Mengidentifikasi Tenaga Kerja dari Empat Generasi (Part 2)

(Business Lounge – Empower People) Seperti yang sebelumnya telah diulas ada 4 generasi yang dapat kita identifikasi sehubungan dengan tenaga kerja. (Baca: Mengidentifikasi Tenaga Kerja dari Empat Generasi (Part 1)). Tidak dapat dipungkiri bahwa ke-4 generasi ini memiliki tipe yang berbeda. Mulai dari si tradisional yang usianya telah lebih dari 68 tahun hingga si gen-Y yang masih berusia 20-an semuanya memiliki penanganan yang berbeda.

Seorang gen-y kemungkinan akan bertahan pada perusahaan yang mayoritas pegawainya termasuk generasi baby boomers sangatlah kecil. Saya ingat salah seorang kerabat yang masih berusia 20-an, bekerja pada sebuah unit yang mayoritas mereka yang telah berusia 40-an. Semua menganggapnya seperti anak bungsu, tugas-tugasnya banyak sekali di back-up. Akibatnya sangat sulit bagi dia untuk dapat berkembang. Bagi mereka yang tidak suka tantangan dan cenderung menikmati zona aman, maka kondisi seperti ini mungkin sangat menyenangkan baginya. Tapi tanpa disadari hal ini dapat membunuh karirnya sendiri. Jika seorang gen-Y memasuki dunia para gen-X atau baby boomers, maka si gen-Y harus men-set dirinya untuk berani berkompetisi dengan mereka. Jangan menerima excuse atau pun perlakukan yang hanya mengakibatkan kerugian baginya.

Lalu bagaimanakah jika Anda sebagai seorang pemimpin memiliki anggota yang bervariasi dari ke-4 generasi tersebut? Anda perlu untuk dapat mengidentifikasi tiap-tiap anggota tim sehingga Anda tahu bagaimana untuk dapat memperlakukan mereka. Sebab Anda tidak mungkin memberikan arahan dengan sangat intensif kepada para baby boomer seperti yang Anda lakukan kepada gen-Y. Demikian juga sebaliknya. Di lain kesempatan, Anda juga harus berhati-hati untuk memberikan feed back yang negatif kepada para gen-Y dibandingkan dengan kepada para gen-X. Berikut beberapa hal yang perlu Anda perhatikan bagaimana bersikap sesuai dengan generasinya.

Menghadapi si Baby Boomers

Sangat penting bagi Anda untuk dapat memberikan apresiasi dengan tulus. Ingat, jangan sekali-kali Anda berupaya untuk mengungguli kedewasaan mereka apabila usia Anda jauh di bawah mereka.

Ketika saya membawakan sebuah pelatihan mengenai Performance Management seorang peserta mengajukan permasalahannya. Ketika ia masuk ke perusahaan tempat ia bekerja saat ini maka ia menjadi anak buah seorang baby boomer. Kemudian karena satu dan lain hal ia dipindahkan ke bagian lain sampai kemudian ia mendapatkan promosi pada bagian yang baru. Setelah beberapa waktu, ternyata ia dikembalikan ke bagian pertama dan menjadi atasan dari si baby boomer. Setiap kali ia memberikan arahan kepada si baby boomer, maka ia hanya mendapatkan tanggapan sinis seolah-olah si baby boomer merasa ia hanya digurui belaka.

Penting untuk menyadari bahwa seorang baby boomer membutuhkan pengakuan dan apresiasi atas setiap prestasi yang dilakukannya. Oleh karena itu pendekatan hanya memberikan direction kurang tepat untuk dilakukan, sangat penting untuk dapat memberikan pengakuan. Tidak masalah jika Anda akan memberikan feedback sebab si baby boomers biasanya sangat terbuka dengan pemberian feedback. Namun lakukanlah itu secara berkala terutama pada saat memberikan penilaian.

Menghadapi si Gen-X

Para gen-X biasanya lebih senang untuk dapat terlibat aktif di dalam pemberian arahan. Bahkan mereka mengharapkan mendapatkan feedback secara berkala. Dengan menerima feedback maka mereka akan merasa diperhatikan dan dimonitor. Para gen-X biasanya berada pada tahap ingin dapat terus berkembang. Terkadang biasa saja mereka ada posisi yang stuck karena itu mereka berupaya mencari celah untuk mendapatkan tantangan yang baru. Sehingga berbagai feedback akan memberikan arahan yang sangat berguna bagi mereka.

Dengan demikian si gen-X pun mengharapkan dapat memperoleh penilaian atau evaluasi lebih sering sehingga mereka dapat menentukan arah pekerjaan mereka untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Menghadapi si Gen-Y

Pada umumnya para gen-Y membutuhkan close supervision.  Apalagi jika mereka adalah pendatang baru dalam dunia kerja. Mereka benar-benar membutuhkan arahan sebab rasa kuatir untuk gagal masih dapat menguasai mereka. Salah satu yang perlu diperhatikan juga adalah mereka tidak siap untuk mendapatkan negative feedback sehingga Anda harus memperhatikan bagaimana cara menyampaikan evaluasi atas pencapaian mereka bilamana hasilnya kurang baik.

Dengan demikian Anda tidak dapat memperlakukan dengan sama semua tim Anda.

ruth_revisiRuth Berliana/Managing Partner Human Capital Development/VMN/BL

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x