Masyarakat Indonesia Gandrungi Belanja di TikTok Shop dan Whatsapp

(Business Lounge Journal – News)

Dalam dua tahun terakhir ini semakin banyak masyarakat, bahkan banyak kalangan generasi muda yang lebih memilih berbelanja dengan social commerce. Mengapa demikian? Alasannya adalah karena lebih cepat serta efesien dalam hal pengiriman barang, juga banyak konsumen yang ingin mendapatkan banyak pengalaman menarik saat berbelanja.

TikTok Shop dan Whatsapp jadi platform terbanyak untuk berbelanja

Populix dalam laporan yang berjudul “The Social Commerce Landscape in Indonesia” mengungkapkan bahwa sebanyak 52% masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan tren traksaksi jual beli lewat media sosial. Tidak hanya itu saja namun juga diungkapkan bahwa 65% responden mengatakan bahwa social commerce merupakan belanja yang menggunakan media sosial.

Sedangkan 17% responden mengatakan bahwa traksaksi secara group menggunakan media sosial dan sisanya mengatakan bahwa social commerce adalah belanja yang memanfaatkan teman dan melihat konten.

Sebanyak 86% masyarakat Indonesia sudah berpengalaman belanja lewat platform media sosial dengan TikTok Shop (45%) sebagai platform yang paling banyak digunakan, kemudian Whatsapp (21%), Facebook (10%), dan Instragam Shop (10%). Berdasarkan kategori produk yang paling tinggi pembelian lewat platform media sosial yaitu pakaian (61%), produk kosmetik (43%) serta makanan dan minuman (38%).

Populix juga mengungkapkan bahwa 4 dari 5 responden sudah berbelanja dengan media sosial. Platform yang paling sering digunakan adalah Tiktok Shop dan Whatsapp. Biasanya kebanyakan konsumen mengeluarkan rata-rata uang sebesar Rp 200 ribu lebih. Tidak hanya TikTok dan Whatsapp saja namun juga Facebook (10%), Instragam Shop (10%), Telegram, Line Shop dan Pinterest (1%).

Walaupun sekarang ini Whatsapp merupakan sebagai pilihan alternatif kedua dalam berbelanja online, akan tetapi menurut prediksi kedepannya nanti akan digeser dan digantikan oleh Instragam Shop. Adapun alasan berdasarkan riset tersebut adalah karena Whatsapp paling banyak digunakan generasi tua daripada generasi muda.

Secara demografi pemakai terbesar dari usia 18-25 tahun. Lokasi yang paling banyak menggunakan media sosial dalam berbelanja online adalah Surabaya (59%), kemudian Medan (55%), dan Jakarta (54%).

Masih 46% masyakarat Indonesia belum paham social commerce

Saat ini social commerce semakin terkenal karena menjadi sebuah pilihan baru dalam berberlanja online dengan cara yang lebih mudah dan dapat berinteraksi langsung dengan penjual sambil menjajaki media sosial dengan tidak berpindah aplikasi. Sedangkan bagi penjual dengan social commerce memberikan mereka peluang untuk mendapatkan konsumen yang lebih luas.

Populix juga mengungkapkan bahwa sebanyak 46% masyakarat Indonesia belum tahu keberadaan platform social commerce di Indonesia. Sedangkan dari masyarakat yang sudah mengetahui platform social commerce sebesar 35% diantaranya mengungkapkan bahwa mereka belum pernah memakai platform tersebut.

Adapun informasi menarik yang disampaikan oleh Populix yaitu bahwa kebanyakan penikmat layanan social commerce adalah mereka yang berdomisili di wilayah secara spesifik dan memakai platform yang sudah dikenal sebelumnya. Ada 3 plaform social commerce yang paling sering dipakai oleh masyarakat yaitu Evermos (22%), Kitabeli (14%), dan Dusdusan (12%). Wilayah terbanyak pengguna Evermos adalah Bandung, sedangkan wilayah terbanyak pengguna Kitabeli adalah Surabaya.

Berdasarkan survei para responden juga menggunakan platform social commerce lainnya yaitu Dagangan (9%), Mapan (8%), Grupin (7%), Selleri (7%), Woobiz (5%), CrediMart (5%). Pengguna terbesar yang sudah memakai platform social commerce adalah kalangan usia 26-35 tahun (24%).

Bandung merupakan lokasi terbanyak yang biasa memakai platform social commerce. Kemudian Semarang (25%), Medan (21%), dan Jakarta (21%). Menurut survei ternyata kelas bawah (24%) sebagai pemakai terbesar dalam layanan social commerce.

Menurut Timothy Astandu, Co Founder dan CEO Populix, kebanyakan masyarakat Indonesia sudah tidak asing dan berpengalaman mencoba belanja lewat social commerce dalam bertransaksi sehari-hari misalnya pakaian dan produk kecantikan. Tidak hanya itu pandemi Covid-19 ini membawa dampak tingginya tren social commerce juga menimbulkan alternatif opsi medium belanja bagi masyarakat yaitu platform-platform transaksi berbasis interaksi sosial.

Social commerce juga menargetkan konsumen yang berdomisili di luar kota metropolitan sebagai upaya untuk menjangkau kalangan yang belum terjamah.  Baik dengan pendekatan online maupun offline.