(Business Lounge – Manage Risk) Dalam Enterprise – Wide Risk Management, risiko perusahaan bukan hanya financial risk (risiko keuangan) saja, seperti risiko gagal bayar dalam suatu transaksi keuangan, risiko kesalahan dalam accounting system perusahaan ataupun risiko perubahan nilai mata uang. Selain risiko keuangan ada yang disebut risiko teknis, risiko operasional, dan risiko pasar (lazim disebut market risk atau commercial risk).
Dalam risiko teknis, kemungkinannya risiko yang terjadi terhadap aset-aset fisik perusahaan yaitu seperti kerusakan peralatan dan infrastruktur. Dalam risiko operasional, risiko terletak pada human factor, di antaranya human error, keselamatan, dan kesehatan pekerja, proses seleksi, dan skill. Sedangkan dalam risiko pasar, risiko terletak pada perubahan-perubahan yang terjadi terhadap market produk dan jasa perusahaan.
Naik-turunnya harga minyak mentah dunia, menurunnya ekspor dan rentetan akibat lainnya dalam hal ini termasuk dalam kategori market risk.
Dari identifikasi risiko-risiko tersebut, bagaimanakah risiko-risiko yang ada diukur?
Dalam beberapa hal risiko-risiko tersebut memang sifatnya kualitatif. Namun, akhir-akhir ini pendekatan kuantitatif untuk mengukur risiko-risiko tersebut dilakukan berdasarkan variabel besar-kecilnya impact (akibat) yang ditimbulkan dan variabel tinggi-rendahnya frekuensi terjadinya risiko-risiko tersebut. Impact disini dapat diukur dalam nilai uang.
Dengan dua variabel tersebut risiko dipetakan dalam 4 (empat) bentuk:
1. Risiko dengan impact yang besar dan frekuensi yang tinggi atau sering, seperti fluktuasi nilai mata uang atau produk perusahaan yang dibajak/dipalsukan;
2. Risiko dengan impact yang besar namun frekuensinya rendah atau jarang, seperti bencana alam atau pemboman pusat bisnis dan perdagangan;
3. Risiko dengan impact yang kecil namun frekuensinya tinggi atau sering, seperti pengambilan inventory kantor (misalnya mesin hitung dan alat tulis) oleh karyawan perusahaan untuk kepentingan pribadi;
4. Risiko dengan impact yang kecil serta frekuensinya rendah atau jarang, seperti pencurian inventory kantor oleh orang luar. Satu hal yang perlu diperhatikan, risiko pada suatu bidang bisnis tertentu akan berbeda dengan risiko di bidang bisnis yang lain. Sehingga prioritas risiko suatu perusahaan kemungkinan berbeda dengan perusahaan yang lainnya.
Dalam proses identifikasi risiko-risiko ini dapat ditambah satu variabel lagi, yaitu: apakah risiko-risiko tersebut diasuransikan atau tidak. Ini karena asuransi adalah salah satu bentuk penanggulangan untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi. Bentuk penanggulangan lainnya adalah hedging misalnya untuk risiko yang masuk dalam kategori (1), yaitu fluktuasi nilai mata uang. Sementara untuk risiko yang masuk dalam kategori (2) diatasi dengan membuat contingency plan, misalnya menyiapkan kantor cadangan yang secara teknis siap beroperasi apabila terjadi peristiwa ledakan bom.
Pada dasarnya memang tidak ada risiko yang sama sekali dapat dieliminasi, yang ada adalah penanggulangan risiko dengan cara yang transparan dan akuntabel. Apakah itu dengan upaya menurunkan impact dan frekuensi terjadinya risiko maupun mengasuransikan risiko sehingga diperoleh gambaran bagaimana risiko yang absolute sifatnya menjadi risiko di bawah kontrol perusahaan. Upaya-upaya inilah wujud tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholders-nya. Di sinilah perlunya proses belajar dari pengalaman. Mengapa risiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena risiko itu mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian ketika sebuah perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran pada salah satu pabriknya. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat aset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, dan sepatu yang siap dijual). Namun lihat juga kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas.
Akibat lainnya barangkali adalah macetnya pembayaran utang kepada kreditor dan suppliers karena terhentinya arus kas tadi yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan para business partners tersebut. Contoh lain mahalnya risiko, misalnya, adalah perusahaan baterai yang produknya dinyatakan berbahaya bagi masyarakat oleh badan teknologi. Dampaknya, perusahaan tersebut harus menarik kembali semua baterai yang telah dipasarkan, dan itu berarti biaya yang luar biasa besar.
Kemudian ditambah lagi dengan kerugian tidak langsungnya sebagaimana contoh pertama di atas. Dua contoh di atas merupakan pure risks. Ada lagi risiko lain yang dikenal sebagai price risk. Misalnya, perusahaan raket tenis yang memerlukan material aluminium dalam memproduksi raket akan mengalami kenaikan biaya jika harga pasar aluminium mendadak naik.
Perusahaan raket tersebut barangkali bagus dalam operasinya (produknya disukai pasar, inovasi produk dan proses, penjualan meningkat, manajemen biaya efisien) namun terpaksa menderita risiko akibat kenaikan harga pasar aluminium yang di luar kontrol perusahaan. Nah, di sinilah pentingnya manajemen risiko. Manajemen risiko yang efektif dapat meminimumkan biaya risiko. Konkretnya, risiko yang dikelola dengan baik, seperti dengan asuransi dan hedging kontrak derivatif, dapat menjaga agar kinerja perusahaan terhindar dari faktor-faktor non-operasi seperti kerugian akibat pure risk dan price risk tadi.
Berdasarkan konsep investasi, risiko yang relevan dalam portofolio aset hanyalah risiko sistematis karena risiko spesifik pada dasarnya dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Dengan demikian, investor yang investasinya telah terdiversifikasi dengan baik dalam portofolio hanya dapat mengharapkan tingkat return karena dia menanggung risiko sistematis, karena dengan melakukan diversifikasi dengan efektif, risiko spesifik aset-aset dalam portofolionya itu pada dasarnya telah tereliminasi.
Lalu apa manfaat manajemen risiko bagi peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan? Jika pengaruh manajemen risiko terhadap discount rate tidak signifikan, mari kita lihat manfaatnya untuk arus kas bersih. Paling tidak ada tiga manfaat manajemen risiko bagi arus kas bersih:
(1) menjaga kestabilan arus kas,
(2) mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress, dan
(3) mengurangi kemungkinan perusahaan terpaksa mencari pendanaan baru untuk menutupi kerugian akibat risiko ataupun untuk mendanai investasi baru.
Business Lounge/VMN/BL