(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Tahap awal dalam membangun branding untuk bisnis Anda adalah memilih nama brand. Tahap ini memang gampang-gampang susah. Anda mungkin sudah punya gambaran mengenai nama yang diinginkan. Namun, Anda tentunya juga ingin memasang nama brand yang sesuai dan dapat menarik pangsa pasar sesuai dengan yang Anda inginkan.
Dalam memilih nama brand, jenis pendekatan yang dilakukan, seperti yang dikutip dalam buku `Branding for Dummies`, secara garis besar adalah sebagai berikut:
• owner’s name, yakni penggunaan nama pemilik untuk menamai bisnisnya.
Untuk bisnis yang dijalankan sendiri (sole proprietorship), menggunakan nama sendiri untuk menamai bisnisnya merupakan pendekatan yang paling mudah.
Jika nama pemilik unik maka ini bisa jadi keuntungan tersendiri. Jika bisnis berjalan dengan baik, maka nama brand ini bisa jadi kekuatan tersendiri bagi pemilik dalam jangka panjang. Sementara itu, kelemahan dari penggunaan nama brand seperti ini adalah jika tidak ada pemasaran atau buzz yang signifikan, maka tidak akan menghasilkan awareness yang luas dalam masyarakat.
Contohnya adalah restoran Ayam Goreng Suharti, Bebek Pak Slamet, Ayam Bakar Mas Mono, dan sebagainya. Jika nama pemilik sudah terkenal, maka jika membuka cabang di tempat lain, maka karena sudah menjadi brand yang kuat, maka tentunya konsumen juga akan lebih percaya.
• abbreviation names, yakni penggunaan singkatan atau akronim yang mudah diingat dan diucapkan.
Keunggulan dari penggunaan nama brand seperti ini adalah mudah untuk diingat dan diucapkan. Dengan catatan, Anda harus pandai memilih singkatan atau akronim yang unik dan tidak menyulitkan. Kelemahannya, Anda juga harus melakukan pemasaran dan menghasilkan buzz secara signifikan, supaya nama ini benar-benar dikenal dan diingat oleh calon konsumen.
Satu hal yang perlu diingat dalam menentukan singkatan atau akronim, yakni harus mempunyai makna tertentu. Jika tidak, maka akan meaningless dan tidak bermanfaat sama sekali. Bukannya memberikan ciri khas ataupun brand promise, malahan hanya jadi singkatan yang mampir sebentar di pikiran konsumen, untuk kemudian dilupakannya.
Contoh brand yang menggunakan pendekatan ini dengan baik adalah IBM, AOL, dan CNBC.
• geographically anchored names
Brand juga seringkali menggunakan nama yang dilengkapi dengan indikasi geografis tertentu. Nama seperti ini cocok dalam kondisi: 1) target pasar utama adalah masyarakat dalam geografis tertentu; 2) brand sengaja ingin menonjolkan produk dan layanan dengan karakteristik dari daerah tertentu; dan atau 3) sanggup untuk investasi besar dalam melakukan pemasaran
Contohnya adalah Bank Jabar, batagor Bandung, California Fried Chicken, dan Holland Bakery.
• descriptive names
Nama brand ini dengan sendirinya mendeskripsikan jenis bisnis yang digeluti, sekaligus menjadi brand promise tersendiri. Keunggulan dari nama ini adalah konsumen langsung mengetahui business nature begitu mendengar atau melihat nama brand-nya. Namun, kelemahannya adalah jika namanya terlalu biasa atau kurang unik, maka akan mudah dilupakan oleh konsumen. Selain itu, nama brand seperti ini juga jadi membatasi, seandainya di masa depan bisnis ingin berekspansi di luar bisnis yang sekarang.
Contoh nama brand deskriptif yang unik dan kuat diantaranya adalah Burger King, Burger Blenger, Aqua, Pizza Hut, Coffee Bean dan lainnya.
• borrowed interest names
Brand ini memilih namanya dari kata-kata bisa jadi sama sekali tidak terkait dengan business nature ataupun brand promise. Kekurangannya, memang nama ini mungkin memang tidak mencerminkan bisnis yang digeluti. Namun, dengan aktivitas pemasaran yang efektif, maka nama yang digunakan kemudian bisa membantu untuk menyampaikan suatu brand promise atau value tertentu. Misalnya seperti Facebook, Starbucks, atau Star World.
• fabricated-word names
Gabungan antara kata-kata, akronim,ataupun alfabet yang membentuk suatu kata yang sebelumnya tidak punya makna menjadi nama brand. Misalnya seperti Google, Plurk, Squidoo, Twitter, Gizmodo, Yahoo hingga Lindt. Jika diciptakan dengan baik, maka bisa menjadi nama unik yang mudah diingat dan menjadi brand yang kuat. Ini bisa menjadi ciri khas tersendiri, dan memudahkan untuk memperoleh nama domain.
(Bersambung)
(Rinella Putri/AA/TML)