(Business Lounge – Business Insight)-Gonjang-ganjing masalah harga minyak dunia yang terus turun ternyata tidak memberi efek besar bagi perekonomian kawasan Asia termasuk juga dengan jalannya bisnis di kawasan ini. Bila ditelusuri maka sebagian besar negara-negara kawasan Asia memanfaatkan penurunan ini untuk menambah cadangan uang tunai pemerintah daripada menyalurkannya kepada konsumen dengan menurunkan harga bahan bakar minyak.
Melihat pada pergerakan perdagangan minyak dunia maka kawasan Asia adalah importir minyak mentah terbesar di dunia. Selama bertahun-tahun, seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia, banyak negara Asia melindungi konsumen dan perusahaan lewat subsidi bahan bakar yang rumit dan mahal.
Lalu apa yang terjadi saat harga minyak jatuh? Sontak saja banyak negara memakai momen ini untuk mengurangi subsidi pemerintah. Sebagai contoh, Indonesia, Malaysia, dan India dalam beberapa minggu terakhir telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Beijing bahkan juga menaikkan pajak konsumsi bahan bakar dua kali pada bulan November. Tercatat sebagai kenaikan pertama sejak tahun 2009.
Keimpulannya harga minyak mentah dunia yang rendah tidak berarti harga bensin yang lebih murah di Asia. Namun, kondisi ini ternyata tidak serta merta memberikan dampak langsung bagi perekonomian dan bisnis negara-negara kawasan Asia. Secara keseluruhan, ekonomi dan konsumen di Asia masih diuntungkan dengan penurunan harga minyak mentah. Harga minyak yang lebih murah turut mengendalikan inflasi lantaran biaya perusahaan berkurang.
Seperti dikutip oleh The Wall Street Journal, Paul Gruenwald, kepala ekonom Asia di Standard & Poor’s, mengatakan penetapan harga BBM yang mendekati level pasar “tidak selalu berarti hal yang buruk” jika pemerintah memakai dana hasil penghematannya untuk membiayai belanja infrastruktur atau mencicil utangnya yang tinggi.
Febe/Journalist/VMN/BL
Editor: Tania Tobing