Lima Negara Akan Selenggarakan Pemilu di 2014

Bagi investor di negara berkembang, 2013 adalah tahun yang membuat jantung berdebar karena komentar bank-bank sentral dunia.

Sedangkan  di tahun 2014, mereka harus mengetahui bahwa tahun tersebut akan ada pemilihan umum (pemilu) di lima negara berkembang besar dunia, yaitu di Afrika Selatan, Brasil, India, Indonesia, dan Turki.

Dunia akan berubah bagi pemimpin baru negara-negara tersebut. Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (Fed) mulai mengurangi stimulus moneternya, yang selama ini turut meningkatkan volume uang ekonomi global. Namun program ini hanya menguntungkan beberapa pihak, selain negara berkembang besar yang sangat membutuhkan investasi asing.

Tanpa stimulus ini, investor mengatakan negara yang gagal merombak ekonominya akan jatuh.

“Investor akan mulai banyak menuntut, setelah Fed mengurangi stimulusnya,” ujar Greg Saichin, kepala unit utang negara berkembang global di Allianz Global Investors, dengan portofolio sebesar 322 miliar euro. “Negara berkembang perlu mereformasi ekonomi.”

Pemilu ini akan digelar di saat negara berkembang sedang tidak stabil. Pertumbuhan ekonomi sempat meroket dalam beberapa tahun terakhir, sehingga investor asing pun menanamkan miliaran dolar dalam pasar saham dan obligasi regional. Namun pertumbuhan itu tengah terhambat. Inflasi yang melonjak telah mempengaruhi tabungan nasabah. Masyarakat yang marah terhadap pemerintah bahkan sampai turun ke jalan di Brasil dan Turki.

Bulan lalu Fed mengumumkan pengurangan stimulus moneternya. Pasar global bereaksi relatif tenang, tidak panik seperti pertengahan 2013 saat Fed mulai membahas rencana tersebut. Investor negara berkembang menanggapi langkah Fed ini dengan hati-hati. Meski demikian mereka terus memonitor bagaimana negara berkembang besar bisa bertahan tanpa suntikan modal asing.

Di antara lima negara tersebut, India tampaknya menjadi negara yang paling diminati investor pada 2013.

Prospek kemenangan partai pro-reformasi Bharatiya Janata (BJP) di pemilu yang dijadwalkan berlangsung sebelum akhir Mei telah meningkatkan daya tarik aset India di mata investor. Pandangan ini dibenarkan Saichin serta Sam Finkelstein, kepala divisi mata uang global dan negara berkembang di Goldman Sachs Asset Management, dengan portofolio $37 miliar dalam utang negara berkembang.

BJP saat ini menjadi oposisi di India, negara berpopulasi terbesar kedua di dunia. BJP menjadi pemenang pemilu daerah di empat provinsi pada awal Desember. Investor menyambut baik kemenangan ini dengan meningkatkan indeks saham acuan India ke titik tertingginya.

Pertumbuhan ekonomi India naik jadi 4,8% pada kuartal III on year dari 4,4% pada kuartal II. Defisit neraca perdagangan berkurang, lantaran nilai tukar rupee yang lemah turut mendorong ekspor. Pemerintah India pun menerapkan aturan pembatasan impor emas.

Sementara itu di Brasil (akan menggelar pemilu pada Oktober 2014) dan Afrika Selatan (pemilu pada kuartal II), koalisi partai penguasa diprediksi menang dalam pemilu. Dengan demikian, investor akan mengharapkan kemajuan lebih lanjut dalam beberapa masalah, seperti pencabutan hambatan di pasar tenaga kerja, peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan penanganan inflasi.

Untuk Indonesia, jajak pendapat menunjukkan Dewan Perwakilan Rakyat masih akan terpecah. Pemilu legislatif dijadwalkan April ini, sementara pemilu presiden pada Juli.

Pemerintah lima negara berkembang ini bisa saja mempertahankan kebijakan populer jangka pendek demi memenangkan suara dalam pemilu mendatang.

“Reformasi struktural memiliki dampak politik, dan pemerintah tidak akan menerapkannya jelang pemilu,” ujar Finkelstein.

(FJ/FJ/BL-WSJ)

Foto : Antaranews

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x