Daimler Truck

Daimler Truck Tertekan Melemahnya Permintaan Amerika Utara

(Business Lounge – Automotive) Daimler Truck, raksasa otomotif asal Jerman dan salah satu produsen kendaraan komersial terbesar di dunia, memulai tahun 2025 dengan kabar yang kurang menggembirakan. Dalam laporan awalnya, perusahaan mengumumkan bahwa volume penjualan global pada kuartal pertama menurun signifikan, terutama disebabkan oleh lesunya permintaan di pasar Amerika Utara—pasar terpenting bagi portofolio bisnisnya. Selama tiga bulan pertama tahun ini, Daimler Truck hanya berhasil menjual 99.812 unit kendaraan, turun dari 108.911 unit pada periode yang sama tahun lalu, seperti dilaporkan oleh Bloomberg dan Reuters.

Penurunan sebesar hampir 9% ini bukan sekadar angka, melainkan refleksi dari dinamika industri yang lebih dalam. Dari tekanan makroekonomi hingga perubahan struktur permintaan dan percepatan transisi energi, berbagai faktor memengaruhi daya beli dan investasi pelanggan utama Daimler Truck—mulai dari perusahaan logistik besar hingga operator transportasi regional. Dalam lanskap global yang terus berubah, bahkan pemain dominan seperti Daimler Truck pun tidak kebal terhadap gejolak.

Amerika Utara selama ini menjadi tulang punggung bisnis Daimler Truck. Wilayah ini bukan hanya menyumbang porsi signifikan dari volume penjualan, tetapi juga margin keuntungan yang tinggi berkat kendaraan kelas berat seperti Freightliner Cascadia dan Western Star yang laris digunakan untuk transportasi antarkota. Namun, pada awal 2025, mesin pertumbuhan ini mulai goyah.

Menurut analisis dari Wall Street Journal, penurunan permintaan di Amerika Utara sebagian besar dipicu oleh kombinasi faktor: pengetatan likuiditas perusahaan logistik, biaya pembiayaan yang tinggi akibat suku bunga yang belum juga turun, dan ketidakpastian makroekonomi yang membuat operator kendaraan menunda pembelian unit baru. Dalam banyak kasus, armada yang biasanya diperbarui setiap 3–5 tahun kini dipertahankan lebih lama untuk menghindari pengeluaran modal besar.

CEO Daimler Truck, Martin Daum, dalam wawancara dengan Financial Times, menyebut bahwa siklus pembelian ulang armada kini tertunda di banyak perusahaan, bahkan beberapa klien besar perusahaan logistik memilih menunda pembelian hingga akhir tahun, menunggu kepastian arah kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve). “Pasar Amerika Utara tidak lagi menunjukkan kepercayaan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Pelanggan menunggu arah ekonomi lebih jelas sebelum berkomitmen,” kata Daum.

Meskipun inflasi mulai menurun dibandingkan puncaknya di 2023–2024, biaya produksi kendaraan niaga masih tetap tinggi. Kenaikan harga bahan baku seperti baja, aluminium, dan tembaga berdampak pada struktur biaya produksi kendaraan truk. Selain itu, komponen elektronik seperti semikonduktor khusus untuk sistem manajemen kendaraan dan kontrol emisi masih mengalami ketidakstabilan pasokan.

Seperti dicatat oleh CNBC, biaya logistik dan tenaga kerja juga meningkat, terutama di wilayah Amerika Utara, yang memiliki standar upah yang lebih tinggi serta persaingan ketat untuk tenaga kerja terampil. Hal ini menyebabkan harga jual kendaraan cenderung meningkat, dan pada akhirnya mengurangi daya beli para pelaku transportasi yang mulai berhitung lebih cermat.

Selain itu, penguatan dolar AS dalam beberapa bulan terakhir memperparah tekanan bagi pelanggan internasional Daimler Truck yang membeli produk dalam mata uang dolar, menjadikan kendaraan buatan AS relatif lebih mahal di pasar global.

Tidak dapat dipungkiri bahwa industri kendaraan komersial tengah mengalami tekanan besar dari proses elektrifikasi dan dekarbonisasi. Daimler Truck sebenarnya termasuk pemain yang cukup progresif dalam mengembangkan kendaraan tanpa emisi. Produk seperti eCascadia (versi listrik dari truk Freightliner) dan GenH2 Truck (berbasis hidrogen) sudah diluncurkan dan mulai diuji coba oleh pelanggan di Amerika Serikat dan Eropa.

Namun, seperti yang dilaporkan oleh Handelsblatt, volume penjualan kendaraan listrik masih belum cukup untuk mengompensasi penurunan dari kendaraan diesel konvensional. Hambatan utama terletak pada infrastruktur pengisian daya dan biaya awal pembelian yang jauh lebih tinggi. Banyak operator yang masih memprioritaskan efisiensi biaya jangka pendek ketimbang investasi dalam teknologi baru yang belum memiliki jaringan pendukung yang matang.

Di sisi lain, peraturan emisi di California dan beberapa negara bagian AS lainnya makin memperketat standar emisi untuk kendaraan berat. Hal ini memaksa pelanggan mempertimbangkan pembelian unit baru yang sesuai regulasi, namun biaya tambahan untuk konversi dan pelatihan pengemudi membuat keputusan pembelian menjadi lebih rumit.

Menghadapi tekanan ini, Daimler Truck mengumumkan bahwa mereka akan melakukan beberapa penyesuaian strategis untuk menjaga margin dan memastikan kelangsungan bisnis. Menurut laporan Bloomberg, perusahaan akan meninjau ulang kapasitas produksi di Amerika Utara, termasuk pengurangan jumlah shift di beberapa pabrik dan pengendalian inventaris untuk menghindari kelebihan pasokan di tengah permintaan yang melemah.

Selain itu, Daimler Truck juga akan mempercepat integrasi teknologi digital dalam proses manufaktur dan distribusi. Melalui platform Fleetboard dan TruckConnect, perusahaan berharap dapat menciptakan nilai tambah melalui layanan data dan manajemen armada yang lebih efisien. Ini merupakan langkah jangka panjang yang bertujuan untuk memperluas portofolio pendapatan di luar penjualan kendaraan fisik.

Pihak manajemen juga mengisyaratkan akan memperkuat kemitraan dengan penyedia infrastruktur pengisian daya dan bahan bakar hidrogen, demi mempercepat adopsi kendaraan tanpa emisi secara global. Dalam pernyataannya, Daimler menyebut bahwa kolaborasi dengan perusahaan energi dan teknologi menjadi kunci agar truk listrik dan hidrogen bisa diterima secara luas di pasar.

Meski penurunan penjualan cukup signifikan, para analis menilai kinerja Daimler Truck masih dalam batas wajar mengingat kondisi pasar yang lebih luas. Saham perusahaan tidak mengalami tekanan besar setelah laporan tersebut dirilis, menandakan bahwa investor memahami bahwa tantangan ini bukan eksklusif bagi Daimler Truck, tetapi merupakan fenomena industri.

Namun demikian, ekspektasi terhadap paruh kedua tahun ini tetap berhati-hati. Menurut JP Morgan, pemulihan pasar Amerika Utara sangat bergantung pada arah kebijakan Federal Reserve dan kondisi pasar pembiayaan. Jika suku bunga tetap tinggi dan ketidakpastian ekonomi berlanjut, permintaan kendaraan komersial bisa tertahan hingga awal 2026.

Beberapa analis juga menyoroti pentingnya diversifikasi geografis. Daimler Truck dinilai perlu lebih agresif memanfaatkan peluang di Asia Tenggara, India, dan Amerika Latin—pasar yang memiliki pertumbuhan kebutuhan logistik namun masih didominasi kendaraan konvensional. Di sisi lain, perlu ada upaya untuk menyederhanakan struktur biaya agar bisa tetap kompetitif menghadapi tekanan harga dan gangguan rantai pasok global.

Kisah Daimler Truck pada kuartal pertama 2025 bukanlah kasus terisolasi. Seluruh industri kendaraan niaga tengah berada di titik kritis di mana transformasi teknologi harus berjalan seiring dengan efisiensi operasional dan penyesuaian terhadap realitas ekonomi baru. Pemain yang terlalu lambat berinovasi atau tidak tanggap terhadap dinamika pasar bisa tertinggal dalam hitungan tahun.

Daimler Truck, dengan warisan panjang dan skala operasional global, memiliki aset dan kapasitas untuk melakukan adaptasi. Namun pertanyaannya kini bergeser dari “apakah” perusahaan bisa berubah menjadi “seberapa cepat” perubahan itu bisa diwujudkan. Karena dalam pasar yang semakin kompetitif dan terdigitalisasi, kecepatan menjadi keunggulan strategis yang menentukan.

Jika Daimler Truck mampu memanfaatkan momentum ini untuk menyederhanakan operasional, memperluas jaringan layanan digital, serta memimpin dalam transisi kendaraan tanpa emisi, maka perusahaan masih bisa mempertahankan posisi dominan di industri global. Namun jika terlalu fokus pada masa lalu dan model bisnis lama, tantangan dari kompetitor baru dan perubahan regulasi bisa menjadi pukulan yang lebih berat di masa depan.