STMicro

STMicroelectronics Pangkas 3.000 Pekerjaan Akibat Penjualan Chip Melemah

(Business Lounge – Technology) STMicroelectronics, salah satu produsen semikonduktor terbesar di Eropa dan pemasok utama bagi Tesla, mengumumkan rencana untuk memangkas hampir 3.000 pekerjaan hingga tahun 2027 sebagai respons atas penurunan permintaan chip global yang berkepanjangan. Keputusan ini mencerminkan tekanan besar yang dihadapi industri semikonduktor setelah masa keemasan permintaan selama pandemi kini berganti dengan ketidakpastian ekonomi dan pelambatan permintaan dari sektor otomotif dan elektronik konsumen.

Langkah efisiensi tersebut diumumkan bersamaan dengan rencana restrukturisasi besar-besaran fasilitas produksi STMicro di Catania, Italia. Perusahaan menyatakan bahwa pabrik tersebut akan dikonversi menjadi pusat pengembangan teknologi baru yang lebih difokuskan pada material semikonduktor canggih, seperti silikon karbida (SiC), yang sangat dibutuhkan untuk kendaraan listrik dan aplikasi daya tinggi. Namun, transformasi ini berarti bahwa sebagian besar lini produksi lama akan dihentikan, dan ribuan posisi pekerjaan akan terdampak.

Dalam laporan yang dikutip oleh Bloomberg, STMicroelectronics mengatakan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk tetap kompetitif dalam pasar yang berubah cepat. CEO Jean-Marc Chery menyebut bahwa “penyesuaian kapasitas dan portofolio produksi adalah langkah penting dalam menjaga keberlanjutan bisnis di tengah tekanan global terhadap harga dan margin.” Ia menambahkan bahwa permintaan untuk chip konvensional telah melemah, sementara pelanggan kini lebih menginginkan solusi yang hemat daya, efisien, dan dapat diproduksi secara lokal.

Penurunan permintaan semikonduktor dalam 12 bulan terakhir sangat terasa, terutama pada segmen mikroprosesor otomotif dan komponen untuk elektronik rumah tangga. Dalam laporan sebelumnya yang dirilis The Wall Street Journal, disebutkan bahwa Tesla telah mengurangi pesanan chip dari beberapa pemasoknya, termasuk STMicro, menyusul perlambatan produksi dan penjualan mobil listrik. Selain itu, industri PC dan smartphone juga mengalami kontraksi, membuat persediaan chip menumpuk di berbagai rantai pasok.

Rencana pengurangan tenaga kerja ini akan dilaksanakan secara bertahap, dengan fokus utama pada pensiun dini dan relokasi internal. STMicro menyatakan bahwa mereka akan bekerja sama dengan pemerintah Italia dan serikat pekerja untuk memastikan transisi yang adil bagi para karyawan. Reuters melaporkan bahwa sekitar 1.200 posisi akan terdampak di Italia saja, sementara sisanya tersebar di beberapa fasilitas manufaktur lain di Prancis dan Asia.

Kabar ini mendapat respons beragam dari pasar dan pemangku kepentingan. Saham STMicro sempat turun lebih dari 2 persen di bursa Paris setelah pengumuman dirilis, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan perusahaan dalam jangka pendek. Di sisi lain, analis dari Jefferies menyebut bahwa keputusan ini dapat memperkuat margin perusahaan dalam jangka panjang jika realokasi sumber daya ke teknologi silikon karbida dan produksi wafer canggih berjalan lancar. Mereka menilai bahwa restrukturisasi ini merupakan sinyal bahwa STMicro tengah mempersiapkan diri untuk menjadi pemain dominan dalam chip daya generasi berikutnya.

Di tengah tantangan ini, STMicro tetap menargetkan pertumbuhan pada segmen yang sedang naik daun, termasuk solusi otomotif pintar, perangkat internet of things (IoT), dan sistem tenaga berbasis semikonduktor efisiensi tinggi. Dalam pernyataan publik, perusahaan mengatakan bahwa investasi dalam penelitian dan pengembangan tetap menjadi prioritas. Mereka berencana meningkatkan belanja modal hingga $4 miliar pada tahun ini, sebagian besar untuk mendukung pengembangan teknologi silikon karbida dan galium nitrida (GaN).

Sebagai perusahaan semikonduktor dengan basis produksi besar di Eropa, STMicro juga harus menghadapi dinamika geopolitik dan tekanan dari kebijakan industri Uni Eropa. Brussels sedang mendorong strategi otonomi teknologi melalui European Chips Act, dan berharap perusahaan-perusahaan seperti STMicro dapat memainkan peran utama dalam mengurangi ketergantungan Eropa terhadap pasokan chip dari Asia. Namun, realitas pasar menunjukkan bahwa bahkan pemain domestik seperti STMicro tidak kebal terhadap siklus negatif global.

Selain tekanan dari sisi permintaan, biaya energi yang tinggi di Eropa dan ketatnya regulasi lingkungan hidup turut membebani struktur biaya produsen chip regional. Dalam laporan dari Financial Times, disebutkan bahwa banyak perusahaan teknologi Eropa sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan sebagian produksi ke lokasi yang lebih kompetitif secara biaya, termasuk Amerika Serikat dan Asia Tenggara. Dalam konteks ini, restrukturisasi STMicro di Italia mencerminkan dilema yang dihadapi perusahaan: mempertahankan basis industri di Eropa, namun juga harus menyesuaikan diri dengan realitas global yang makin kompetitif.

Bagi ribuan pekerja STMicro yang terdampak, keputusan ini jelas menjadi pukulan. Serikat pekerja di Italia dan Prancis telah menyuarakan kekhawatiran mereka atas potensi lonjakan pengangguran teknis dan kehilangan keahlian industri lokal. Mereka mendesak pemerintah untuk memberikan insentif dan dukungan bagi pelatihan ulang, serta mendorong STMicro agar tetap mempertahankan sebagian besar kapasitas produksinya di dalam negeri. Pemerintah Italia sendiri, melalui Kementerian Pengembangan Ekonomi, menyatakan sedang menjajaki dialog dengan perusahaan guna menyeimbangkan kebutuhan industri dan perlindungan tenaga kerja.