(Business Lounge Journal – Event)
Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Jakarta menggelar resepsi diplomatik untuk memperingati 35 tahun reunifikasi Jerman. Acara yang berlangsung meriah ini dipimpin oleh Kuasa Usaha ad interim, Thomas Graf, yang saat ini memimpin Kedutaan Besar Jerman di Indonesia.
Dalam sambutannya, Graf menekankan bahwa peristiwa bersejarah pada 3 Oktober 1990 tidak hanya menandai berakhirnya pembagian Jerman, tetapi juga membuka babak baru bagi Eropa. “German unity was achieved as the result of a peaceful and democratic process, and like today, on 3 October 1990 many of our friends and partners joined us in celebrating,” ujarnya.
Meski reunifikasi membawa harapan akan perdamaian abadi, Graf mengakui realitas dunia saat ini berbeda. Ia menyinggung konflik Rusia-Ukraina yang telah memasuki tahun keempat. “Ending wars, bringing about lasting and just peace and overcoming global threats requires multilateral action and international partnerships,” tegasnya, sembari menekankan pentingnya kolaborasi internasional untuk mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim dan tata kelola kecerdasan buatan.
Indonesia sebagai Mitra Utama
Dalam konteks ini, Indonesia disebut sebagai mitra strategis bagi Jerman. Tahun 2025 ditandai dengan semakin eratnya hubungan bilateral, mulai dari kunjungan Menteri Luar Negeri Jerman, Wadephul, ke Jakarta pada Agustus lalu, hingga peran Jerman bersama Jepang dalam mendukung Indonesia melalui Just Energy Transition Partnership (JETP).
Selain itu, kerja sama ketenagakerjaan juga menjadi sorotan. “We are also intensifying our cooperation in preparing skilled workers from Indonesia for the German labour market, thereby creating benefits in Indonesia and Germany alike,” ungkap Graf. Tren peningkatan jumlah mahasiswa, peneliti, dan tenaga terampil Indonesia di Jerman semakin memperkuat ikatan antarmasyarakat.
Kerja Sama Ekonomi, Pertahanan, dan Pembangunan
Di bidang ekonomi, Jerman melihat peluang besar dengan selesainya negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa. Graf menyampaikan keyakinannya bahwa perjanjian ini akan mendorong perdagangan serta investasi dua arah.
Tidak kalah penting, kerja sama pertahanan juga semakin berkembang. Untuk pertama kalinya, kontingen Jerman berpartisipasi dalam latihan bersama Super Garuda Shield, yang menjadi simbol kedekatan dan kepercayaan antara angkatan bersenjata kedua negara.
Dalam jangka panjang, kerja sama pembangunan Jerman di Indonesia tetap menjadi pilar utama, terutama dalam transisi energi, pelestarian sumber daya alam, dan pengembangan perkotaan berkelanjutan.
Diplomasi Budaya: Batik sebagai Jembatan
Uniknya, resepsi tahun ini juga bertepatan dengan Hari Batik Nasional (2 oktober 2025). Kedutaan Besar Jerman memperkenalkan Batik edisi khusus hasil kompetisi desain “Germany-Indonesia Embassy Batik” yang menggambarkan kreativitas dalam menjembatani budaya kedua negara. Desain para finalis turut dipamerkan dalam acara ini.
Acara yang berlangsung di Hotel Kempinski Jakarta ini semakin semarak dengan hadirnya booth informasi dari berbagai institusi Jerman di Indonesia dan ASEAN, serta jamuan khas termasuk bir Paulaner yang menjadi ciri khas Jerman.
Pidato Thomas Graf menegaskan bahwa kemitraan strategis yang dituangkan dalam Deklarasi Jakarta sejak 13 tahun lalu bukan sekadar wacana, melainkan sebuah hubungan produktif berbasis kepentingan bersama. “All this shows that the strategic partnership between Germany and Indonesia… is not just a word – it is a productive partnership based on shared interests, a partnership yielding concrete results,” tuturnya.
Dengan semangat peringatan reunifikasi, perayaan tahun ini tidak hanya mengenang persatuan Jerman, tetapi juga menjadi momentum memperkuat kolaborasi bilateral, regional, hingga global demi perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.