Demo Ratusan Buruh Nike China, Berakhir Dengan Kesepakatan Kenaikan Upah

(Business Lounge – Business Today) – Yue Yuen Industrial Holdings Ltd ( 551 ), sebuah perusahaan di China yang merupakan salah satu pembuat sepatu terbesar di dunia, akhirnya mengambil keputusan untuk menawarkan kenaikan upah kepada para pekerjanya. Hal ini dilakukan manajemen dalam upaya untuk mengakhiri mogok kerja yang dilakukan oleh para buruh yang sudah berlangsung selama 6 (enam) hari.

Perusahaan lainnya yang terdaftar pada bursa Hong Kong, seperti Adidas AG (ADS) dan Nike Inc (NKE) yang merupakan supplier perusahaan menyatakan kesediaan mereka untuk menaikkan upah para buruh yang berlokasi di China selatan, yaitu naik sebesar 230 yuan ($ 37 ) terhitung mulai 1 Mei mendatang.

Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh para buruh yang sudah terjadi sekitar 6 hari ini dianggap telah mengganggu tingkat produksi  pabrik Yue Yuen di Dongguan, yang hingga saat ini tercatat telah mempekerjakan lebih dari 40.000 orang. Selama masa mogok kerja tersebut terlihat banyak buruh yang hanya sekedar datang untuk absen namun setelah itu meninggalkan lokasi pabrik.

Beberapa karyawan yang berhasil diwawancarai oleh Bloomberg di lokasi pabrik menuturkan bahwa perusahaan dipandang telah gagal dalam memenuhi tuntutan kesepakatan dengan para buruh yang menuntut kenaikan upah.

Sesungguhnya, sengketa yang terjadi antara perusahaan dengan buruh kali ini menambah daftar jajaran kasus sengketa serupa di industri manufaktur China. Meningkatnya biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh produsen saat ini akhirnya memicu beberapa pengusaha untuk memindahkan lokasi produksi mereka ke luar negeri. 

Kabar terbaru dari induk perusahaan yang berbasis di Taiwan, Pou Chen Group, menyampaikan bahwa mereka tengah melakukan diskusi dengan pemerintah setempat untuk menyelesaikan konflik buruh yang saat ini sedang terjadi di China.

Sebagai info, Yue Yuen memiliki sekitar 423.000 karyawan. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1988 oleh pemilik Taiwan namun melakukan ekspansi hingga akhirnya memiliki pabrik di Cina, Vietnam dan Indonesia. Walaupun  aksi yang dilakukan para buruh tersebut menganggu kegiatan produksi di pabrik ternyata hal tersbeut tidak berimbas kepada saham perusahaan. Terpantau pasca terjadinya kejadian ini saham Yue Yuen tetap naik sebesar 0,2 persen pada perdagangan terakhir minggu lalu.

Sedikit intermezo, permasalahan upah buruh sebenarnya tidak hanya terjadi di China. Indonesia pun selalu mengalami permasalahan yang sama terkait upah buruh dari tahun ke tahun. Memang menjadi dilema bagi seorang pengusaha yang memiliki ribuan buruh di pabriknya jika dituntut untuk membayar mahal semua buruhnya. Pasalnya, para buruh yang sering dikelompokkan sebagai “tenaga kerja kasar” ini dipandang sudah dibayar selayaknya, maksudnya sudah dibayar sesuai dengan kontribusi mereka dan kualitas mereka.

Seharusnya dalam hal ini pemerintah juga berpartisipasi agar ditemukan win-win solution antara kedua belah pihak, sama seperti yang dilakukan oleh Pou Chen Group yang memutuskan untuk berdiskusi dengan pemerintah setempat. Biar bagaimanapun pengusaha cukup berperan besar dalam perekonomian, terutama dalam membuka lapangan pekerjaan dan dalam hal sirkulasi perputaran pasar uang. Jika akhirnya banyak pengusaha yang lari karena begitu banyaknya tuntutan buruh yang terlalu berat maka akan terjadi pengangguran massal dimana dampaknya akan lebih domuni terhadap ekonomi makro.

Namun sebaliknya, jika para pengusaha juga tidak bisa diatur dengan regulasi yang sudah ada terkait ketenagakerjaan, maka apakah kita sebagai manusia yang bermoral tega melihat mereka yang keringatnya di eksploitasi tanpa ada apresiasi yang layak? Hal ini menjadi tantangan besar bagi para semua yang memiliki kekuasaan, agar dapat menggunakan kekuasaannya dengan bijaksana.

Stephanie Rebecca/ Analyst at Vibiz Research/VM/BL
Editor: Iin Caratri
Image : veooz.com

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x