(Business Lounge – Strategic) – Semua perusahaan sudah barang tentu dibangun dengan tujuan untuk mendatangkan keuntungan dan mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang menjadi target bisnisnya. Dan untuk pencapaian itu, maka perusahaan akan mendesign strategi-strategi sebagai penunjang untuk pencapaian target. Kinerja karyawan sudah barang tentu menjadi salah satu faktor penting yang menjadi acuan atas pencapaian tersebut. Biasanya perusahaan meningkatkan kinerjanya dengan menggunakan patokan atau ukuran berupa pencapaian secara material, berupa laporan keuangan. Padahal informasi yang didapatkan dari laporan ini terbatas dan tidak selalu dapat mencover pengambilan keputusan.
Kita ambil sebuah contoh sederhana. Pada semester pertama sebuah perusahaan mengeluarkan produk baru. Penjualan produk baru tersebut mengalami peningkatan yang tajam, namun pada bulan terakhir muncul persoalan dimana pelanggan banyak yang komplain atas produk tersebut. Laporan keuangan tentu tidak menyajikan informasi mengenai banyaknya komplain pelanggan. Laporan keuangan justru menggambarkan adanya keuntungan karena tersebut laku dipasaran namun kemudian terjadi komplain. Dan tentu saja informasi yang disajikan laporan keuangan belum tentu menyajikan informasi sesungguhnya yang bisa diandalkan untuk mengambil keputusan mengenai rencana kedepan.
Pengukuran kinerja yang hanya berbasis pada aspek keuangan, kurang memadai dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Perusahaan memerlukan perencanaan yang lebih untuk masa depannya. Untuk itu diperlukan ukuran kinerja sebagai base strategy di masa yang akan datang. Kondisi inilah yang membawa dunia bisnis kepada pemikiran-pemikiran baru yang lebih maju untuk mengimbangi laju informasi. Untuk itu diperlukan Peta strategi untuk mendokumentasikan sasaran-sasaran strategis utama yang dikejar oleh tim atau manajemen organisasi. untuk itulah diciptakan Balanced Scorecard.
Peta Strategi merupakan sebuah diagram yang menggambarkan bagaimana suatu organisasi menciptakan nilai dengan menghubungkan 4 tujuan. Balance Scorecard (Financial, Customer, Business process dan Learning). Peta Strategi merupakan salah satu bagian dari kerangka kerja Balanced Scorecard untuk menggambarkan strategi bagaimana mencipatakan sebuah nilai.
Dalam Discussion Paper yang diterbitkan oleh 2GC, sebuah perusahaan konsultan, disebutkan bahwa definisi Balanced Scorecard sebagai berikut : “The Balanced Scorecard is an approach to performance measurement that combines traditional financial measures with non-financial measures to provide managers with richer and more relevant information about activities they are managing.” (2GC Active Management, Combining EVA with the Balanced Scorecard to Improve Strategic Focus and Alignment, Januari 2001, hal. 3. )
Yang membuat balanced scorecard menjadi powerful yaitu bagaimana ia memetakan kinerja perusahaan dalam empat perspektif yang solid, Keuangan, Pelanggan, Bisnis Internal, Pertumbuhan dan Pembelajaran. Kemudian melukiskannya dalam bentuk strategy maps yang koheren.
Perspektif Keuangan
Dalam Balanced Scorecard, pendekatan perspektif keuangan merupakan hal yang sangat penting, tolok ukur keberhasilan dapat dilihat pada keuntungan yang diperoleh.
Kaplan (1996) menjelaskan tiga tahap siklus bisnis :
Bertumbuh
Pada tahap ini ditekankan pertumbuhan penjualan dengan mencari pasar dan konsumen baru.
Bertahan
Pada tahap ini sasaran keuangan diarahkan pada tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan.
Penuaian
Pada tahap ini perusahaan memanen apa yang telah dilakukan selama ini, tujuan utama tahap ini adalah memaksimalkan arus kas ke dalam perusahaan.
Perspektif Pelanggan
Menurut Kaplan (1996) sisi perusahaan kinerja pelanggan terdiri dari pangsa pasar, tingkat perolehan konsumen, kemampuan mempertahankan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, dan tingkat profitabilitas pelanggan.
Perspektif Bisnis Internal
Secara umum, proses bisnis internal terdiri dari inovasi, operasi dan layanan purna jual. Dalam tahap inovasi, perusahaan mengidentifikasi apa yang dibutuhkan pelanggan dan calon pelanggan dan dirumuskan dengan cara penelitan dan pengembangan produk.
Dalam tahap operasi, hal ini menyangkut proses produksi yang diukur lewat kualitas produk, biaya produksi dan waktu penyelesaian dan penyerahan barang yang dapat memuaskan konsumen.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari tiga prinsip yaitu people, system dan organizational procedure.
Berkaitan dengan ketiga prinsip tersebut Kaplan (1996 ) menjelaskan perspektif ini sebagai berikut:
1. Kemampuan Pekerja.
Tolok ukur yang dapat digunakan untuk ini adalah : tingkat kepuasan pekerja pegawai, tingkat perputaran tenaga kerja dan besarnya pendapatan perusahaan perkaryawan dan yang terakhir adalah nilai tambah dari tiap karyawan.
2. Kemampuan sistem informasi
Kemampuan sistem informasi ditentukan oleh ketersediaan informasi, keakuratan dan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut. Seakurat apapun suatu informasi yang diterima oleh perusahaan, jika jangka waktunya telah berlalu maka informasi tersebut tidak berguna lagi.
3. Motivasi, Pemberdayaan dan Pensejajaran
Keberhasilan aspek ini bisa dilihat dari jumlah saran yang diimplementasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk mengetahui visi dan misi yang diemban oleh perusahaan.
(rf/ic/bl-md)
Foto: trgassociates.com