(Business Lounge – Global News) Starship milik SpaceX kembali mengalami kegagalan serius, kali ini bukan di tengah peluncuran, tetapi saat menjalani uji statis di darat. Pada Rabu malam waktu Texas, tanggal 18 Juni 2025, prototipe wahana luar angkasa Starship mengalami ledakan besar saat pengujian pengisian bahan bakar di fasilitas peluncuran milik SpaceX di Boca Chica, dikenal sebagai Starbase. Bola api besar membumbung tinggi, disertai getaran yang terasa hingga ke permukiman warga terdekat. Tidak ada korban luka, namun ledakan ini menambah daftar panjang kegagalan teknis yang menimpa proyek ambisius Elon Musk pada tahun ini. Melalui media sosial X, Musk berusaha menenangkan kekhawatiran dengan menyebut insiden itu hanya “goresan kecil”, namun para pengamat industri melihatnya sebagai ujian serius terhadap ketahanan pendekatan “iteratif” yang selama ini menjadi fondasi filosofi pengembangan SpaceX.
Ledakan ini terjadi pada prototipe Starship nomor seri Ship 36, yang sedang menjalani uji tekan dan pengisian propelan untuk pertama kalinya. Tangki cryogenic metana dan oksigen cair mulai diisi sekitar pukul 11 malam, namun tekanan tinggi memicu pelepasan mendadak di bagian tangki hidung, menyebabkan semburan api dan ledakan keras. Video amatir yang beredar menunjukkan bagian atas Starship yang dilalap api, sementara serpihan tampak beterbangan di sekitar area uji. Tim darurat SpaceX segera menutup area dan melakukan investigasi internal. Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan pernyataan bahwa mereka sedang memantau situasi dan akan menilai kembali jadwal pengujian berikutnya.
Starship merupakan proyek andalan SpaceX dan Elon Musk untuk mengangkut manusia dan muatan besar ke Bulan dan Mars. Dengan tinggi lebih dari 120 meter dan daya angkut yang jauh melebihi roket mana pun yang pernah dibuat sebelumnya, Starship dimaksudkan untuk menggantikan seluruh armada peluncur SpaceX sebelumnya. NASA telah menunjuk Starship sebagai pendarat utama dalam misi Artemis III yang dijadwalkan pada 2027, di mana manusia akan kembali menginjakkan kaki di Bulan. Lebih jauh lagi, Musk secara konsisten menyatakan bahwa tujuan akhir dari pengembangan Starship adalah menjadikan umat manusia sebagai spesies multiplanet, dengan koloni pertama di Mars pada dekade ini. Namun untuk mencapai itu, sistem harus terbukti aman, andal, dan dapat digunakan kembali dengan biaya minimal—tiga parameter yang hingga kini masih dalam tahap pengujian penuh risiko.
Tahun 2025 menjadi tahun yang sangat menantang bagi SpaceX dalam pengembangan Starship. Ledakan saat peluncuran orbital keempat pada bulan Maret menyebabkan pecahnya roket di tahap awal separasi, sementara uji pada bulan Mei mengalami kebocoran sistem pendingin yang mengganggu struktur internal booster. Dengan insiden terbaru di uji darat ini, proyek Starship telah mencatatkan empat insiden signifikan hanya dalam enam bulan pertama tahun ini. Filosofi “fail fast, learn faster” yang diadopsi Elon Musk memang memberi ruang untuk kegagalan sebagai bagian dari proses rekayasa, namun tekanan waktu dan ekspektasi publik—termasuk dari NASA—membuat toleransi terhadap kegagalan semakin terbatas.
Meski demikian, tidak bisa disangkal bahwa pendekatan SpaceX telah menghasilkan terobosan luar biasa. Starship dan tahap pendorongnya, Super Heavy, telah berhasil mendarat kembali secara vertikal dan melakukan pendaratan kendali yang nyaris sempurna dalam uji sebelumnya. Sistem “chopstick arm” yang digunakan untuk menangkap kembali booster setelah peluncuran telah diuji dan bekerja secara efektif. Namun teknologi tangki bahan bakar, sistem tekanan internal, dan pengendalian termal selama pengisian masih menunjukkan celah yang memerlukan perbaikan signifikan. Apalagi, dalam misi antarplanet yang dirancang SpaceX, Starship harus mampu mengisi ulang bahan bakar di orbit, suatu manuver kompleks yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Elon Musk sendiri tetap optimis. Dalam pernyataan terbarunya, ia menegaskan bahwa investigasi awal menunjukkan tidak ada kerusakan struktural mayor pada Starbase dan tim rekayasa sudah mengidentifikasi titik lemah pada sistem tekanan tangki. Ia menyatakan bahwa versi prototipe berikutnya, Ship 37 dan Ship 38, sedang disiapkan untuk pengujian dengan desain yang telah diperbarui. Meskipun ia tidak memberikan tanggal pasti, Musk berharap uji peluncuran orbital berikutnya bisa dilakukan dalam “beberapa minggu” setelah penyelidikan selesai. Di sisi lain, FAA sebagai regulator peluncuran sipil di Amerika Serikat, secara rutin menghentikan uji peluncuran setelah insiden untuk menilai kepatuhan terhadap protokol keselamatan. Dengan ledakan terbaru ini, ada kemungkinan jadwal peluncuran kembali terganggu.
Investor dan pengamat luar angkasa kini mempertanyakan apakah pendekatan cepat SpaceX—yang sering meluncurkan prototipe sebelum semua sistem sepenuhnya stabil—masih relevan untuk tahap lanjutan proyek Starship. Jika sebelumnya toleransi publik terhadap kegagalan cukup tinggi karena proyek ini dianggap eksperimental, kini dengan komitmen formal dari NASA dan keterlibatan anggaran publik, ekspektasi terhadap keberhasilan teknis meningkat drastis. Terutama karena NASA harus memastikan bahwa Starship layak digunakan untuk misi berawak di lingkungan ekstrem Bulan, yang memerlukan tingkat keselamatan setara atau lebih tinggi dari sistem Apollo.
Meski menghadapi kritik, SpaceX masih dianggap sebagai pemimpin dalam inovasi antariksa. Perusahaan ini telah melampaui perusahaan kedirgantaraan konvensional dalam hal kecepatan iterasi desain dan biaya peluncuran. Falcon 9 dan Falcon Heavy, peluncur generasi sebelumnya, kini telah menjadi tulang punggung transportasi luar angkasa global, digunakan oleh NASA, operator komersial, dan militer. Starlink, proyek internet satelit SpaceX, juga telah menjadi sistem broadband terbesar berbasis satelit di dunia. Capaian ini memberikan kredibilitas bahwa meskipun Starship menghadapi hambatan, SpaceX tetap memiliki kapasitas teknis dan sumber daya untuk mengatasinya.
Yang menjadi pertanyaan bukan apakah SpaceX akan berhasil mengembangkan Starship, tetapi apakah mereka bisa melakukannya dalam kerangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi target NASA dan ambisi pribadi Musk. Setiap ledakan berarti bukan hanya risiko kerugian materi, tetapi juga hilangnya waktu dan penundaan dalam pengujian lanjutan. Dalam konteks eksplorasi antariksa modern, waktu adalah elemen yang sangat berharga, terlebih ketika negara-negara lain—seperti Tiongkok—juga mengembangkan wahana pendarat dan stasiun bulan mereka sendiri. Kegagalan SpaceX bisa memberikan celah bagi aktor lain untuk melangkah lebih cepat dalam perlombaan luar angkasa generasi baru.
Masyarakat lokal di sekitar Starbase juga mulai menyuarakan kekhawatiran. Beberapa warga menyoroti polusi suara dan getaran, serta potensi bahaya lingkungan dari uji yang tidak dikendalikan. Otoritas lingkungan Texas menyatakan sedang mengevaluasi dampak kebakaran dan sisa bahan kimia dari ledakan. Ini bukan pertama kalinya pengujian SpaceX memicu kontroversi lokal, dan dengan meningkatnya skala pengujian, konflik antara ekspansi industri dan kepentingan warga sekitar bisa menjadi tantangan tersendiri.
Namun demikian, perlu diakui bahwa setiap kegagalan juga membawa kemajuan. Dalam dunia rekayasa tingkat tinggi, terutama pada proyek eksperimental berskala besar seperti Starship, data dari kegagalan seringkali lebih bernilai daripada kesuksesan awal. Dengan sensor yang tersebar di seluruh struktur wahana, sistem pemantau tekanan, suhu, getaran, dan tekanan diferensial, SpaceX kini memiliki data aktual tentang apa yang terjadi saat kegagalan terjadi. Informasi ini akan langsung dimasukkan ke dalam pembaruan desain berikutnya. Begitulah cara SpaceX berkembang—bukan dari desain sempurna di atas kertas, tetapi dari perulangan ratusan kali di dunia nyata.
Ledakan Starship dalam uji darat terbaru ini mungkin akan dicatat sebagai kemunduran, namun tidak serta-merta berarti kegagalan misi. Seperti halnya roket Falcon 1 yang meledak tiga kali sebelum akhirnya berhasil, Starship juga melalui jalur terjal menuju orbit dan seterusnya. Ini adalah bagian dari harga yang harus dibayar untuk menembus batas. Namun dengan semakin dekatnya deadline dari NASA, meningkatnya perhatian publik, dan kompleksitas yang terus bertambah, setiap insiden kini membawa beban lebih berat daripada sebelumnya. Elon Musk dan timnya kini berada di persimpangan antara keberanian teknis dan tuntutan akuntabilitas. Keberhasilan Starship bukan hanya akan menjadi momen penting bagi SpaceX, tetapi juga dapat menentukan masa depan eksplorasi manusia ke luar Bumi. Ledakan ini adalah pengingat bahwa bahkan mimpi paling ambisius pun harus melalui jalan panjang penuh risiko dan pengorbanan.