(Business Lounge – Empower People) Survei Deloitte terhadap ratusan organisasi menyatakan, 87 persen dari organisasi mengatakan bahwa budaya perusahaan dan kesetiaan pegawai (engagement) sebagai salah satu tantangan utama mereka, dan 50 persen menyebutnya sebagai masalah “sangat penting.”
Saat ini organisasi hidup seperti di rumah kaca, tak ada yang bisa ditutup-tutupi, setiap keputusan perusahaan terbuka kepada publik dan segera menjadi pembahasan netters yang akan mempengaruhi para karyawan saat bekerja, termasuk mereka yang berpotensi, kalau pengaruh yang terjadi positif tentunya hal ini tidak berdampak buruk bagi perusahaan. Namun bila berbicara hal yang negatif segera akan mempengaruhi karyawan. Menurut penelitian yang dikeluarkan oleh Gallup, hanya 13 persen dari tenaga kerja global yang setia. Sebagian besar tenaga kerja tidak akan merekomendasikan lowongan pekerjaan di kantor untuk rekan mereka.
Mengingat sorotan keras karena kondisi yang transparansi ini, budaya organisasi dapat menjadi keunggulan-kompetitif atau membawa kegagalan. Budaya organisasi perlu dibangun dan dijalankan oleh seluruh lapisan organisasi agar membawa dampak yang positif. Contohnya bila perusahaan terkenal jujur, maka hal ini meningkatkan kepercayaan kepada perusahaan, dan juga kebanggaan kepada karyawan. Sebaliknya bila budaya perusahaan selalu menjadi masalah untuk masyarakat akan membawa dampak negatif yang membuat karyawan juga tidak bangga dan kehilangan motivasi dalam bekerja.
Mengatasi hal ini, bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan perusahaan? Hal yang pertama perlu dilakukan adalah komitmen dari para pemimpin perusahan untuk membuat kesetiaan pegawai menjadi perhatian mereka yang paling utama. Budaya perusahaan menjadi penting untuk bisa membawa karyawan yang potensil tetap setia. Dengan budaya perusahaan terdengar selalu baik dan menimbulkan kebangaan pada karyawan, ini menciptakan kesetiaan dan juga dorongan untuk bekerja keras.
Selain komitmen para pimpinan, diperlukan juga memodernisasi proses pengukuran dan evaluasi seluruh perusahaan. Patokan perusahaan, berusaha untuk pengakuan eksternal sebagai validasi usaha. Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengukur secara real time: gunakan model atau alat untuk lebih memahami mana yang kuat dan mana lemah serta bagaimana hal itu benar-benar terasa oleh karyawan.
Kesetiaan terhadap pekerjaan juga dipengaruhi oleh berarti atau tidaknya sebuah pekerjaan bagi karyawan karena itu para pemimpin juga senantiasa memberikan pembinaan dan manajemen kinerja sehingga pekerjaan menjadi berati bagi karyawan.
Cultural dan Engagement sangat dipengaruhi juga dengan pandangan perusahaan ke depan, misalnya merencanakan organisasi perusahaan, budaya perusahaan 10 tahun ke depan, sehingga hal ini membuat kesetiaan karyawan, ketika melihat semua visi di masa yang akan datang. Langkah selanjutnya adalah bagaimana menyederhanakan lingkungan kerja. Proses penyederhanaan ini agar terjadi kenyamanan suasana kerja dan menciptakan kesetiaan karyawan. Bila perusahaan memulai melakukan langkah-langkah ini akan memudahkan mengatasi persoalan dalam Cultural dan Engagement.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/Regional Head-Vibiz Research Center