(Business Lounge – Lead & Follow) – Presiden terpilih Jokowi-JK hendak bekerja cepat untuk pembangunan Indonesia, mereka menggodok 9 agenda prioritas Nawa Cita bersama team transisi yang sekarang tengah memikirkannya untuk membuat korelasi dengan agenda pemerintahan SBY.
Prioritas Nawa Cita yang pertama adalah menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Prioritas ini merupakan jawaban bagi persoalan yang sering timbul dalam kehidupan bernegara yaitu kehadiran negara bagi rakyatnya, seperti dikatakan oleh mantan Presiden AS George W Bush “There’s no bigger task than protecting the homeland of our country.” Pernyataan Bush mendukung prioritas utama dalam Nawa Cita yaitu semestinya rasa aman dan perlindungan bangsa menjadi tugas negara. Banyak program yang akan dijalankan dari agenda Nawa Cita yang pertama ini, namun umumnya program-program tersebut terbagi dalam dua kategori, yang pertama perlindungan bangsa di dalam negeri melalui pertahanan dan Polri yang profesional dan yang kedua politik luar negeri yang memberikan citra bangsa yang berdaulat.
Agenda Nawa Cita yang kedua adalah membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Fungsi pemerintah sebagai change agent dan agent development sudah pasti membutuhkan kepercayaan dari stakeholder yang berasal dari dalam dan luar negeri. Good Governance telah menjadi standar yang harus dipenuhi untuk membuat nyaman bagi para stakeholder termasuk para penanam modal. Karena itu bersih, efektif, demokratis dan terpercaya merupakan parameter yang harus dipenuhi melalui indikator-indikator yang nyata. Tata kelola pemerintah seperti ini bisa dipastikan akan membawa pemerintah yang efisien dan meningkatkan daya tarik Indonesia bagi para stakeholder.
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, merupakan agenda Nawa Cita yang ketiga. Agenda ini merupakan harapan banyak pihak, presiden SBY sendiri dalam pidato kenegaraannya tanggal 15 Agustus yang lalu menyatakan “Pada bulan Maret 2014, tingkat kemiskinan turun menjadi 11 persen atau sekitar 28 juta penduduk.” Impilisit membangun Indonesia dari pinggiran berarti pemerintah baru akan meneruskan pemberantasan kemiskinan. Kemiskinan menjadi prioritas yang harus diatasi melalui program Nawa Cita ini. Memulainya dari daerah-daerah Timur Indonesia adalah prioritas yang tepat dan kawasan perbatasan Indonesia umumnya dalam keadaan yang jauh dari standar mereka yang tinggal di perkotaan.
Aristoteles pencetus konsep negara hukum menyatakan “When states are democratically governed according to law, there are no demagogues, and the best citizens are securely in the saddle; but where the laws are not sovereign, there you find demagogues. Dengan penegakan hukum Indonesia akan menghilangkan demagogues yang kata lainnya adalah agitator, provokator, termasuk koruptor. Indikator penegakan hukum ini seharusnya akan tercermin pada turunnya peringkat Indonesia sebagai negara terkorup peringkat ke 114 dari 177 negara. Agenda keempat Nawa Cita hendak menjawab tantangan ini yaitu menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
Agenda kelima Nawa Cita dapat disimpulkan dengan kata-kata; “Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kerja, Indonesia Sejahtera”. Indonesia Pintar dan Indonesia Sehat secara praktis semestinya akan dituangkan melalui program Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar yang telah terbukti menolong rakyat kecil karena menjawab langsung kebutuhan rakyat. Melalui replikasi model yang diterapkan di Solo dan Jakarta, diharapkan provinsi, kabupaten, kota dapat melakukan hal yang sama dan membawah keberhasilan. Untuk Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera, keduanya merupakan program yang berkaitan langsung sebab bentuk kesejahteraan yang nyata hanya dapat melalui pengadaan lapangan kerja bagi rakyat Indonesia. Program ini termasuk rencana melakukan reformasi agraria 9 Juta hektar tanah untuk rakyat yang akan membuat mereka memiliki pekerjaan dan seperti pernah disampaikan Marzuki Usman (mantan Menteri Kehutanan RI yang pernah menjabat juga sebagai Kepala BKPM) bahwa ketika rakyat dapat mengolah tanahnya sendiri yang menghasilkan mereka akan memiliki kehidupan yang sejahtera.
Produktifitas Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lain, menurut data World Economic Forum (WEF) 2012 Indonesia menempati urutan ke 50 dari 144 negara. Sedangkan dari kualitas Indonesia menurut data Global Competitiveness Index tahun 2013-2014 Indonesia menduduki peringkat 38 dari 144 negara. Fakta ini memang merupakan pekerjaan yang harus diperbaiki dan dikejar untuk membawa Indonesia masuk sebagai negara maju. Agenda keenam Nawa Cita yang merancangkan peningkatan produktifitas rakyat dan daya saing Internasional tepat untuk dijalankan. Melalui dua indeks yang dikeluarkan, Indonesia bisa melihat di areal mana yang memerlukan perbaikan, dan hal ini tentunya akan berbeda-beda bagi setiap daerah. Secara mendasar pembangunan infrastruktur jawaban dari meningkatkan daya saing dan pendidikan merupakan jawaban untuk meningkatkan produktifitas yang menurut John F Kennedy “Our progress as a nation can be no swifter than our progress in education. The human mind is our fundamental resource.”
Agenda ketujuh Nawa Cita merupakan dampak dari pelaksanaan enam agenda sebelumnya, meskipun penggunaan instrumen-instrumen ekonomi secara makro memerlukan kebijakan yang tepat sasaran dari pemerintah yang baru. Kebijakan di bidang moneter dan fiskal yang tepat akan membangun real market yang bergairah sehingga kedaulatan pangan, energi dan keuangan akan tercipta. Inilah yang merupakan agenda Nawa Cita ketujuh yaitu kemandiran ekonomi Indonesia.
Seperti telah dicanangkan oleh Jokowi-JK melalui revolusi mental, maka Nawa Cita memasukannya sebagai agenda yang kedelapan yaitu melakukan revolusi karakter bangsa. Meskipun agenda ini ada dalam urutan kedelapan, namun agenda-agenda lainnya akan gagal bila agenda ini tidak bisa dilakukan. Pokok terpenting dalam melakukannya sudah disampaikan Jokowi-JK adalah melalui penataan pendidikan, namun pendidikan tidak akan mengubah bangsa tanpa adanya role model dan change agent yang tentunya dimulai dari pemerintahan sendiri dan seluruh pemimpin-pemimpin bangsa yang berintegritas.
Nawa Cita mengakhiri agendanya dengan keinginan untuk memperteguh kebhinekaan Indonesia. Bersatu dalam kebhinekaan merupakan soil atau tanah yang subur untuk berhasilnya seluruh program pemerintahan baru. Tidak ada satupun dapat dijalankan ketika tidak ada kerukunan di antara keluarga, masyarakat, sampai kepada bangsa. Dimulai dengan pendidikan karakter sejak dini maka diharapkan tunas-tunas bangsa Indonesia yang dikemudian hari menjadi pemimpin berkarakter baik dan menanggapi kebhinekaan sebagai sebuah keindahan. Membangun kebersamaan melalui gotong royong, membangun kemajemukan sebagai kekuatan budaya merupakan dasar dari seluruh pelaksanaan agenda Nawa Cita.
Nawa Cita merupakan agenda yang sudah sangat bagus, pelaksanaannya membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan dicintai oleh rakyat. Jokowi-JK merupakan harapan untuk membuat Nawa Cita tidak berhenti diatas kertas saja, namun menjadi agenda nyata yang bisa dinikmati rakyat. Selamat bekerja Jokowi-JK!
(back to Jokowi : Re-Think Indonesian Leadership)
Emy Trimahanani/Managing Partner Soft Skill Development Vibiz Consulting/VMN/BL