ANZ

ANZ Hentikan Buyback Saham

(Business Lounge – Global News) Australia and New Zealand Banking Group (ANZ), bank terbesar keempat di Australia berdasarkan kapitalisasi pasar, mengumumkan keputusan strategis untuk membatalkan program pembelian kembali saham (share buyback) dan mengalihkan fokus investasi ke lini bisnis inti, yakni kredit perumahan dan perbankan komersial. Langkah ini menandai strategi baru dari CEO yang baru menjabat, berupaya meningkatkan produktivitas dan pengembalian modal di tengah persaingan ketat dalam industri perbankan Australia.

Dalam pernyataannya, ANZ menjelaskan bahwa keputusan untuk menghentikan buyback mencerminkan perubahan prioritas menuju pertumbuhan jangka panjang yang lebih berkelanjutan. Dana yang sebelumnya dialokasikan untuk membeli kembali saham akan digunakan untuk memperkuat tim peminjaman hipotek serta memperluas jaringan perbankan komersial. Bank juga menegaskan bahwa langkah ini bukan karena tekanan modal, tetapi karena keyakinan bahwa investasi di lini bisnis utama akan memberikan imbal hasil yang lebih besar dalam beberapa tahun ke depan.

Langkah tersebut datang di bawah kepemimpinan CEO baru, yang menurut laporan Bloomberg dan The Australian Financial Review, tengah menyiapkan strategi agresif untuk mengembalikan daya saing ANZ terhadap tiga raksasa perbankan domestik lainnya — Commonwealth Bank of Australia, Westpac, dan National Australia Bank. Dalam beberapa tahun terakhir, ANZ memang tertinggal dalam pertumbuhan pinjaman rumah tangga dan pangsa pasar bisnis kecil-menengah.

Fokus baru ANZ pada segmen kredit perumahan menandakan keinginan bank untuk memperkuat posisi di pasar yang menjadi tulang punggung profitabilitas perbankan Australia. Dalam konteks makroekonomi saat ini, tingkat suku bunga yang tinggi dan perlambatan ekonomi telah menekan permintaan pinjaman, namun bank melihat peluang dalam menambah efisiensi dan merebut pangsa pasar dari pesaing yang lebih berhati-hati.

Menurut laporan Reuters, ANZ berencana untuk menambah ratusan tenaga penjual dan analis risiko di divisi perumahan serta meningkatkan dukungan digital bagi nasabah. Bank juga akan memperluas layanan keuangan bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), sektor yang disebut-sebut menjadi pendorong pertumbuhan utama ekonomi Australia setelah pandemi.

“Keputusan ini mencerminkan tekad kami untuk mengalokasikan modal secara lebih produktif,” ujar CEO ANZ dalam pernyataan resmi. “Dengan memperkuat kemampuan kami di bidang kredit dan layanan komersial, kami dapat mempercepat pertumbuhan pendapatan dan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi pemegang saham dalam jangka panjang.”

Investor awalnya menyambut keputusan tersebut dengan hati-hati. Saham ANZ sempat turun tipis setelah pengumuman, mencerminkan kekhawatiran jangka pendek bahwa pembatalan program buyback bisa menahan laju kenaikan harga saham. Namun, analis menilai langkah tersebut logis dalam konteks strategi restrukturisasi yang lebih luas.

“Program buyback memang memberikan dorongan instan bagi harga saham, tetapi dalam kasus ANZ, investasi ulang ke lini bisnis inti berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih berkelanjutan,” tulis seorang analis perbankan dari UBS Australia. “Pasar hipotek Australia masih memiliki ruang pertumbuhan, terutama bagi pemain yang bisa menekan biaya dan menawarkan layanan cepat berbasis digital.”

Sebelumnya, ANZ telah menjalankan program buyback bernilai miliaran dolar sebagai bagian dari strategi pengembalian modal kepada pemegang saham. Namun, dengan dinamika industri perbankan yang berubah cepat — termasuk tekanan biaya operasional, kebutuhan digitalisasi, dan ketatnya regulasi permodalan — bank kini menilai bahwa penguatan fundamental lebih penting daripada aksi korporasi jangka pendek.

Menurut Financial Times, keputusan ANZ juga dapat dibaca sebagai sinyal pergeseran budaya manajemen di bawah kepemimpinan baru. Jika di bawah CEO sebelumnya bank fokus pada efisiensi neraca dan pengurangan biaya, kini fokus bergeser ke ekspansi pasar dan peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Selain memperkuat lini bisnis tradisional, ANZ juga berencana mengembangkan sistem teknologi informasi yang lebih terintegrasi. Bank mengakui bahwa sistem internal yang terfragmentasi selama ini menjadi hambatan dalam memberikan pengalaman nasabah yang konsisten dan cepat. Dengan digitalisasi penuh di sektor hipotek dan komersial, manajemen berharap proses persetujuan pinjaman dapat dipercepat hingga 30% dalam dua tahun ke depan.

Langkah ANZ sejalan dengan tren global di mana bank-bank besar mulai meninjau ulang kebijakan pembelian kembali saham. Dengan ketidakpastian ekonomi yang meningkat dan ekspektasi suku bunga yang tinggi untuk periode lebih lama, banyak lembaga keuangan memilih untuk memperkuat permodalan internal dan fokus pada investasi jangka panjang.

“Dalam kondisi seperti sekarang, keputusan ANZ menunjukkan disiplin modal dan kesiapan menghadapi risiko ekonomi global,” ujar ekonom perbankan dari Macquarie Group. “Ini juga menunjukkan bahwa bank melihat peluang pertumbuhan organik lebih besar dibandingkan potensi keuntungan jangka pendek dari buyback.”

Dengan rencana ini, ANZ menargetkan pertumbuhan pinjaman perumahan di atas rata-rata industri pada tahun fiskal 2025, serta peningkatan pangsa pasar di sektor komersial hingga dua persen. Bank juga berkomitmen mempertahankan rasio permodalan inti yang kuat dan menjaga kebijakan dividen tetap stabil.

Meski langkah ini menandai berakhirnya salah satu program pengembalian modal terbesar ANZ dalam beberapa tahun terakhir, banyak analis melihatnya sebagai investasi masa depan yang berani. Dalam jangka pendek, fokus pada perbankan inti dapat memperbaiki struktur biaya dan memperkuat hubungan dengan nasabah, sementara dalam jangka panjang, strategi ini diharapkan memperkuat posisi ANZ sebagai bank yang tangguh dan adaptif di tengah perubahan cepat dunia keuangan global.