Bisakah Hidup Tanpa Artificial Intelligence

(Business Lounge Journal – Tech)

Artificial Intelligence kini banyak digunakan. Perkembangan teknologi masyarakat, dan khususnya digitalisasi universal ekonomi, akan memiliki dampak yang signifikan pada pasar tenaga kerja dan fungsi pekerjaan manajer. Penggunaan sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan robotika membawa peluang dan ancaman perubahan bahkan hilangnya profesi tertentu. Perihal Artificial Intelligence ini memang adalah suatu kemajuan teknologi namun juga meresahkan sebagian orang rupanya.

Kepemimpinan adalah tentang orang-orang dan kecerdasan buatan adalah tentang mesin. Tapi dengan adanya kemajuan teknologi khususnya Artificial Intelligence, memang membuat batas antara fungsi manusia dan mesin dapat menjadi kabur. Manusia yang menciptakan mesin tentu harus mengantisipasi bagaimana hal ini berdampak baik dan bukan menjurus pada persaingan antara manusia dan mesin.

Memahami Artificial Intelligence (AI)

Kita harus memahami terlebih dahulu apakah itu Artificial Intelligence atau yang seringkali disingkat dengan AI.

Definisi AI adalah sistem kecerdasan buatan yang melibatkan mekanisme untuk menjalankan suatu tugas menggunakan komputer. Sebuah teknologi yang memungkinkan sistem komputer berpikir cerdas layaknya manusia.  Wow.. mesin berpikir seperti manusia berpikir. Tahukah Anda bahwa AI sudah merebak dalam kehidupan dunia sehari-hari?

Pernahkah Anda kaget karena instagram menawarkan semua gambar dan reels yang Anda suka? Atau Facebook dapat mengenali siapa Anda, hobi, dan interest Anda, komunitas Anda, tempat belanja Anda dan sebagainya? Semua adalah kerja AI.

Atau pernahkan Anda menggunakan keyboard pintar yang menawarkan kata-kata apa yang hendak Anda ketik? Sehingga dengan mudah Anda tinggal memilih dan mengklik sesuai apa yang Anda pikirkan dan yang memang ingin Anda tulis?  Itulah AI.

Semua produk Google juga menggunakan AI. Katakanlah Google Now, Google Assistant, Google Search Engine, Google Cloud, Gmail, Google Drive, Google Translate, Google Map, Google Talk, Google Ads dan Doubleclick, Google Photos yang bisa menggolongkan wajah di kamera Anda dan mengetahui namanya dengan teknologi face recognition dan banyak lagi produk Google sudah menggunakan AI. Jika Anda menggunakan Iphone dan sering bertanya pada asisten virtual yaitu Siri dan Siri mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda dengan baik seperti layaknya seorang teman yang diajak bicara maka itulah AI.

Manusia di masa kini tidak bisa lari dari AI. AI sudah berada di mana-mana. AI berada di semua lini kehidupan manusia masa kini. AI dapat digunakan oleh individu, perusahaan, negara atau pemerintahan, sekolah, dan semua sektor. AI juga dapat  digunakan untuk tujuan yang baik yang memudahkan pekerjaan manusia ataupun untuk tujuan menguasai data dan menguasai manusia.

Dario Gil, wakil presiden untuk AI dan komputasi kuantum di IBM mengatakan bahwa AI adalah teknologi informasi yang baru dan AI mencakup pembelajaran mesin, jaringan saraf, dan pembelajaran lain secara mendalam.

AI bukanlah teknologi baru tetapi kini adalah waktunya AI berjaya. Menurut  Dario Gil, AI telah dibuat beberapa dekade yang lalu tetapi tidak berfungsi dengan baik hingga 2012. Dengan data yang baik, apa yang disebut aplikasi AI yang bekerja mengerjakan satu jenis tugas dalam satu domain kini dapat mencapai kecepatan dan akurasi manusia super.

Gil mengatakan bahwa kita telah berada di puncak AI yang “luas”, multi-tugas, multi-domain, yang akan sangat mengganggu manusia sebenarnya. Beberapa dekade lagi akan berkembang  AI yang “umum”, dengan pembelajaran dan penalaran lintas-domain,  benar-benar revolusioner!

Para pemimpin bisnis perlu memahami AI untuk dapat memiliki kemampuan mengelola para ahli komputer dan manajer data secara efektif di dalam perusahaan mereka. Kaum muda malahan sudah lebih dulu menyadari revolusi AI yang sedang berkembang; Gil menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 siswa Stanford mendaftar di kelas pengantar pembelajaran mesin tahun akademik ini. Mereka tidak ingin menjadi ilmuwan komputer; mereka hanya ingin belajar karena menyadari bahwa AI itu  alat yang  penting untuk segalanya di masa kini.

Waspadai Gelombang AI yang Meningkat

AI saat ini bekerja untuk membuat proses yang ada lebih efisien daripada memiliki wawasan kognitif atau memberikan keterlibatan kognitif. “Tapi masa depan,” katanya, “akan sangat berbeda.”

Julian Birkinshaw, seorang profesor di London Business School, menggunakan analogi sebagai berikut. Bayangkanlah kita hidup di daerah pegunungan dan tiba-tiba ada banjir dan kita menyaksikan air naik secara bertahap. Wilayah yang tadinya kita anggap aman – yaitu hal-hal yang saat ini hanya dapat dilakukan oleh manusia – pada akhirnya akan dijajah oleh tekonologi AI.

AI Tetap Membutuhkan Manusia

Hanssens dari UCLA menunjukkan bahwa AI kemungkinan akan efektif dalam mendorong transaksi bisnis tetapi tidak untuk pertumbuhan jangka panjang. Mengapa? Karena semua perusahaan selalu mengejar teknologi yang ada dan pada akhirnya meniru dan menerapkan metode yang sama, sehingga hal ini dapat mengurangi atau  bahkan menghilangkan keunggulan kompetitif.

AI sangat efisien dalam melakukan sesuatu di masa sekarang dan mengeksplorasi hal-hal baru untuk masa depan. Jangan lupa bahwa dibalik kehebatan AI adalah kehebatan otak manusia. Bagi Prof. Tomo Noda dari Shizenkan University, kepemimpinan lebih penting daripada manajemen. “Perencanaan, penganggaran, dan pengorganisasian memang bisa dilakukan oleh AI,” ujarnya. “Tetapi membangun visi, menyelaraskan orang, dan memotivasi orang membutuhkan manusia.” Tomo Noda percaya bahwa kita akan membutuhkan lebih banyak fokus pada kepemimpinan dengan kemanusiaan, etika dan integritas. “Hanya orang baik yang bisa membuat AI yang bagus,” katanya. “Dari mana kita? Apa kita? Kemana kita akan pergi? Tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, kita mungkin tidak dapat melakukan yang lebih baik daripada mesin.” AI akan menjadi alat yang baik ditangan orang yang baik namun sebaliknya AI juga dapat mendatangkan hal yang buruk bila berada di tangan orang yang tidak baik. Pada akhirnya nilai-nilai hidup seseorang  akan menentukan bagaimana kita menggunakan potensi AI.

Para pemimpin bisnis juga akan memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan dampak penggunaan AI mereka pada semua masyarakat, tidak hanya pada bawahan mereka sehingga tidak terjadi krisis sosial.

“Kita harus membangun masyarakat yang bekerja,” kata Ibukun Awosika, pendiri dan CEO The Chair Center Group. “Menghilangkan ribuan posisi pekerja karena kemajuan teknologi berarti suatu hari kita akan mengalami krisis sosial.”

Bruno Di Leo, wakil presiden senior IBM, memperkirakan bahwa 10-20% pekerjaan akan hilang dengan kehadiran AI tetapi 100% pekerjaan akan berubah.

George Bernard Shaw pernah mengatakan sebagai berikut: “Orang yang berakal menyesuaikan dirinya dengan dunia; yang tidak masuk akal terus berusaha menyesuaikan dunia dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu semua kemajuan  justru tergantung pada orang yang tidak masuk akal.”

Perkataan ini benar bahwa dunia yang berakal, tanpa disadari memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap AI dan menyesuaikan diri dengan mudahnya terhadap teknologi ini.  Tidak ada penolakan terhadap teknologi  karena dunia menjadi semakin nyaman dengan teknologi. Mau lari dari teknologi dan menerobosnya? Apakah mungkin hidup tanpa teknologi atau bayangkanlah hidup tanpa sebuah smart phone?