(Business Lounge Journal – News and Insight)
Di era teknologi yang mendukung kecepatan ini, banyak perusahaan berjanji untuk menjual berbagai macam produknya juga dengan menjanjikan kecepatan dalan pengiriman melalui layanan e-commerce mereka.
Peran dari e-commerce memang akan sangat membantu banyak kalangan dan tidak terbatas. Bahkan harga yang ditawarkan juga menjadi lebih terjangkau, sehingga dapat menarik pelanggan untuk dapat memilih produk yang mereka inginkan dengan mudah. Dengan demikian tren belanja online semakin bertumbuh pesat. Sekalipun begitu, tidak dipungkiri masih ada saja usaha e-commerce ini yang menghadapi beberapa kendala dalam pelaksanaannya.
Dalam hal ini, kendala yang dihadapi menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Statistik e-commerce 2023, adalah adanya kekurangan modal yang dialami oleh sekitar 31 ribu unit usaha e-commerce. Bahkan di tahun 2022 tercatat ada 36,84% yang mengalami kekurangan modal menurut laporan dari BPS.
Kendala lainnya adalah kurangnya permintaan dengan persentase 35,26% yang disertai juga masih sedikit tenaga kerja yang terampil sebanyak 9,98%.
Tidak hanya itu saja, keterbatasan fasilitas dalam akses internet, keterbatasan jasa untuk pengiriman barang, kecurangan dalam proses jual beli, dan semua yang mencakup berjalannya e-commerce, juga menjadi kendala yang dialami para pelaku e-commerce.
Terbanyak Menggunakan Layanan E-Commerce
Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang memberikan survei dan mengelompokkan beberapa jenis usaha barang dan jasa sepanjang 2022 dapat menjadi acuan para pelaku e-commerce.
Dari laporan ini maka sebanyak 43,02 % (tertinggi) dari keseluruhan transaksi e-commerce ada pada kelompok makanan, minuman dan bahan makanan. Ada juga dalam jenis lain – kedua terbanyak – adalah fesyen dengan persentasinya 15,04%. Untuk urutan ketiga terbanyak adalah kebutuhan rumah tangga yang mencapai 8,11 % dalam pencapaian.
Disaingi Produk Luar Negeri
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa saat ini banyak pedagang luar negeri menjual murah produk mereka melakui platform secara online. Sehingga mayoritas para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) hanya menawarkan produk-produk impor saja. Ini jelas menjadi sebuah kendala.
Sempat ramai di berita, bahwa hal ini juga yang membuat pelaku UMKM di pusat grosir busana Tanah Abang mengalami kemunduran dalam omset mereka dikarenakan kalah bersaing dengan pedagang usaha dari luar negeri. Tidak dapat dipungkiri, saat ini saja sebanyak 56% pasar daring dikuasai oleh e-commerce asing secara total pendapatan.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menilai bahwa pengangkatan penjualan daring yang dilakukan oleh para pedagang di pasar menjadi hal yang urgent dan medesak untuk segera ditangani.
Menurut data dari Bank Indonesia, para tahun 2022 bentuk transaksi elektronik didalam negeri sudah mencapai 3,49 miliar kali dengan nilai Rp 476 triliun. Sehingga nilai transaksi elektronik naik menjadi 18,8% dari total pencapaian Rp 401 Triliun di tahun sebelumnya.
Photo by rupixen.com