(Business Lounge -Inspiration) Mungkin sebagian dari Anda ada yang tidak sependapat dengan saya untuk hal ini. It’s OK.
Mengenai motivasi, saya berpendapat sesungguhnya motivasi itu hanya dapat ditimbulkan dari dalam diri sendiri. Kalau sekarang ternyata profesi motivator semakin menjamur itu lebih karena adanya kebutuhan yang meningkat.
Tak bisa dipungkiri memang, semakin berkembangnya teknologi maka kita semakin bisa membandingkan diri kita dengan orang lain yang mungkin berada di beda benua. Saat itulah kita mungkin berpikir, “kok kita ketinggalan jauh ya” dan bukannya terinspirasi dengan kenyataan tersebut malah menjadi malas.
Nah, pada saat malas itulah sebenarnya kita merasa perlu “dimotivasi”.
Pada dasarnya, setelah saya cek and ricek ternyata kata motivator tidak ada di dalam kamus bahasa Inggris. Di luar negeri yang ada ternyata motivational speaker yang artinya adalah pembicara yang membahas tentang motivasi.
Mereka sendiri pun tidak menganggap dirinya sebagai pembangkit motivasi orang lain.
Kalau begitu balik lagi dengan pendapat saya sebelumnya dan timbul pertanyaan, “Mengapa saya katakan bahwa motivasi sesungguhnya hanya bisa ditimbulkan dari dalam diri sendiri?. Sebab mau sehebat apa pun misalnya, saya “memotivasi” Anda kalau dari Anda sendiri tidak mau action atau bertindak apakah saya bisa dikatakan sebagai pembangkit motivasi?”.
Tetapi, kalau sampai Anda mulai mengambil langkah pertama dan berbuat, siapa yang memotivasi Anda untuk melakukan itu?. Ya, diri Anda sendiri!.
Contohnya dalam dunia pekerjaan, Anda tahu tanggung jawab anda dalam menyelesaikan pekerjaan dalam satu hari itu cukup banyak dan seakan dikejar target deadline untuk menyelesaikannya dalam 8 jam.
Akan sangat tidak relevan apabila dalam 8 jam yang berjalan ada waktu-waktu yang terisi dengan “sibuk” pada diri sendiri, seperti ngantuk-ngantuk pada jam kerja, ngegosipin orang, jam istirahat makan siang lebih dari 1 jam, dan lain sebagainya yang membuat Anda jatuh pada kemalasan akhirnya goal atau hasil pekerjaan Anda kurang maksimal.
Lalu, ada lagi misalnya, ketika anda tahu jam berapa Anda masuk kerja?. Taruhlah rata-rata jam 8 pagi maka sudah mulai diseting saat Anda bangun di pagi hari langsung berpikir untuk bergerak cepat bagaimana caranya supaya Anda tidak terlambat datang ke kantor dan tidak pakai alasan klise kalau terlambat dengan kata-kata “Sori bos, jalanan macet”. Lalu bisa saja kalau Bos Anda berkata, “Hallo, kapan Jakarta tidak macet?”.
Kemudian yang tak kalah penting lagi ada contoh lainnya dimana adakalanya Anda tahu kondisi fisik lemah dan seringkali sakit mendera sehingga membuat Anda memiliki kebiasaan tidak masuk kantor atau terlambat datang karena selalu beralasan Anda sakit.
Well, memang ada saatnya Anda merasa lelah, sakit, depresi, down, dan telat karena bagaimanapun juga Anda, saya, atau kita semua tetaplah manusia biasa, bukan superman atau super hero lainnya. Akan tetapi mulailah membiasakan diri dengan disiplin dalam memotivasi diri sendiri bahwa pada hari dimana Sang Pencipta menganugerahkan hari yang baru maka di situlah momentum bagi kita untuk sungguh-sungguh menjalani hari tersebut dengan melakukan yang terbaik apa yang bisa kita lakukan secara maksimal bahkan lebih dari biasanya.
Sanggupkah anda? Pasti sanggup!. Sepanjang anda pada detik itu mau untuk memutuskan berjuang tidak sakit, tidak telat, tidak ngantuk-ngantuk saat bekerja, tidak ngegosip, tidak lelet-lelet, dan lain sebagainya.
Mengapa demikian?. Sebab yang namanya hidup adalah perjuangan dan keinginan Anda untuk lebih maju dikendalikan oleh pikiran Anda sendiri.
Jadi penting sekali untuk selalu memotivasi diri sendiri dari waktu ke waktu atau bahkan setiap saat.
So, to be or not to be?. Semua tergantung pada diri Anda sendiri!.
“Jangan pernah membatasai apa yang bisa Anda kerjakan dan apa yang bisa Anda capai,” ujar Anthony Liem, Managing Director Semut Api Colony.
(Nemi/IC/BL)