(Business Lounge Journal – Human Resources)
Generasi Alpha adalah generasi yang lahir setelah Generasi Z, yaitu dimulai dari tahun 2013 hingga saat ini. Mereka adalah generasi pertama yang lahir di abad ke-21 dan sepenuhnya tumbuh di era digital. Saat ini, Generasi Alpha masih berada di usia anak-anak dan remaja. Diperkirakan pada 2030, Generasi Alpha dan gen Z akan menjadi bagian utama dari tenaga kerja. Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan dari sisi usia, sekitar 1 dari 3 penduduk kelas menengah itu merupakan Gen Z dan Gen Alpha. Pada konferensi pers 30 Agustus 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sebanyak 36,89% dari total penduduk kelas menengah atau sekitar 17,65 juta merupakan penduduk muda dari kategori Gen Z yang lahir pada 1997—2012 dan Gen Alpha yang lahir pada 2013—2024.
HR Harus Bersiap Menyambut Generasi Alpha
Generasi Alpha memiliki karakteristik, ekspektasi, dan preferensi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Organisasi perlu menyiapkan diri untuk dapat menarik, memotivasi, dan mempertahankan talenta dari Generasi Alpha. Kegagalan dalam menyesuaikan dapat berdampak pada kesulitan merekrut, rendahnya produktivitas, dan tingginya turnover. Ada waktu mulai dari sekarang hingga tahun 2030 untuk mempersiapkan organisasi menyambut generasi Alpha yang special ini.
Apa yang Harus Disiapkan oleh HR?
Memahami Karakteristik Generasi Alpha yang sangat teknologi-literat dan terintegrasi dengan dunia digital.
Teknologi literat atau “technology literate” mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggunakan, memahami, dan memanfaatkan teknologi dengan baik. Dalam konteks Generasi Alpha, teknologi literat memiliki beberapa karakteristik utama:
- Keterampilan Digital yang Tinggi
Generasi Alpha tumbuh di lingkungan yang sangat digital, sehingga mereka memiliki keterampilan dasar dalam menggunakan berbagai perangkat, aplikasi, dan platform digital. Mereka mempelajari dan mengadopsi teknologi baru dengan cepat dibandingkan generasi sebelumnya.
- Pemahaman Konseptual Teknologi
Tidak hanya mampu menggunakan teknologi secara praktis, Generasi Alpha juga memiliki pemahaman konseptual yang baik tentang bagaimana teknologi bekerja. Mereka dapat menganalisis, memecahkan masalah, dan berkreasi dengan teknologi secara lebih substantif.
- Kesadaran akan Dampak Teknologi
Generasi Alpha memiliki pemahaman yang lebih luas tentang implikasi penggunaan teknologi, termasuk aspek etika, keamanan, dan sosial. Mereka dapat berpikir kritis dan mempertimbangkan konsekuensi dari adopsi teknologi.
- Kemampuan Beradaptasi dengan Perubahan
Generasi Alpha tumbuh di era yang sangat dinamis secara teknologi, sehingga mereka lebih terbiasa dan luwes dalam menghadapi perubahan teknologi yang cepat. Mereka dapat lebih mudah mempelajari dan mengadopsi teknologi baru seiring perkembangannya.
- Preferensi Penggunaan Teknologi
Generasi Alpha memiliki preferensi dan harapan yang tinggi terhadap penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di tempat kerja. Mereka akan lebih nyaman dan produktif dalam lingkungan kerja yang memanfaatkan teknologi secara luas dan terintegrasi.
Secara keseluruhan, teknologi literat dalam konteks Generasi Alpha menggambarkan kemampuan dan kecakapan mereka dalam memahami, menggunakan, dan memanfaatkan teknologi sebagai bagian integral dari kehidupan dan pekerjaan. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi organisasi untuk menyesuaikan praktik-praktik kerja dan manajemen talenta.
Menyesuaikan Praktik Manajemen Talenta
Menyiapkan metode rekrutmen dan seleksi yang menarik minat Generasi Alpha. Pengembangan karir dan pelatihan juga harus disesuaikan dengan preferensi mereka. Dalam menyesuaikan pengembangan karir dan pelatihan untuk Generasi Alpha, organisasi dapat mempertimbangkan beberapa contoh pendekatan sebagai berikut:
- Pembelajaran Personalisasi
- Menyediakan program pelatihan dan pengembangan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar individu.
- Menggunakan analitik data untuk memahami preferensi dan potensi masing-masing karyawan Generasi Alpha.
- Memberi karyawan kontrol dan pilihan atas program pengembangan diri mereka.
- Pembelajaran Berbasis Teknologi
- Memanfaatkan platform e-learning, video tutorial, dan aplikasi mobile untuk menyampaikan konten pelatihan.
- Mengintegrasikan simulasi digital, realitas virtual, dan augmented reality ke dalam sesi pelatihan praktis.
- Memberikan akses mudah ke perpustakaan digital dan sumber daya pembelajaran mandiri.
- Pengembangan Berkelanjutan
- Menawarkan program pelatihan dan sesi pengembangan yang berkelanjutan, bukan hanya sekali-sekali.
- Mendorong karyawan Generasi Alpha untuk terlibat dalam pembelajaran sepanjang karier mereka.
- Memfasilitasi mentoring, coaching, dan umpan balik reguler sebagai bagian dari pengembangan.
- Pengalaman Belajar Kolaboratif
- Merancang pelatihan dan pengembangan yang mendorong pembelajaran kolaboratif, diskusi, dan pertukaran ide.
- Memanfaatkan alat-alat digital untuk memfasilitasi kerja tim virtual dan proyek bersama.
- Memberi ruang bagi karyawan Generasi Alpha untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
- Pengembangan Berbasis Tujuan
- Menghubungkan program pengembangan dengan tujuan karier dan kontribusi karyawan.
- Membantu karyawan Generasi Alpha memahami bagaimana pengembangan diri mereka berdampak pada pencapaian tujuan organisasi.
- Memberikan umpan balik dan bimbingan yang jelas tentang jalur pengembangan karier.
- Aksesibilitas dan Fleksibilitas
- Menyediakan program pelatihan yang dapat diakses kapan pun dan di mana pun melalui platform digital.
- Memberikan kelonggaran waktu dan cara bagi karyawan Generasi Alpha untuk mengatur pembelajaran mereka.
- Memfasilitasi pembelajaran secara mandiri, sesuai dengan kebutuhan dan gaya masing-masing individu.
Dengan mengadopsi pendekatan yang berpusat pada karyawan, teknologi-centric, dan berorientasi pada tujuan, organisasi dapat lebih efektif dalam mengembangkan dan mempertahankan talenta Generasi Alpha.
Memanfaatkan Teknologi dan Digitalisasi
- Mengadopsi teknologi terkini untuk memudahkan onboarding, pelatihan, dan keterlibatan karyawan.
- Memanfaatkan data dan analitik untuk memahami lebih baik kebutuhan dan motivasi Generasi Alpha.
- Menciptakan pengalaman kerja yang terintegrasi secara digital.
Menjadikan HR lebih kolaboratif, kreatif, dan berorientasi pada tujuan.
Lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi, kreativitas, lebih fleksibel dan ada keseimbangan kehidupan. Selain itu juga menyiapkan istem manajemen kinerja dan imbalan yang lebih personal dan terkait tujuan.
Berikut adalah beberapa contoh pengalaman kerja yang terintegrasi secara digital untuk menyambut Generasi Alpha:
- Proses Rekrutmen Digital
- Penggunaan platform online dan media sosial untuk menjangkau calon kandidat Generasi Alpha.
- Aplikasi proses seleksi yang dilakukan sepenuhnya secara digital, seperti penilaian online, wawancara virtual, dan tes kompetensi digital.
- Penggunaan chatbot atau virtual assistant untuk memberikan informasi dan menjawab pertanyaan calon kandidat.
- Onboarding Virtual
- Orientasi dan program pengenalan perusahaan yang dilakukan melalui platform digital, misalnya video, webinar, atau aplikasi mobile.
- Penyediaan materi dan konten pembelajaran digital yang dapat diakses karyawan baru kapan pun.
- Integrasi dengan sistem HRIS dan alat-alat kolaborasi digital untuk memperkenalkan karyawan baru.
- Pelatihan dan Pengembangan Berbasis Teknologi
- Pemanfaatan platform e-learning, video tutorial, dan virtual coaching untuk program pelatihan.
- Penggunaan simulasi digital, realitas virtual, atau augmented reality untuk sesi pelatihan praktis.
- Akses mudah ke perpustakaan digital, konten pembelajaran, dan sumber daya pengembangan diri.
- Manajemen Kinerja Terintegrasi
- Aplikasi manajemen kinerja yang terintegrasi dengan sistem data karyawan.
- Umpan balik berkala dan penilaian kinerja yang dilakukan melalui platform digital.
- Penggunaan alat analitik untuk memahami tren kinerja dan potensi karyawan.
- Kolaborasi dan Komunikasi Digital
- Integrasi platform komunikasi dan kolaborasi digital, seperti aplikasi obrolan, konferensi video, dan berbagi dokumen.
- Penggunaan alat produktivitas digital untuk memfasilitasi kerja tim yang tersebar secara geografis.
- Pelaksanaan rapat dan pertemuan virtual yang terorganisir dengan baik.
- Keterlibatan Karyawan Berbasis Teknologi
- Portal karyawan digital yang terintegrasi dengan sistem HRIS untuk akses informasi dan layanan.
- Aplikasi mobile yang memungkinkan karyawan mengakses informasi, mengajukan permohonan, dan memberikan umpan balik.
- Pemanfaatan media sosial internal dan platform kolaborasi digital untuk meningkatkan keterlibatan.
Dengan mengadopsi pendekatan yang terintegrasi secara digital, organisasi dapat menciptakan pengalaman kerja yang lebih menarik, efisien, dan sesuai dengan preferensi Generasi Alpha.
Mempersiapkan diri untuk menyambut Generasi Alpha sejak sekarang menjadi suatu awareness untuk organisasi dapat meningkatkan kemampuannya dalam menarik, mengembangkan, dan mempertahankan talenta terbaik di masa mendatang.