub terbaik yang berhak melaju ke babak playoff. Tak hanya itu, ada batasan waktu pukulan 40 detik, sehingga satu pertandingan hanya memakan waktu sekitar dua jam—jauh lebih singkat dibandingkan golf tradisional. “Golf jarang mengalami inovasi, dan ini adalah cara kami mencoba sesuatu yang baru,” ujar Steve Cohen, pemilik New York Golf Club dan pemilik tim baseball New York Mets.
Kenapa TGL Dibentuk?
TGL pertama kali diumumkan pada 2022, bertepatan dengan persaingan antara PGA Tour dan liga golf LIV Golf yang didukung oleh Arab Saudi. Saat LIV Golf menawarkan hadiah besar untuk menarik pemain terbaik, PGA Tour berusaha mempertahankan loyalitas mereka dengan menghadirkan inovasi baru seperti TGL. Ini juga menjadi upaya untuk menyajikan format yang lebih segar bagi penonton modern, yang mencari tontonan lebih cepat dan dinamis.
Namun, pengalaman LIV Golf menunjukkan bahwa uang besar belum tentu menjamin sukses komersial. Meski telah menginvestasikan miliaran dolar, jumlah penonton LIV masih jauh dari harapan. Dengan peluncuran TGL, para pendirinya berharap bisa menciptakan masa depan golf yang lebih menarik dan sukses secara komersial. Apakah TGL akan menjadi gebrakan baru dalam dunia golf? Jawabannya ada di tangan para penggemar!
Di Indonesia, konsep golf berbasis teknologi seperti TGL belum sepopuler di negara-negara Barat, tetapi potensinya cukup besar. Beberapa driving range di kota-kota besar sudah mulai mengadopsi simulator golf untuk latihan, terutama di Jakarta dan Bali, di mana peminat golf cukup banyak.
Prospeknya di Indonesia cukup menjanjikan, mengingat golf semakin diminati oleh generasi muda dan eksekutif yang mencari cara lebih fleksibel dan efisien untuk bermain. Dengan keterbatasan lahan lapangan golf di perkotaan, simulator dan konsep high-tech golf seperti TGL bisa menjadi solusi yang menarik. Jika ada investor dan komunitas golf yang mendorong format ini, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi bagian dari tren global ini.
Tertarik jika TGL hadir di Indonesia?