Upaya IBM Lakukan Diversifikasi Melalui P-TECH

(Business Lounge – Global News) Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi memang sedang berupaya terus untuk melakukan diversifikasi karyawan. Hal ini telah menjadi pokok pembahasan selama bertahun-tahun. (Baca: Bias Etnis dan Gender di Silicon Valley). Bahkan perusahaan-perusahaan besar seperti Apple pun berupaya untuk melakukan terobosan demi terobosan untuk menghapus masalah ini, salah satunya dengan merekrut 11.000 perempuan secara global dalam satu tahun terakhir. (Baca: Apple Tuai Pujian Rilis Annual Diversity Report-nya).

IBM pun ternyata juga melakukan hal yang sama dengan membangung sekolah menengah umum yang disebut dengan P-TECH. Pada bulan Juni lalu, New York City College of Technology yang juga dikenal sebagai City Tech merayakan kelulusan para mahasiswanya yang ke-75. Di antara sekian ribuan mahasiswa yang lulus, terdapat 6 orang yang merupakan lulusan pertama dari P-TECH.

IBM Membangun P-TECH

P-TECH (Pathways in Technology Early College High School) merupakan sekolah menengah umum New York City yang dibuka pada September 2011. Sekolah ini dikembangkan melalui kemitraan yang unik antara perusahaan IBM, City University of New York – City Tech, dan Departemen Pendidikan New York City. Sekolah berfokus pada jalur postsecondary di bidang Teknologi Informasi, membantu berbagai kelompok mahasiswa masuk ke dalam bidang yang sangat kompetitif ini. Sekolah ini memiliki tingkatan 9-14 yang akan menjadi hollege unik (SMA dan dua tahun kuliah).

Program ini memang bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak, terutama yang minoritas dari latar belakang berpenghasilan rendah, untuk berkarir di bidang teknologi. Tujuannya adalah agar anak-anak tersebut mendapatkan ijazah sekolah tinggi dan asosiasi gelar bebas dalam enam tahun atau kurang. Keenam mahasiswa yang merupakan lulusan P-TECH yang pertama tersebut melewati program hanya dalam empat tahun.

Sejak sekolah P-TECH dibuka pada tahun 2011, orang-orang seperti Gubernur New York, Andrew Cuomo dan Presiden Obama sendiri telah memuji sekolah tersebut sebagai suatu solusi potensial untuk permasalahan tingkat pengangguran kaum muda bangsa yang tinggi dan diperlukannya perkembangan tenaga kerja teknologi yang terampil. Acara wisuda itu pun menjadi sebuah tonggak bagi P-TECH sebagai sebuah bukti yang tak terbantahkan bahwa solusi yang P-TECH tawarkan benar-benar bekerja.

Tujuan dari Program P-TECH

Perusahaan teknologi sudah lama menghadapi masalah perlambatan untuk mendiversifikasi golongan mereka. Sejauh ini permasalahan yang sering kali dibahas adalah mereka tidak bisa mempekerjakan karyawan yang beragam secara masal selama negara belum membangun proses keberagaman pekerja teknologi yang terampil. IBM pun kemudian mencoba membuat prototipe melalui P-TECH.

Bagi orang-orang muda di AS, pekerjaan dapat dikatakan sangat langka. Menurut sebuah kelompok, Opporturnity Nation, satu dari tujuh orang dewasa muda antara usia 16 dan 24, tidak memiliki pekerjaan atau pun bersekolah. Angka-angka untuk pemuda kulit hitam dan latin lebih tinggi.

Pada saat yang sama, permintaan untuk pekerja dengan keterampilan teknologi sedang melonjak tinggi. P-TECH bukan sekolah pertama yang mencoba untuk menghubungkan kesenjangan ini dengan memberikan anak-anak kredit perguruan tinggi sementara mereka masih di SMA. Tapi apa yang membedakan model P-TECH dari sekolah pendaftaran ganda lainnya adalah bagaimana P-TECH telah menghadapi bahkan mempelopori sebuah bisnis.

Tidak Hanya Berhenti di Kuliah

Membantu para siswa mendapatkan gelar di P-TECH hanya merupakan alat untuk membantu mereka mencapai tujuan. Tujuan utama P-TECH adalah agar para siswa mendapatkan pekerjaan. Para siswa menghabiskan karir siswa mereka di P-TECH dan mempersiapkan diri untuk karir profesional di IBM. Dari pembelajaran di tempat kerja pada tahun pertama mereka hingga kegiatan magang di IBM, yang biasanya berlangsung antara tahun junior dan senior.

Dalam kegiatan magang IBM, siswa mengambil peran sebagai peneliti, pemasar, blogger, dan pekerjaan lainnya. Tahun ini, enam lulusan P-TECH tersebut ditawarkan pekerjaan tetap setelah lulus dengan gaji awal minimal USD 50.000 atau sekitar IDR 700 juta. Tiga dari keenam siswa, menerima tawaran itu, sementara tiga lainnya menerima beasiswa penuh untuk perguruan tinggi selama empat tahun.

P-TECH Masih Menerima Keraguan dari Berbagai Pihak

Namun, tidak semua orang mau memasuki sekolah P-TECH. Ada orang yang khawatir bahwa menciptakan sekolah berkualitas tinggi yang melayani anak-anak minoritas hanya akan melanggengkan masalah segregasi yang sedang berkembang di sekolah-sekolah. Sedangkan yang lainnya khawatir pada gagasan model pendidikan berkembang secepat P-TECH yang pada kenyataannya baru meluluskan enam siswa. Beberapa analisis data menunjukkan bahwa P-TECH masih memiliki jalan panjang untuk membuktikan kualitas nilainya.

Namun kenyataannya tidak semua perusahaan teknologi bersedia menyewa lulusan P-TECH seperti yang dilakukan IBM. Hal ini pun menjadi hambatan lain untuk P-TECH dalam memastikan bahwa dunia teknologi sebenarnya membutuhkan lulusan dari model perguruan tinggi seperti P-TECH. Ini merupakan tujuan yang sulit karena banyak industri yang tidak mau mengubah cara dalam perekrutan dan keragaman.

Masih Ada Harapan untuk Perubahan

Namun, ada beberapa tanda-tanda mulai terbentuknya perubahan pada perusahaan-perusahaan ini. Intel, telah berkomitmen dengan dana sebesar USD 300 juta untuk mempromosikan keragaman di tempat kerja. Facebook, Pinterest, dan perusahaan lain baru mulai merintis program yang mengharuskan manajer untuk mempertimbangkan setidaknya satu kandidat minoritas untuk setiap posisi. Bahkan perusahaan modal ventura besar telah berkomitmen untuk meningkatkan keragaman di organisasi mereka, serta dalam portofolio perusahaan mereka.

Pemimpin P-TECH, termasuk Davis dan Litow, berharap bahwa kelompok-kelompok ini akan segera mewujudkan tindakan tersebut dalam waktu dekat. Meluncurkan 40 sekolah dalam lima tahun mungkin tampak cepat, tetapi tidak cukup cepat untuk membuat suatu kemajuan dalam masalah yang sedang mereka coba pecahkan.

Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x