(Business Lounge Journal – Human Resources)
Perubahan yang dibawa oleh kecerdasan buatan (AI) dalam konteks pekerjaan dan pentingnya memperbarui proposal nilai karyawan (EVP) organisasi. Banyak pekerja kini melihat AI sebagai rekan kerja. Organisasi perlu memikirkan cara untuk mendukung karyawan agar dapat berkembang dalam dunia yang dipengaruhi AI.
Studi Deloitte yang dilakukan dalam bulan Desember 2024 menyatakan bahwa ada tujuh hal yang menjadi kekhawatiran dari berkembang pesatnya AI. Dampak ini sepertinya tipis bila tidak benar-benar diperhatikan.
AI dapat mengurangi interaksi manusia dan mengurangi keagenan individu, yang dapat menyebabkan rasa kesepian dan kelelahan. Misalnya, satu robot pintar di rumah sakit mengambil alih pengisian resep yang mengurangi interaksi antara apoteker.
Grafik ini menunjukkan kekhawatiran utama mengenai dampak senyap potensial dari kecerdasan buatan (AI) sebagaimana diidentifikasi dalam survei informal yang dilakukan oleh Deloitte pada bulan Desember 2024. Kekhawatiran utama itu antara lain adalah: (dimulai dari yang paling mengkhawatirkan)
- Garis batas yang blur antara apa yang dilakukan oleh manusia dan teknologi (54%):
- Kekhawatiran tertinggi, menunjukkan bahwa banyak pekerja khawatir tentang kurangnya kejelasan mengenai peran manusia dibandingkan dengan AI di tempat kerja.
- Pelanggaran privasi dan pengawasan AI (50%):
- Hampir setengah dari responden khawatir tentang isu-isu terkait privasi, terutama mengenai bagaimana AI dapat memantau atau menggunakan data mereka.
- Kurangnya kolaborasi dengan orang lain (49%):
- Banyak pekerja merasa bahwa AI akan mengurangi kesempatan untuk interaksi manusia dan kerja sama tim.
- Kehilangan pengakuan dan penghargaan atas pekerjaan dan wawasan yang digunakan oleh AI (39%):
- Ada kekhawatiran bahwa kontribusi dari pekerja mungkin tidak mendapatkan pengakuan karena peran AI yang semakin besar dalam pengambilan keputusan.
- Lebih sedikit peluang untuk belajar di tempat kerja (38%):
- Persentase yang signifikan dari responden khawatir bahwa ketergantungan pada AI dapat membatasi kesempatan bagi karyawan untuk belajar dan berkembang melalui pengalaman langsung.
- Pekerjaan yang terstruktur oleh AI mengurangi otonomi (29%):
- Beberapa pekerja merasa bahwa sistem AI dapat menentukan bagaimana tugas dilakukan, membatasi pengambilan keputusan individu dan otonomi.
- Pekerjaan yang semakin sulit (20%):
- Persentase yang lebih kecil mengungkapkan kekhawatiran bahwa pekerjaan yang mereka lakukan mungkin menjadi lebih menantang atau kompleks karena ketergantungan pada AI.
Ketujuh hal ini menjadi dampak senyap AI yang perlu diwaspadai oleh dunia HR. Bagaimana menyikapinya?
Pentingnya EVP
Menyikapi kekhawatiran di atas maka EVP sangat diperlukan. EVP menjelaskan alasan mengapa orang bekerja di suatu organisasi dan tetap bersamanya. Memperbarui EVP sangat penting untuk menciptakan hasil yang positif baik bagi manusia maupun bisnis di era AI.
Apa Itu EVP?
Employee Value Proposition (EVP) adalah rangkaian manfaat dan nilai yang ditawarkan oleh suatu organisasi kepada karyawan sebagai imbalan atas keterlibatan dan kontribusi mereka. EVP mencakup semua aspek pengalaman kerja yang menciptakan alasan bagi orang untuk bergabung, tetap, dan berkembang dalam sebuah organisasi.
Definisi Employee Value Proposition (EVP) adalah pernyataan yang merangkum nilai, budaya, dan manfaat yang ditawarkan oleh organisasi kepada karyawan. Ini menjelaskan apa yang membuat organisasi tersebut unik dan menjadi tempat yang menarik untuk bekerja.
Ada beberapa komponen EVP antara lain sebagai berikut:
-
- Imbalan Finansial: Gaji, bonus, dan tunjangan keuangan.
- Pengembangan Karir: Kesempatan untuk pembelajaran dan pengembangan, pelatihan, dan promosi.
- Budaya dan Lingkungan Kerja: Nilai-nilai organisasi, budaya perusahaan, dan lingkungan kerja.
- Keseimbangan Kerja dan Kehidupan: Fleksibilitas kerja, cuti, dan kebijakan yang memungkinkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
- Tanggung Jawab Sosial: Keterlibatan dalam inisiatif sosial dan lingkungan yang menunjukkan komitmen organisasi terhadap masyarakat.
EVP penting sebagai suatu daya tarik untuk talenta. EVP yang kuat membantu menarik kandidat berkualitas tinggi. Selain itu mengedepankan EVP membantu dalam mempertahankan karyawan dengan memberikan alasan yang jelas untuk tidak pindah kerja. Keterlibatan karyawan juga semakin besar. Karyawan yang merasa dihargai dan memiliki keselarasan dengan nilai-nilai organisasi cenderung lebih terlibat dan produktif.
Cara Memperbarui EVP
Memperbarui EVP menjadi sangat penting di era di mana AI mulai mengubah cara orang bekerja. Berikut adalah langkah-langkah untuk memperbarui EVP:
- Analisis Kebutuhan Karyawan:
- Survei dan Feedback: Lakukan survei untuk mengumpulkan umpan balik dari karyawan tentang apa yang mereka hargai dan apa yang mereka harapkan dari organisasi.
- Fokus Grup: Adakan diskusi kelompok untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang pengalaman karyawan dan persepsi mereka tentang nilai organisasi.
- Tentukan Penawaran Nilai yang Relevan:
- Integrasi Teknologi: Pertimbangkan bagaimana AI dan teknologi lainnya dapat membantu meningkatkan pengalaman kerja, seperti menawarkan fleksibilitas dalam cara kerja (remote work) atau meningkatkan efisiensi.
- Kesejahteraan Mental dan Kesehatan: Tambahkan program kesejahteraan yang mendukung kesehatan mental karyawan, mengingat kerja dengan AI bisa menjadi penyebab stres.
- Tingkatkan Peluang Pengembangan:
- Pelatihan AI dan Teknologi: Sediakan pelatihan yang membantu karyawan beradaptasi dengan teknologi dan AI, sehingga mereka merasa lebih siap menghadapi perubahan.
- Mentoring dan Kemajuan Karir: Perkenalkan program mentoring yang membantu karyawan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan masa depan pekerjaan.
- Komunikasikan EVP yang Diperbarui:
- Kampanye Internal: Gunakan berbagai saluran komunikasi seperti email, newsletter, dan pertemuan karyawan untuk memperkenalkan EVP yang baru.
- Tampilkan Pengalaman Karyawan: Highlight stories dari karyawan yang berhasil dan merasa puas dengan EVP, untuk menunjukkan nilai tersebut secara nyata.
- Tindak Lanjut dan Evaluasi:
- Kaji Ulang Secara Berkala: Lakukan evaluasi berkala terhadap EVP untuk memastikan bahwa proposal tetap relevan dan sesuai dengan kebutuhan karyawan serta dinamika organisasi.
- Sesuaikan Berdasarkan Umpan Balik: Terus kumpulkan umpan balik dari karyawan untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan pada EVP.
Memperbarui Employee Value Proposition (EVP) di era AI adalah langkah penting untuk memastikan bahwa organisasi mampu menarik dan mempertahankan talenta terbaik, serta meningkatkan keterlibatan dan kepuasan karyawan. Melalui analisis yang tepat, menawarkan nilai yang relevan, dan komunikasi yang jelas, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang bermanfaat bagi karyawan dan bisnis
Apakah Hal Ini Juga Mengkhawatirkan di Indonesia?
Jumlah perusahaan di Indonesia yang telah mengadopsi teknologi AI terus meningkat, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun data spesifik dapat bervariasi, beberapa laporan dan survei menunjukkan bahwa sekitar 30-40% perusahaan di berbagai sektor di Indonesia telah mulai menggunakan beberapa bentuk teknologi AI, baik dalam proses bisnis sehari-hari maupun untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Sektor yang paling aktif dalam mengadopsi AI termasuk teknologi informasi, e-commerce, finansial, dan manufaktur. Perusahaan-perusahaan di sektor tersebut seringkali memanfaatkan AI untuk analisis data, otomatisasi, dan pengalaman pelanggan.
Selain itu Pemerintah Indonesia juga mendorong adopsi teknologi digital, termasuk AI, melalui berbagai inisiatif dan program untuk mendukung transformasi digital di perusahaan.
Meskipun ada peningkatan dalam adopsi, masih ada tantangan, seperti keterbatasan sumber daya manusia yang terampil dalam AI dan kurangnya pemahaman tentang implementasi teknologi ini di kalangan sebagian pelaku bisnis.
Secara keseluruhan, meskipun tidak ada angka pasti yang tersedia, adopsi AI di Indonesia sedang tumbuh dan semakin banyak perusahaan yang mulai memahami pentingnya teknologi ini untuk bersaing di pasar global. Itu sebabnya tidak ada salahnya Indonesiapun mulai turut mencermati dampak senyap AI dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan.