How to Get The Best Performance
– Menciptakan “Carrot Culture” Dalam Suatu Organisasi
(Business Lounge – HR) – “Carrot Culture” adalah sebuah lingkungan di mana karyawan dinilai dan dihargai atas kontribusi mereka secara bermakna dan positif – sehingga mampu menciptakan gairah kerja dan kinerja yang meningkat.
Mengapa kita perlu “Carrot Culture” ?
Setiap survei tempat kerja besar yang dilakukan dalam dua puluh tahun terakhir telah menunjukkan kebutuhan untuk pujian dan pengakuan dalam mendorong hasil bisnis. Bahkan, kesuksesan jangka panjang hampir tidak mungkin tanpa pengakuan efektif. Ketika karyawan di organisasi Anda merasa bahwa bisa melakukan apapun – Anda tahu Anda telah menciptakan sesuatu yang istimewa. Anda telah membangun Carrot Culture, satu lingkungan yang jarang ada dimana karyawan dihargai dan di apresiasi atas kontribusinya, yang menciptakan gairah dan kinerja di tempat kerja.
Penemuan kunci dari studi terhadap 200.000 orang yang dilakukan Health Stream Research: karakter utama dari manajemen yang benar-benar efektif – elemen yang berkali-kali muncul di berbagai tempat kerja yang luarbiasa – adalah kemampuan seorang manajer untuk menghargai bakat dan kontribusi para karyawan dengan cara yang bermakna. Cara yang bermakna ini bukan berarti selalu dinilai dengan uang atau besarnya bonus.
Prioritas bagi karyawan apa yang sebenarnya mereka inginkan dari pekerjaan Anda (sehingga akan meningkatkan performance) adalah:
1. Kesempatan mengembangkan karier atau belajar
2. Penghargaan
3. Peningkatan gaji
4. Hubungan dengan manajer yang lebih baik
Jadi point utama bukan gaji (walaupun gaji tetap merupakan salah satu aspeknya), contoh dalam hal ini misalnya:
Rich Products Corp. di Buffalo, New York, memahami pentingnya penghargaan ini. Maria Grimaldi, penerima penghargaan tertinggi Rich: Robert E. Rich Spirit of Innovation Award, penghargaan tertinggi dari perusahaan yang sangat bergengsi. Grimaldi dan timnya diundang untuk liburan selama lima hari ke tempat tujuan pilihan mereka diantar pesawat jet perusahaan. Hadiah ini seperti mimpi bagi mereka dan mereka merasakan besarnya penghargaan yang diberikan kepada mereka.
Salah satu Bank Swasta nasional terkemuka di Indonesia, memberikan penghargaan kepada karyawan terbaiknya dengan mengajak mereka makan malam bersama CEO mereka, sesuatu yang sangat berarti dan tidak terlupakan.
Konsep Carrot Principle bisa digambarkan sebagai berikut :
1. Tebar Benih: Tentukan tujuan yang jelas sehingga karyawan paham apa target atau goal dari apa yang mereka kerjakan.
2. Tanam: Berkomunikasilah secara terbuka sehingga terjalin hubungan yang baik dan tidak melewatkan informasi diperlukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
3. Rawat: Bangun Kepercayaan, baik itu kepercayaan karyawan terhadap pimpinan, ataupun kepercayaan pimpinan kepada kinerja para karyawan. Sehingga tumbuh rasa saling percaya dan saling mendukung.
4. Siangi: Minta pertanggung jawaban dari berbagai pihak yang terlibat. Hal bertujuan untuk membuat karyawan merasa memiliki tanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan dan didukung sepenuhnya oleh atasan.
5. Panen: Hal ini akan terlihat hasil dari apa yang sudah dilakukan, antara lain: Keterlibatan Karyawan, Kepuasan Karyawan, Profitabilitas yang lebih tinggi, Loyalitas pelanggan yang lebih tinggi.
Pakar kepemimpinan Kouzes dan Posner menggambarkan dampak penghargaan individu terhadap grup kerja seperti ini: “Dengan cara mengangkat semangat orang (melalui penghargaan dan pujian), kami mempertinggi pemahaman terhadap harapan organisasi dan memanusiakan nilai dan standar sehingga kami bisa memotivasi di tingkatan yang dalam dan bertahan lama. Tetapi terlebih lagi, penghargaan publik berfungsi sebagai mekanisme pendidikan yang berharga yang mendemonstrasikan nilai-nilai perusahaan dan mendorong yang lain untuk juga melakukan tindakan yang mereka lihat mendatangkan imbalan.”
Penghargaan semakin mengakselerasi kemajuan ke arah satu tujuan dengan cara membawa energi baru ke dalam upayanya itu. Penghargaan pun memiliki dampak percepatan di tempat kerja. Hal ini memberi rekan sekerja pandangan terhadap apa yang mungkin dicapai dan keinginan mencapai hadiahnya. Tetapi, penghargaan bukan satu-satunya jawaban. Sebelum penghargaan ada, dasar-dasarnya sudah harus ada.
Tanggal 6 Juni 1954, seorang pelari Inggris, Roger Bannister, melakukan sesuatu yang dipandang tidak mungkin saat itu, berlari satu mil dalam tempo kurang dari 4 menit, tepatnya 3 menit 59,4 detik. Seluruh dunia bersorak merayakan hari yang bersejarah ini, dia mendapat liputan yang luas dan penghargaan, kemenangannya dirayakan. Melihat penghargaan yang diterima, hal ini memicu semangat orang lain untuk memecahkan rekornya.
Benar saja, sebulan kemudian prestasi yang mencengangkan dunia sebelumnya kembali dipecahkan oleh seorang pelari Australia, John Landy dengan catatan waktu 3 menit 58 detik. Pintu untuk mencapai 1 mil dalam tempo kurang dari 4 menit semakin terkuak dan setelah itu semakin banyak pelari yang mencapai batas 4 menit dan bahkan kembali memecahkan rekor tersebut.
Mengapa terjadi percepatan atas hal ini? Prestasi yang sebelumnya tertutup selama ratusan tahun, namun kemudian kembali dipecahkan dalam tempo tidak lama berulang kali sejak pertama kali dipecahkan?
Penghargaan yang diterima Bannister mempunyai andil besar dalam hal ini, walaupun dalam kasus pelari Inggris tersebut (Bannister), selain penghargaan, dia memang punya bakat terpendam, mendedikasikan pada satu rezim latihan, dan sudah mengikuti ratusan (mungkin ribuan) lomba lari.
Sebagian pemimpin, karena antusias dengan penghargaan, melupakan bahwa untuk memberikan penghargaan perlu memiliki dasar-dasar kepemimpinan terlebih dahulu. Adrian Gostick dan Chester Elton saat membagikan hasil-hasil riset nya, mereka ditanya oleh para pemimpin, “Jadi, kalau seorang manajer yang tidak dipercaya menggunakan penghargaan, akankah angka kepercayaannya meningkat ?” Sayangnya, disinilah masalahnya. penghargaan tetap membantu, tetapi jika seorang pemimpin belum menguasai dasar-dasar kepemimpinan, ia pasti nya tidak akan punya dasar yang kuat untuk membuat karyawan menerima dan bereaksi baik terhadap penghargaan. Lagipula, maukah anda menerima pujian dari seseorang yang tidak anda percayai, atau mungkin dari seorang Manajer yang hampir tidak pernah berkomunikasi dengan anda ?
Hal ini membawa kita pada hasil studi lebih jauh terhadap 200.000 orang yang dilakukan oleh Health Stream Research, yang menginformasikan bahwa para Manajer yang mencapai hasil bisnis yang meningkat lebih mungkin dipandang oleh para karyawannya sebagai sosok yang kuat yang memiliki 4 (Empat) Dasar kepemimpinan sebagai berikut:
1. Penentuan Tujuan
2. Komunikasi
3. Kepercayaan
4. Akuntabilitas
Ketika seorang manajer sudah kompeten pada Empat Dasar kepemimpinan tersebut di atas, dan kemudian menambahkan penghargaan sebagai akselerator, maka tindakan yang diambil akan efektif. Intinya adalah: Manajemen yang hebat terlahir ketika penghargaan ditambahkan pada tiap dasar kepemimpinan. Itulah Carrot Principle.
Dengan kata lain, ketika penghargaan diaplikasikan ke dalam Empat Dasar Kepemimpinan yang baik (Penetapan Tujuan, Komunikasi, Kepercayaan, Akuntabilitas), akan menjadi akselerator bagi kinerja dan keterlibatan karyawan.
Sekarang ini, manajer yang tangguh hanya bagus di satu atau dua dari empat elemen dasar kepemimpinan. Mungkin mereka memutuskan untuk mendapatkan kepercayaan dari karyawan mereka dengan menjadi penjaga rahasia. Atau, mungkin mereka berfokus pada penguatan hubungan dengan cara menjadi seorang komunikator hebat. Atau mereka bangga dengan diri mereka sebagai tugas yang menuntut pertanggungjawaban semua orang.
Namun ada juga manajer cukup efektif dalam semua Empat Dasar tersebut. Mereka menentukan tujuan, sering berkomunikasi, membangun hubungan dengan penuh kepercayaan, dan meminta akuntabilitas dari orang lain. Tetapi mereka tidak pernah mengucapkan terima kasih dengan cara yang efektif, maka mereka ini berarti belum menyelesaikan tugas mereka.
Dalam riset yang dilakukan oleh Gostick dan Elton, menemukan bahwa pemimpin yang secara strategis menggunakan pujian dan penghargaan sejalan dengan Empat Dasar Kepemimpinan akan mendapati para karyawan secara dramatis lebih terlibat dalam pekerjaan mereka, lebih puas dengan pekerjaan mereka, dan lebih puas dengan pemimpin serta perusahaan tempat mereka bekerja. Hasilnya adalah tingkat keuntungan perusahaan lebih tinggi secara substansial.
Bagaimanapun juga Carrot Principle ini dapat membawa Anda, karyawan Anda, dan perusahaan Anda ke arah kesuksesan dan prestasi terus menerus. Carrot Principle ini memperbesar potensi Anda, dan yang terpenting, prinsip ini memberi Anda, sebagai seorang manajer, kemampuan membentuk masa depan Anda sendiri.
(Iin Caratri/FJ/BL)
Diambil dari www.vibizconsulting.com