(Business Lounge Journal – News and Insight)
Nokia sedang bangkit! Akhirnya perusahaan yang pernah menjadi primadona ponsel pada tahun 90-an hingga 2000-an itu menyerah untuk mempertahankan ego dengan mempertahankan teknologinya dan memilih untuk untuk mengejar ketertinggalannya. Perusahaan ponsel asal Finlandia ini tengah menggunakan tabungannya sekitar € 600 juta (senilai 10 triliun rupiah) untuk mendanai R&D. Selain itu Nokia juga telah mengumumkan rencananya untuk memangkas hingga 10.000 pekerjaan di seluruh dunia dalam dua tahun ke depan, dan ingin menggunakan penghematan tersebut untuk mengejar para pesaing mereka dalam teknologi 5G, cloud, dan infrastruktur digital.
Perusahaan mengatakan akan mengurangi tenaga kerja globalnya menjadi antara 80.000 dan 85.000 selama 18 hingga 24 bulan ke depan, dari 90.000 sekarang. Jumlah pastinya akan tergantung pada perkembangan pasar.
Pada bulan Agustus tahun lalu, Nokia memiliki CEO baru, Pekka Lundmark, yang berjanji untuk mengejar ketertinggalan dalam 5G, generasi baru jaringan seluler, setelah Nokia tertinggal di belakang pesaing utamanya, Huawei dari China dan Ericsson dari Swedia. Itu berarti telah melewatkan putaran awal perkembangan jaringan 5G setelah sebelumnya perusahan yang pernah berjaya ini berfokus pada integrasi Alcatel-Lucent, perusahaan telepon pintar dan peralatan nirkabel Prancis yang dibeli pada 2015.
Lundmark berkata bahwa pada area mana mereka memilih untuk bersaing, maka mereka akan bermain untuk menang. Oleh karena itu, Nokia bersungguh-sungguh dalam meningkatkan kualitas produk dan persaingan harga, serta berinvestasi pada keterampilan dan kapabilitas yang tepat.
Nokia Pernah Jadi Primadona
Pada masa kejayaannya, Nokia memang pernah menjadi ponsel sejuta umat. Sangking populernya, hampir semua orang berponsel akan memilih untuk memilikinya. Namun Nokia harus menyerah dengan kemunculan Blackberry yang langsung populer dengan BBM-nya (Blackberry Messenger). Ditambah lagi dengan gempuran bertubi-tubi dari iPhone dari Apple.Inc serta berbagai nama Android lainnya seperti Samsung, LG, HTC, Sony lalu ke saat ini Xiaomi, Asus, Oppo dan lain-lain.
Nokia sempat bertahan dan enggan mengikuti perkembangan teknologi pesaingnya. Dengan melawan arus, Nokia yang dijual ke Microsoft tetap berupaya menggunakan sistem operasi Microsoft yang akhirnya tetap menyerah melawan iOS dan Android. Nokia tetap berupaya bangkit dari kebangkrutan namun tak mudah bagi Nokia melawan ASUS, OPPO, Vivo, Samsung, bahkan Xiaomi yang memiliki inovasi terbaik dan harga murah. Nama besar Microsoft bisa saja populer untuk urusan sistem operasi komputer, namun belum kuat untuk smartphone.
Adalah Stephen Elop yang menjadi orang kunci yang memutuskan sama sekali tidak mau berpaling ke Android dan berkeras menggunakan Windows Phone. Sebagaimana diketahui, sebelum menjabat sebagai CEO Nokia, Elop merupakan kepala bisnis Office di Microsoft. Sehingga muncullah beberapa spekulasi bahwa Microsoft memang sedang merencanakan untuk menguasai Nokia namun ketidakberhasilan ini telah memaksa Microsoft menjual Nokia ke perusahaan China, Foxconn, yang dikenal sebagai produsen yang memproduksi produk-produk Apple, iPhone dan iPad. Sebuah angin segar muncul seketika Nokia mengumumkan bahwa hak paten maupun merek dari Nokia telah diberikan kepada perusahaan HMD Global.
Inikah awal kebangkitan dari Nokia?