risiko keuangan

MENGAPA KITA SERING MENYEBUT UANG dengan KATA DUIT ?

(Business Lounge Journal – Do You Know?)

Kata “Duit” yang Sering Kita Ucapkan

Jejak Sejarah “Duit”: Dari Koin Tembaga Belanda Menjadi Kosakata Sehari-hari

Hampir setiap hari kita mengucapkan kata “duit” sebagai pengganti kata “uang”. Kata ini begitu akrab dan melekat dalam percakapan sehari-hari. Namun, tahukah Anda bahwa di balik sebutan informal ini terdapat kisah sejarah panjang yang berawal dari kepingan koin tembaga kecil yang diedarkan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada masa kolonial?

Asal-Usul Etimologis (Dari Norse Kuno hingga Belanda)

Secara etimologis, akar kata “duit” dapat ditelusuri hingga ke Eropa. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda, duit (diucapkan seperti “doit”), yaitu nama untuk sejenis koin logam bernilai rendah.
Beberapa ahli bahkan menelusuri akar yang lebih tua, menyebutkan bahwa kata duit diserap dari bahasa Jerman atau bahasa kuno lainnya, seperti bahasa Norse Kuno, thveit, yang berarti “kepingan-kepingan” atau jenis koin kecil.

Kedatangan “Duit” di Nusantara

Kedatangan koin “duit” ke Nusantara menjadi salah satu jejak paling menarik dari masa kekuasaan VOC. Sekitar tahun 1726, perusahaan dagang Belanda itu mulai mencetak dan mengedarkan koin tembaga bernilai kecil yang kemudian dikenal sebagai “duit.” Koin ini cepat memperoleh popularitas, terutama untuk transaksi sehari-hari, karena nilainya yang rendah dan bentuknya yang mudah dikenali.

Pada masa itu, duit menjadi satuan mata uang terkecil dalam sistem keuangan VOC di Jawa dan wilayah lain Nusantara. Empat duit setara dengan satu stuiver, sementara satu gulden bernilai 160 duit. Dengan nilai pecahan yang kecil dan perputaran yang cepat, koin tembaga ini segera melekat dalam kehidupan ekonomi masyarakat, berpindah tangan dari pasar ke pelabuhan, dari pedagang kecil hingga para buruh harian.

Penggunaan yang begitu luas membuat kata “duit” perlahan bergeser dari sekadar nama koin menjadi sebutan umum untuk uang. Masyarakat pribumi pun mulai memakai istilah ini dalam percakapan sehari-hari, hingga akhirnya terserap ke dalam bahasa Melayu dan bertahan sampai kini sebagai bagian dari Bahasa Indonesia modern. Sebuah warisan linguistik yang lahir dari aktivitas ekonomi ratusan tahun lalu.

Pergeseran Makna – Dari Koin Tembaga ke Uang

Perjalanan kata “duit” dalam bahasa Indonesia adalah contoh menarik bagaimana sebuah istilah kecil bisa menempuh lintasan sejarah yang panjang. Di masa silam, “duit” hanyalah nama bagi koin tembaga bernilai rendah yang digunakan pada era VOC. Koin ini memiliki nilai yang sangat kecil—bahkan pernah dihitung bahwa 120 duit setara dengan satu rupiah pada masa tertentu. Namun, dari bentuk fisik yang sederhana itulah sebuah makna baru mulai tumbuh.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan kata “duit” meluas melampaui benda aslinya. Apa yang awalnya sekadar merujuk pada koin tembaga kecil berubah menjadi istilah umum untuk segala bentuk uang—koin, uang kertas, bahkan uang digital. Perubahan makna ini dikenal sebagai generalisasi, sebuah proses ketika sebuah kata melebar cakupannya karena dipakai begitu sering dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks modern, “uang” menjadi istilah baku dalam bahasa Indonesia. Namun, “duit” tetap hidup sebagai sebutan informal yang akrab dan cair dipakai di berbagai daerah. Dari percakapan santai hingga ragam komunitas urban, kata ini bahkan menurunkan bentuk-bentuk slang baru seperti “doku” di Jakarta.

Pada akhirnya, “duit” bukan sekadar kata. Ia adalah jejak hidup dari interaksi sejarah, perdagangan, dan kolonialisme yang masih kita rasakan hingga hari ini. Sebuah warisan linguistik yang bermula dari koin tembaga VOC, tetapi kini mengalir begitu alami dalam percakapan kita sehari-hari.