BlackRock’s Bullish Approach to Asia

(The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Perusahaan pertambangan sedang mengalami usaha merger  yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara dua pemain besar-nya yakni Glencore International AG dan Xstrata PLC. Sementara BlackRock, perusahaan manajemen keuangan terbesar di dunia, memainkan peranan yang penting dalam kesepakatan itu.

Dengan mengukur besarnya volume yang perusahaan tersebut kelola, BlackRock memegang saham lebih dari 5% di lebih dari 2.000 perusahaan di seluruh dunia, termasuk kepemilikan 5,8% saham di Xstrata, yang kemudian menjadikannya sebagai pemegang saham kedua terbesar setelah Glencore. Perusahaan-perusahaan tambang sedang berunding untuk menciptakan sebuah komoditas raksasa dengan harga pasar mendekati $90 milyar. Dengan struktur modal yang ada sekarang, perudingan ini dapat saja terhambat jika hanya sekitar 16% suara yang mewakili kepemilikan saham menentang keputusan ini, dimana hal ini akan memberikan BlackRock sebuah pengaruh yang cukup besar.

Aset perusahaan BlackRock dibawah manajemen adalah sekitar $3,513 triliun termasuk di dalamnya adalah ekuitas, manajemen kas, pendapatan tetap, investasi alternative, real estate, dan juga advisory strategies per tanggal 31 Desember.
Chairman perusahaan ini dalam wilayah Asia Pasifik, Mark McCombe, bertanggung jawab atas aktivitas bisnis pada wilayah ini, termasuk di dalamnya RRC, Jepang, Australia, Singapura, India dan Korea. Dia juga adalah anggota dari BlackRock’s Global Executive Committee dan Global Operating Committee.
Namun karena Mr. Combe tidak dapat memberikan komentar seputar proses merger tersebut, Mr. Combe berbincang seputar ekonomi China, pertumbuhan di Asia Pasifik dan mengapa Indonesia adalah raksasa yang masih tidur, bersama dengan Gilian Tan. Wawancara berikut telah dilakukan proses penyuntingan.
WSJ : Apa yang menjadi tujuan Anda untuk perusahaan BlackRock di kawasan Asia Pasifik ?
Mr. McCombe : Daripada menargetkan diri sebagai perusahaan menajemen aset terbesar di Asia, saya lebih senang BlackRock sebagai perusahaan manajemen aset paling dihormati di Asia. Sepuluh tahun terakhir merupakan tahun yang berat, jika Anda adalah seorang investor. Susah sekali untuk menghasilkan uang, pasar menjadi volatile, dan suku bunga mencapai angka terendahnya dalam sejarah, kecuali di Australia. Klien kami ingin tahu bagaimana membangun solusi untuk mendapatkan income.
WSJ : Bagaimana pandangan Anda ke depan tentang ekonomi China?
Mr. McCombe : Saya melihat kondisi ekonomi China akan mengalami bullish. China melakukan hal yang sangat baik dalam mengelola ekonominya secara terpusat dan mampu melalui segala ketidakpastian kondisi perekonomian, seperti situasi di Eropa dan isu structural di Amerika. Saya pikir apa yang akan kita lihat nanti, bahkan bila terdapat pergantian kepemimpinan di China, mereka akan melakukan segala hal untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang mereka inginkan, dan hal tersebut merupakan pertanda yang baik bagi orang-orang yang berpikir tentang berinvestasi di aset-aset berisiko di dunia ini.
WSJ : Apakah Anda juga akan memprediksi bullish pada negara Asia lainnya?
Mr. McCombe : Saya selalu merasa bahwa Indonesia adalah raksasa yang sedang tertidur. Mereka memiliki banyak isu struktural yang coba mereka tangani. Saya merasa ada keberuntungan yang baik ketika saya bekerja di Turki selama tiga tahun, dan sungguh merupakan sebuah negara yang menarik dengan kondisi yang tidak begitu berbeda dengan Indonesia. Turki selalu diikuti pola yang sama, masa hiperinflasi, pemerintahan yang korup atau pemerintah yang tidak bertahan lama, salah kelola ekonomi dan juga system ekonomi yang masih abu-abu. Menjadi hal yang menakjubkan ketika mereka mampu mencapai stabilitas politik dan pemerintah yang telah mendapat mandat dan arahan yang jelas. Mereka mampu mengontrol tingkat inflasi, yang berarti mereka mampu mengelola ekonomi dari sisi nilai kurs dan fiskal dengan pajak, dan tentu saja banyak investasi asing yang masuk ke negara itu. Dari tahun 2003 sampai sekarang, faktor-faktor tersebutlah yang menjadikan Turki dari tempat yang tidak begitu menarik untuk berbisnis atau berinvestasi menjadi sebuah tempat yang menawarkan horizon investasi yang positif. Indonesia berada dalam kelompok yang sama, namun masih tertinggal jauh.
WSJ : Bagaimana dengan India?
Mr. McCombe : Saya pikir ekonomi India akan bullish dengan alasan yang berbeda. Apa yang saya suka adalah perasaan yang begitu kuat akan sektor wirausaha. Saya pikir bisnis skala kecil adalah mesin bagi pertumbuhan ekonomi. Kendaraan yang lebih volatile, itulah apa yang Anda pikir jika memiliki pandangan ekonomi yang tidak ketat. Saya pikir infrastruktur adalah tantangan terbesar yang mereka hadapi. Mereka masih tertinggal jauh untuk mengejar China.
WSJ : Bagaimana pendapat Anda tentang bagaimana ketergantungan Australia terhadap China?
Mr. McCombe : Ekonomi Australia sekarang merupakan cerminan dari pola perdagangan interregional yang semakin bertumbuh dan fakta bahwa China sedang berada pada lintasan ekonomi yang tinggi, berarti bahwa China memerlukan sumber daya atau partner yang dapat menyediakan bahan baku yang dia perlukan, dan Australia dapat memenuhi itu. Hal tersebut bukan menjadi masalah, karena menunjukkan pergeseran dari partner bisnis China dalam jangka panjang. Banyak negara yang ingin berada di posisi Australia sekarang.
WSJ : Apakah nilai kurs Dolar Australia yang tinggi merupakan halangan bagi masuknya investasi?
Mr. McCombe : BlackRock bertransaksi hampir dalam setiap pasar sehingga menghadapi setiap mata uang yang ada. Saya rasa tidak ada pandangan bahwa suatu mata uang bisa menjadi halangan ataupun kekuatan atau mesin pertumbuhan, saya pikir itu hanya merupakan refleksi dimana ekonomi saat ini.
WSJ : Apakah BlackRock memperhatikan tentang peraturan penyelidikan dalam ETF (Exchange Traded Funds)?
Mr. McCombe : BlackRock, melalui franchise-nya iShares, terlibat dalam semua peraturan di seluruh dunia. Kami senang menjadi fasilitator debat dengan regulator karena kami yakin hal tersebut akan membantu membentuk sebuah industri yang teregulasi dengan baik. Saya tahu banyak debat yang kedengarannya sintetik melawan fundamental, dan BlackRock sangat senang menjadi pemimpin karena hal tersebut akan menjadi sejarah dan tradisi memulai industri melalui iShares, jadi kami memiliki banya hal untuk dilakukan, termasuk di dalamnya memastikan tingkat transparansi dan kebenaran bahwa ETF dirancang sebagai sebuah cara  untuk mendapatkan akses ke dalam pasar dengan cara yang mudah.
WSJ : Anda kelihatannya memiliki ketertarikan yang kuat terhadap HongKong.
Mr. McCombe : Hong Kong adalah rumah kedua bagi saya. Saya telah berada disana sejak 1985, merupakan sebuah kota yang sangat saya sayangi. Hong Kong sangat berjiwa industri, Hong Kong duduk di ambang pintu dan merupakan bagian dari China.

WSJ : Bagimana Anda bisa berpindah ke BlackRock setelah menghabiskan mayoritas karir Anda di HSBC?

Mr. McCombe : Saya pikir apa yang saya suka dari BlackRock adalah langkahnya. BlackRock merupakan perusahaan yang bertumbuh dengan sangat cepat. Sangat serupa dengan HSBC dengan komitmennya dalam jangka panjang.
Resume :
Pendidikan : Gelar Master dari Aberdeen University, MBA dari Wharton School of Business.
Karir : Sebelum bergabung dengan BlackRock, dia adalah chief executive dari HSBC di Hong Kong, group general manager di HSBC, non executive director Hang Seng Bank, chairman dan chief executive di HSBC Global Asset Management, chief executive dari HSBC Private Bank.

Ketertarikan : Berlari marathon, bermain golf (memiliki handicap dibawah 17), board member dari Hong Kong Society for the Protection of Children dan The Hong Kong Red Cross.

 

 

(Darwin Huang/AA/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x