(Business Lounge – World Today) – Logo Twitter yang semula berwarna biru muda berubah menjadi merah saat ini. Setidaknya perubahan tersebut terjadi di Turki pasca pemblokiran Twitter pada Jumat lalu (21/3) yang dilakukan oleh pemerintah setempat tak lama setelah Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan mengancam akan “menghapus Twitter” pada Kamis malam setelah banyak para pengguna twitter memposting informasi mengenai adanya indikasi korupsi yang dilakukan oleh beberapa pejabat tinggi di Negara tersebut.
Sebelum pemblokiran dilakukan, ribuan warga Turki juga sudah menunjukkan protes mereka atas rencana pemblokiran tersebut dengan melampirkan hashtag #TwitterisblockedinTurkey lebih dari setengah juta kali dalam 12 jam terakhir sebelum akhirnya website Twitter benar-benar diblokir oleh pemerintah Turki. Hashtag lainnya yang digunakan antara lain #OccupyTwitter dan #ErdoganBlocksTwitter juga menjadi trending topics di Twitter.
Meskipun akhirnya pemblokiran Twitter saat ini telah menuai ribuan protes dari warga negaranya, Menteri Keuangan Turki, Mehmet Simsek, tetap menyatakan bahwa Ia membela jajaran pemerintah di negaranya yang saat ini masih memblokir salah satu media sosial terbesar yang penggunya hampir tersebar di seluruh dunia, Twitter.
Mr. Simsek menyatakan bahwa pemblokiran Twitter di negaranya bukanlah sebuah tindakan yang mengartikan bahwa pemerintah sudah melanggar HAM dengan membatasi hak warga negaranya dalam berbicara atau bersuara.
Kejadian ini sepertinya mengingatkan kita pada kejadian tahun 2010 silam dimana pada saat itu, Turki akhirnya mencabut pemblokiran akses internet YouTube setelah 2 tahun lamanya diblokir karena adanya video yang disinyalir merupakan penghinaan terhadap Negara tersebut.
Hingga saat ini belum ada kepastian sampai kapan Twitter akan diblokir di Negara tersebut. Namun yang pasti Indonesia, salah satu Negara denga basis pengguna Twitter terbesar di dunia harus senang karena hingga saat ini masyarakat Indonesia masih bebas menuliskan kritik, pendapat, opini bahkan gossip di media social tersebut tanpa ada ancaman apapun dari Pemerintah.
Memang, setiap orang bebas mengutarakan pendapat. Memang, setiap orang juga bebas berinteraksi. Namun melalui kasus di Turki, ada baiknya juga kita, para pengguna media sosial, pengguna Twitter khususnya, lebih bijaksana dan lebih pintar dalam mengolah informasi yang kita terima agar tidak menuai kontroversi.
Stephanie Rebecca / Analyst Research at Vibiz Research/VM/BL
Editor: Fanya Jodie
Foto : ANTARA FOTO/REUTERS/Murad Sezer