(Business Lounge – News & Insight) Jumlah penduduk India memang sudah melebihi satu miliar jiwa sehingga India menjadi negara kedua dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Tiongkok. Negara pun kemudian memberikan program pengendalian pertumbuhan dengan cara memberikan layanan sterilisasi masal kepada mereka yang tidak mampu serta memberikan kompensasi senilai 1.400 rupee (US $ 23 atau sekitar 276,000 rupiah).
Namun tragisnya tercatat 13 orang wanita tewas pada akhir minggu lalu ketika mengikuti kamp sterilisasi di negara bagian Chhattisgarh pusat. Dunia internasional pun memberikan kecaman. Puluhan lainnya masih di rumah sakit setelah kamp yang dilaksanakan Sabtu (8/11), ketika seorang ahli bedah tunggal ditugaskan untuk mengoperasi 83 wanita hanya dalam waktu lima jam (rata-rata kurang dari empat menit setiap pasien). Dokter tersebut pun ditahan pada Rabu (12/11).
Menteri Kesehatan India Jagat Prakash Nadda mengatakan bahwa memang India menetapkan target sterilisasi bagi pemerintah daerah dalam upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk yang telah melebihi satu miliar. “Ini adalah, promosi dan program demand-driven yang bebas target,” demikian diucapkan pemerintah mengutip pernyataan Nadda pada Kamis (13/11).
Sedangkan Human Rights Watch mengatakan petugas kesehatan di India memaksa para perempuan untuk disterilkan. Sebelumnya petugas tersebut dikenakan target namun pada tahun 1996 target sudah tidak diberlakukan lagi walaupun kelompok advokasi menurut petugas kesehatan setempat masih diberi kuota untuk prosedur dan pekerjaan mereka.
PBB telah menyerukan semua pihak untuk bertanggung jawab atas insiden ini.
Menteri Chhattisgarh pun memecat ahli bedah yang melakukan operasi dan kepala medis yang mengawasi mereka. Negara telah meluncurkan penyelidikan yudisial, dan juga menguji obat yang diberikan kepada para wanita setelah operasi.
“Obat-obatan yang disita telah dikirim untuk pemeriksaan,” kata Kepala Menteri Chhattisgarh Raman Singh. “Jika ada sesuatu yang salah dengan obat-obatan, kami akan bertindak terhadap perusahaan, produsen, pembeli dan tim medis,” tambahnya. Pemerintah negara bagian telah melarang lima obat yang digunakan pada investigasi kamp tertunda, termasuk obat bius dan penghilang rasa sakit.
Para korban mengalami muntah dan penurunan tekanan darah yang dramatis pada Senin (10/11) setelah menjalani sterilisasi laparoskopi. Meskipun belum ada pernyataan resmi apakah yang menjadi penyebab kematian, badan yang berwenang berspekulasi bahwa para wanita terebut tewas karena syok septik. Namun, RK Gupta, ahli bedah yang melakukan sterilisasi, menyalahkan obat.
Operasi dilakukan di sebuah rumah sakit tertutup di pinggiran Bilaspur. Ruang operasi yang digunakan untuk operasi ditutup pada hari Jumat (8/11) dan dijaga oleh sekitar enam petugas polisi.
Sterilisasi adalah salah satu metode yang paling populer untuk keluarga berencana di India, dan pemerintah negara banyak mengatur kamp massal terutama untuk mereka yang miskin, perempuan pedesaan untuk dapat menjalani prosedur pada umumnya. Secara total tercatat 336 orang tewas akibat sterilisasi di India dalam tiga tahun sejak 2010, menurut angka pemerintah pusat.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana

