Ternyata Perokok dapat Menderita Skizophrenia

(Business Lounge Journal – News and Insight) Di kalangan karyawan, merokok seringkali merupakan suatu habit yang tak dapat ditinggalkan. Suatu kali saat sedang berada di kantin salah satu perusahaan, pada kira-kira puku 15.00, kantin cukup penuh dan saya temukan hampir 90% orang yang ada di kantin merokok. Saat saya tanyakan hendak kemana kepada salah satu peserta training yang pergi keluar pada jam break, ia menjawab, “Biasa bu..relaksasi sebentar”. Rupanya bagi sebagian orang, merokok menjadi suatu solusi pada saat sudah mulai letih dan lelah, apalagi saat pikiran sudah mentok.

Setiap kali membicarakan merokok, semua orang akan mengaitkannya sebagai faktor risiko timbulnya kanker. Namun ternyata ada hal lain yang ditimbulkan oleh rokok. Pada tahun 2014, sebuah riset diadakan terhadap 14.555 perokok tembakau dan 273.162 perokok. Sebagai hasilnya ditemukan bahwa perokok harian masih sekitar dua kali lebih mungkin untuk mengalami gangguan psikotik baru sebagai perokok. Selain itu, mereka yang merokok setiap hari ditemukan untuk mengalami penyakit psikotik sekitar 1 tahun lebih awal dari yang bukan perokok. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam usia mulai merokok antara mereka yang melakukan, dan tidak, pergi untuk memiliki penyakit jiwa.

Nikotin ternyata terkait dengan Dopamin, salah satu neuro transmitter di otak yang akan meningkatkan kelebihan dopamin dalam otak yang dapat menyebabkan perokok menjadi gila (skizophrenia)

Peneliti dari Edinburgh-Inggris mengatakan bahwa merokok terus menerus bagi seseorang memang seringkali dapat mengobati kegelisahan atau depresi seseorang, tetapi tidak dapat dipungkiri bagaimana ditemukannya fakta bahwa merokok mengakibatkan munculnya skizofrenia. Hal ini masih terus diselidiki dan ditelit lebih lanjut.

Bagi para karyawan atau ekskutif muda, merokok sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan merupakan sesuatu yang juga menjadi lambang ‘kejantanan’. Sekali terkena rokok, dapat mengakibatkan kecanduan, bahkan banyak orang tidak dapat bekerja tanpa rokok. Beberapa mengatakan bahwa rokok memberi inspirasi dan ide-ide baru. Rokok bagi sebagian orang memang meredam stress mereka dan membuat konsentrasi bekerja. Tapi bila ditimbang untung ruginya bukankah sangat merugikan bila merokok?

Bila yang rusak adalah otak Anda, maka sangat disayangkan. Sebab otak inilah yang memampukan kita untuk melakukan banyak pekerjaan. Otak inilah sumber kekuatan manusia untuk menggerakkan seluruh tubuhnya. Sangatlah menyedihkan apabila merokok harus berakhir dengan penyakit.

Perusahaan dapat membantu para perokok untuk melepaskan diri dari merokok dengan membuat larangan “dilarang merokok” di ruangan ber-AC misalnya ataupun di kawasan tempat kerja. Melakukan penyuluhan juga penting dan dapat membangkitkan kesadaran untuk berhenti merokok. Selain itu suasana kerja yang tanpa stress, tanpa lembur, tanpa tekanan dari atasan ataupun lingkungan sekitar tempat kerja tentu juga akan menunjang karyawan dan eksekutif muda menghindari rokok sebagai pelarian dari stress dan depresi.

Tidak kalah penting tentunya teladan dari atasan sebagai orang yang tidak merokok akan sangat berpengaruh pada perilaku merokok karyawan. Mari canangkan “Bebas Rokok” di tempat kerja Anda!

Vera Herlina/VMN/BL/CEO of Management Soft Skill Academies Vibiz Consulting Group
Editor: Ruth Berliana
Image: Pexel

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x