(Business Lounge – Empower People) Apakah Anda termasuk alergi jika melihat CV dengan pengalaman kerja yang dapat berganti selama beberapa tahun? “Kutu Loncat!” demikian biasanya orang memberi julukan. Bisa ya dan bisa juga tidak.
Untuk CV yang seperti ini, sering kali orang tidak mau pusing dan langsung memutuskan untuk menyingkirkannya. Tidak perduli prestasi yang pernah diraih orang tersebut atau latar belakang pendidikannya. Apa yang terlintas dalam pikiran hanyalah bahwa orang tersebut adalah “kutu loncat”.
Lalu apakah demikian? Kembali lagi, bisa iya dan bisa juga tidak. Tetapi tidak ada salahnya untuk Anda meluangkan waktu sejenak untuk menganalisa CV si “kutu loncat”. Ada beberapa hal yang dapat Anda gunakan untuk memutuskan apakah Anda akan memproses kandidat tersebut lebih lanjut.
1. Perusahaan-perusahaan yang bagaimanakah yang terdaftar pada CV?
Jika-jika perusahaan-perusahaan yang dihampiri oleh si “kutu loncat” merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki nama, teruskanlah penelitian Anda.
2. Progress jabatan yang dijalani si “kutu loncat”.
Jika jabatan yang diduduki oleh si “kutu loncat” semakin tinggi setiap kali ia berpindah pekerjaan, lanjutkan penelitian Anda.
3. Bidang yang ditekuni di “kutu loncat”
Apabila dari awal hingga karirnya saat ini, ia menekuni bidang yang sama dan terlihat semakin dalam dari pencapaian yang disertakannya (jika ada), maka lanjutkan penelitian Anda.
4. Progress kompensasi dan manfaat yang didapatkan si “kutu loncat”
Jika hal ini tercantum dalam CV yang Anda peroleh, maka hal ini dapat menjadi salah satu bagian yang dapat mendasari keputusan Anda untuk memanggil si “kutu loncat” atau tidak.
Menangani Interview dengan si “Kutu Loncat”
Saya yakin bahwa hal utama yang Anda ingin ketahui dari si “kutu loncat” adalah apakah yang menjadi alasan ia berpindah-pindah tempat dalam masa pekerjaannya. Membutuhkan sebuah keterampilan untuk dapat mengungkapkannya, sebab jika memang si “kutu loncat” hanya menjawab dengan jawaban klise bahwa ia hanya mempergunakan adanya kesempatan yang lebih baik, maka sudah dapat dipastikan bahwa Anda akan mati langkah dan sulit untuk menggalinya lebih dalam lagi.
Jika memang pada CV sudah dapat Anda temukan bahwa jabatan si “kutu loncat” semakin meningkat setiap kali ia berpindah, maka sudah dapat dipastikan bahwa ia adalah orang yang berkualitas. Namun permasalahannya adalah mengapa ia tidak dapat bertahan pada sebuah perusahaan. Atau, mengapa si perusahaan tidak berupaya meretensi orang tersebut?
Hal pertama yang dapat Anda lakukan adalah menggali achievement dan prestasi apa yang ia peroleh dari setiap tempat yang ia hampiri. Jangan sekali-kali Anda bersikap seolah-olah Anda mencurigai bahwa ia memang seorang “kutu loncat” sejati. Gali sebanyak-banyaknya informasi apakah memang kemampuan dan keterampilan yang ia miliki adalah sesuatu yang “kekayaan” yang memang diperebutkan banyak pemberi kerja. Sebab jika memang demikian maka Anda sedang berhadapan dengan si pencetak prestasi. Jika Anda benar-benar membutuhkannya bergabung dengan perusahaan Anda maka harus dapat dipastikan bahwa Anda memiliki sesuatu yang setimpal dengan “kekayaan” yang ia miliki. Tentu saja ada 2 hal yang akan menjadi imbalannya, yaitu materi (kompensasi dan manfaat yang dapat perusahaan tawarkan) serta non materi (kedudukan, tanggung jawab, dan kepercayaan).
Itulah sebabnya banyak pemberi kerja berani untuk menawarkan “joining bonus” yang selangit untuk mendapatkan si “pencetak uang” atau bahkan dapat saja berupa pemberian saham sebagai kompensasinya.
Hal kedua yang perlu Anda identifikasi adalah apa yang menjadi alasan bagi si “kutu loncat” setiap kali ia memutuskan untuk berpindah perusahaan. Hal ini penting namun jangan ajukan pertanyaan ini di awal perbincangan, sebab Anda tidak akan memperoleh jawaban yang sebenar-benarnya. Simpan pertanyaan ini sampai suasana mencair dan Anda dapat menyampaikannya dengan ringan.
Bersambung: Lebih Dalam dengan si “Job Hopper”.
Ruth Berliana/VMN/BL/Managing Partner Human Capital Development