Penelitian Baru: Aktivitas Fisik Menurunkan Risiko Penyakit Saraf Otak

(Business Lounge Journal – Medicine)

Penyakit neuropsikiatri seperti Alzheimer, demensia, depresi, dan beberapa gangguan tidur adalah kondisi kesehatan yang dapat berdampak negatif pada otak. Sebuah studi baru tahun ini mengatakan bahwa melakukan aktivitas fisik yang  sedang hingga berat dalam jumlah tertentu setiap hari dapat membantu menurunkan risiko penyakit neuropsikiatri tertentu.

Banyak penyakit neuropsikiatri memiliki faktor risiko yang sama, termasuk yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetika, dan faktor yang dapat dimodifikasi termasuk pola makan, merokok, dan aktivitas fisik.

Kini, sebuah studi baru yang akan dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan ke-77 American Academy of Neurology pada awal April 2025 memberikan bukti lebih lanjut tentang hubungan antara lebih banyak olahraga dengan lebih sedikit risiko terkena penyakit neuropsikiatri tertentu.

Temuan studi tersebut belum menjalani tinjauan sejawat.

Pencegahan, diagnosis, dan pengobatan dini sangat penting. Sebagai faktor yang aman, hemat biaya, dan dapat dimodifikasi maka aktivitas fisik menjadi sangat menjanjikan, terutama pada populasi yang menua dan lingkungan dengan tekanan tinggi.

Bagaimana penelitian ini mengukur aktivitas fisik?

Untuk penelitian ini, para peneliti menganalisis data medis dari lebih dari 73.000 orang dewasa dengan usia rata-rata 56 tahun dari basis data besar di Inggris Raya. Semua peserta terus-menerus mengenakan akselerometer selama 7 hari untuk mengukur aktivitas fisik mereka, saat tidak bergerak, misalnya seperti duduk dan berapa banyak energi yang mereka gunakan saat berolahraga.

Bukti yang muncul menyoroti peran aktivitas fisik dan perilaku tidak bergerak sebagai faktor yang dapat dimodifikasi yang dapat meningkatkan kesehatan otak dan mengurangi kejadian penyakit neuropsikiatri. Akselerometer memberikan pengukuran objektif yang mengklasifikasikan aktivitas fisik berdasarkan intensitas yang bervariasi, memastikan ketepatan hasil dan mempertahankan keterbandingan di seluruh penelitian dan populasi.

Tim peneliti juga menghitung berapa banyak energi yang digunakan setiap peserta dengan menggunakan ekuivalen metabolik (MET).

“MET adalah cara sederhana untuk mengukur berapa banyak energi yang digunakan tubuh Anda selama berbagai aktivitas,” jelas Wu. “Dalam hal postur dan ekuivalen metabolik, perilaku didefinisikan sebagai perilaku tidak banyak bergerak, aktivitas fisik intensitas ringan, dan aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat.

Latihan sedang hingga berat dikaitkan dengan risiko demensia dan depresi turun hingga 40% lebih rendah. Pada akhir penelitian, peneliti menemukan bahwa peserta penelitian yang mencapai pengeluaran energi aktivitas fisik sedang hingga berat memiliki kemungkinan 14%–40% lebih kecil untuk mengalami demensia, kecemasan, depresi, stroke, atau gangguan tidur, dibandingkan dengan mereka yang memiliki penggunaan energi lebih rendah.

Selain itu, para ilmuwan menemukan bahwa peserta yang memiliki pengeluaran energi aktivitas fisik sedang hingga berat, rata-rata sebesar 1,22 kilojoule per kilogram (kJ/kg) tidak mengalami salah satu dari lima penyakit tersebut.

“Temuan ini memperkuat hubungan dosis-respons antara aktivitas fisik dan manfaat kesehatan, mendukung pedoman kesehatan masyarakat dan menyoroti olahraga sebagai strategi pencegahan yang hemat biaya dan mudah diakses, terutama untuk populasi berisiko tinggi.  Penurunan risiko yang diamati sebesar 14% hingga 40% menunjukkan bahwa berbagai penyakit neuropsikiatri menunjukkan tingkat sensitivitas latihan yang berbeda-beda.

Jadi, ayo bergerak…untuk menurunkan risiko penyakit neuropsikiatri.