(Business Lounge Journal – News and Insight)
Dalam acara bincang-bincang yang diadakan oleh GDP Ventures kemarin pada Selasa (24/10), hadir juga Dimas Harry Priawan selaku Co-founder & CEO Dekoruma sebagai salah satu nara sumber. Dalam pemaparannya Dimas menyampaikan bagaimana tren yang sama berlaku pada industri furnitur, yaitu ketika dibutuhkan kepercayaan yang lebih bagi konsumen dalam menentukan produknya.
Dimas mengatakan, “Kami mengadopsi strategi omnichannel untuk memperluas penjualan sebagai respons terhadap permintaan konsumen yang menginginkan pengalaman langsung dalam melihat dan merasakan produk furnitur kami sebelum melakukan pembelian.” Dimas menjelaskan bahwa dalam pemilihan dan pembelian furniture, konsumen membutuhkan pengalaman untuk merasakan dan menyentuh furnitur tersebut. Sebab untuk menentukan kualitas, material, serta kenyamanan, akan sangat sulit didapatkan hanya dari online saja. “Selain itu, dengan tujuan mengembangkan bisnis di luar kota-kota besar, kehadiran saluran offline tetap krusial sebab penetrasi online dan e-commerce masih belum sekuat di daerah-daerah tersebut,” sambung Dimas.
Acara bincang-bincang bertajuk Power Lunch kali ini mengambil tema “Omnichannel Trends: Meeting the Modern Shopper’s Preferences”. Diskusi ini menyajikan fakta-fakta mengenai perkembangan perilaku konsumen sekarang ini yang mengalami perubahan signifikan, yaitu bagaimana konsumen tidak hanya melakukan belanja online tetapi juga tetap menyukai belanja secara offline. Hal ini disebabkan ketika mereka dapat melihat barang yang diminati secara langsung serta melakukan interaksi kepada penjual maupun sekitar, menawarkan sebuah pengalaman yang berbeda.
Karena itu, Dimas menjelaskan bagaiaman Dekoruma juga menawarkan pengalaman berbelanja yang terintegrasi. “Pada tahap pertimbangan, kami hadir di platform online untuk memberikan inspirasi melalui berbagai gambar sehingga pelanggan dapat merujuk pada referensi,” demikian penjelasan Dimas. Namun setelah itu, pada tahap akhir (below the line), para pelanggan Dekoruma pun dapat mengunjungi Dekoruma Experience Center sehingga mereka dapat langsung melihat produk-produk yang mereka inginkan tersebut.
Pada saluran online, Dekoruma juga memberikan rekomendasi produk non-furnitur, seperti aksesoris, sesuai dengan preferensi pelanggan setelah mereka melakukan pembelian furnitur. “Oleh karena itu, baik saluran online maupun offline memiliki peran yang signifikan dalam rangkaian pengalaman berbelanja,” lanjut Dimas.
Para pelanggan – pada kenyataannya – menginginkan pengalaman berbelanja yang mulus dan interaktif dengan brand favorit mereka. Hal ini memang tidak lagi dapat dipungkiri, kapan pun dan di mana pun. Telah terjadi sebuah perubahan.
Hal yang sama juga dipaparkan oleh Yukka Harlanda selaku CEO Brodo yang juga hadir sebagai nara sumber. Yukka mengisahkan bagaimana Brodo hadir sebagai merek yang berasal dari dunia digital. Namun saat ini, brand yang mengambil posisi sebagai brand pria tersebut sedang meluaskan keberadaannya ke dunia offline. Yukka menyadari bahwa ada potensi besar yang saat ini ada di hadapannya. “Kami yakin bahwa setiap saluran, baik online maupun offline, memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, yang membuatnya saling melengkapi.”
Brodo dengan filosofinya “Treat customers like a bro(sis)” mendorong mereka untuk mengidentifikasi data setiap pelanggan yang datang baik secara online maupun offline sehingga mereka dapat melayani mereka secara personal sesuai dengan preferensi masing-masing. Saat ini, populasi Indonesia yang besar – terutama di kalangan muda – sangat menjanjikan. Mereka yang berada pada kelas menengah yang terus berkembang, dengan pendapatan yang meningkat, serta minat yang tinggi dalam dunia mode, membuat potensi ekspansi menjadi sangat menjanjikan. “Strategi omnichannel pun menjadi pilihan yang menarik untuk memenuhi berbagai preferensi berbelanja konsumen Indonesia.” tutur Yukka.