(Business Lounge – World News) – Aksi Presiden Rusia Vladimir Putin sepertinya menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, terutama bagi dunia Barat. Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Eropa bertekad mengisolasi Presiden Rusia Vladimir Putin dan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap negaranya. Pihak Barat menuntut Putin menarik pasukannya dari wilayah Crimea, Ukraina.
Aksi Amerika Serikat terlihat ketika Washington telah membatalkan inisiatif perdagangan dan ekonomi gabungan dengan Moskow. Ini termasuk persiapan konferensi tingkat tinggi (KTT) negara maju G-8 yang rencananya digelar di Sochi, Rusia, Juni nanti.
Pejabat senior AS mengatakan Gedung Putih mulai berdiskusi dengan Kongres mengenai penerapan sanksi keuangan dan ekonomi bagi perusahaan-perusahaan Rusia. Sanksi juga berlaku bagi pemimpin Rusia jika Kremlin tidak menarik tentaranya dari Crimea.
“Saat ini tentara Rusia memiliki kendali operasional secara penuh di Semenanjung Crimea, dengan kekuatan sekitar 6000 lebih tentara angkatan udara dan laut, dan materi yang signifikan,” ujar pejabat senior AS. “Tidak diragukan lagi Rusia kini menduduki Crimea, mereka terbang dengan bala bantuan, dan mereka menetap.”
Baik AS maupun Eropa menilai anjloknya ekonomi dan nilai tukar ruble, mata uang Rusia, menjadi titik lemah Putin.
“Kami meneliti sejumlah opsi untuk mengurangi hubungan ekonomi dan perdagangan kami dengan Rusia,” kata seorang pejabat senior AS, Minggu malam. “Ini akan sangat berdampak pada ekonomi Rusia.”
Pada Minggu malam, anggota negara majuG-7 merilis pernyataan gabungan mengecam Rusia. G-7 menilai Rusia “jelas melanggar kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.” Mereka akan menunda partisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan persiapan KTT G-8 “sampai situasinya memungkinkan bagi G-8 untuk menggelar diskusi yang berarti.”
Para menteri keuangan G-7 menekankan komitmennya untuk menyokong sistem keuangan dan ekonomi Ukraina.
Sementara itu Moskow, tidak menghiraukan reaksi Barat.
“Mereka akan terus bicara, dan berbicara, lalu berhenti,” kata Oleg Panteleyev, anggota Senat parlemen Rusia, Sabtu. Panteleyev mengingatkan peristiwa yang sama saat Rusia menyatakan perang terhadap Chechnya pada awal 2000-an dan Georgia pada tahun 2008. GEma ancaman Barat saat itu nyaris tak berbunyi.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri John Kerry akan mengunjungi ibukota Ukraina, Kiev, Selasa besok. Lawatan ini ditujukan untuk mendukung pemerintahan sementara Ukraina dan membantu mencari cara untuk memperbaiki keuangan negara itu yang mulai melemah.
Minggu kemarin Menteri Luar Negeri Inggris William Hague tiba di Kiev untuk bertemu dengan pemerintahan baru Ukraina. Di Kiev, Hague menegaskan dukungan Inggris dan mendesak agar pengendalian situasi terus berlangsung. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, terbang ke Kiev pada Rabu besok saat Uni Eropa terus berupaya menyusun paket bantuan bagi Ukraina.
Menurut pejabat senior, AS tengah menyusun dana talangan keuangan jangka pendek untuk Ukraina yang meliputi jaminan pinjaman sebesar $1 milyar dari Washington. Ukraina juga akan didukung oleh paket bantuan dari Dana Moneter Internasional.
Meski sering berkonfrontasi dengan Moskow, AS dan Uni Eropa menawarkan strategi alternatif kepada Putin yang membuka jalan bagi penarikan tentara Rusia di Ukraina. Dengan strategi ini, Putin juga dapat melindungi aset militer Rusia dan populasi besar warga berbahasa Rusia di Ukraina.
Pemerintah AS secara khusus berdiskusi dengan pemerintah Rusia dan negara-negara Eropa soal kemungkinan mengerahkan pengamat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa di wilayah timur Ukraina dan Crimea.
(MX/MX/BL-WSJ)
Foto : Antara