(Business Lounge – Tech) Lenovo Group Ltd mencatat lonjakan laba bersih lebih dari dua kali lipat pada kuartal pertama tahun fiskal yang berakhir Juni 2025, mencapai 505 juta dolar AS, meskipun perusahaan menghadapi hambatan dari kebijakan tarif yang memengaruhi rantai pasok global. Menurut laporan yang dikutip dari Bloomberg dan Reuters, kinerja ini didorong oleh pemulihan permintaan perangkat keras, efisiensi operasional, serta diversifikasi pasar yang memungkinkan perusahaan menahan tekanan dari biaya impor yang lebih tinggi.
Pendapatan Lenovo pada periode ini juga mengalami peningkatan, meski dalam laju yang lebih moderat dibandingkan lonjakan laba bersih. Analis yang diwawancarai Financial Times menilai keberhasilan ini merupakan hasil strategi perusahaan dalam memperluas jangkauan produk ke segmen server, penyimpanan data, dan solusi cloud, yang memberikan margin lebih tinggi dibandingkan bisnis PC tradisional. Meski pasar PC global masih menghadapi volatilitas, Lenovo mampu mempertahankan posisinya sebagai salah satu produsen terbesar di dunia dengan portofolio yang seimbang.
Tantangan tarif, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, tetap menjadi perhatian utama. Biaya tambahan yang timbul akibat kebijakan tersebut memengaruhi harga komponen dan logistik. Namun, Lenovo telah memitigasi dampak ini dengan mengalihkan sebagian produksi ke wilayah lain, termasuk India, Meksiko, dan Eropa Timur, guna mengurangi ketergantungan pada satu pusat manufaktur. Strategi ini sejalan dengan tren global perusahaan teknologi yang mencari jalur pasok alternatif untuk meningkatkan ketahanan operasional.
CEO Lenovo, Yuanqing Yang, dalam pernyataannya yang dikutip Nikkei Asia, mengatakan bahwa perusahaan akan terus berinvestasi pada inovasi dan mengembangkan kapabilitas kecerdasan buatan di seluruh lini produknya. Hal ini mencakup penerapan AI pada laptop generasi baru, solusi data center yang lebih efisien, serta integrasi AI dalam sistem manajemen rantai pasok. Langkah ini diyakini akan menjadi pembeda utama Lenovo dalam persaingan industri teknologi yang semakin ketat.
Pasar Asia tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan Lenovo, dengan kontribusi signifikan dari Tiongkok dan kawasan Asia Pasifik lainnya. Namun, Amerika Utara menunjukkan peningkatan permintaan berkat peluncuran model-model baru yang lebih hemat energi dan mendukung fitur keamanan tingkat lanjut. Eropa, meskipun menghadapi tekanan inflasi, juga menjadi pasar penting dengan adopsi yang meningkat pada produk-produk premium dan perangkat untuk bisnis.
Analis memperkirakan bahwa tantangan tarif akan terus menjadi faktor yang membentuk strategi Lenovo setidaknya hingga akhir 2025. Sementara itu, potensi pertumbuhan akan banyak bergantung pada kemampuan perusahaan menavigasi kompleksitas geopolitik sekaligus mempertahankan daya saing harga. Jika strategi diversifikasi produksi dan inovasi teknologi terus dijalankan secara konsisten, Lenovo diyakini dapat mempertahankan momentum pertumbuhan laba di tengah ketidakpastian global.
Lenovo juga mengisyaratkan kemungkinan ekspansi ke sektor otomotif pintar melalui kemitraan teknologi, memanfaatkan keahliannya di bidang komputasi dan AI. Meski masih dalam tahap awal, peluang ini dapat membuka sumber pendapatan baru dan memperkuat posisi perusahaan di luar pasar tradisionalnya. Dengan capaian kuartal pertama yang kuat ini, Lenovo mengirimkan sinyal bahwa kemampuan beradaptasi akan menjadi modal utama untuk bertahan dan berkembang di lanskap perdagangan global yang terus berubah.