(Business Lounge – Technology) Keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk memperketat pembatasan ekspor terhadap Tiongkok kembali menciptakan dinamika baru dalam industri semikonduktor global. Kali ini, langkah tersebut menyasar Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), produsen chip terbesar di dunia. TSMC mengonfirmasi bahwa otorisasi untuk secara bebas mengirimkan peralatan manufaktur chip ke pabriknya di Nanjing, Tiongkok, akan dicabut mulai 31 Desember mendatang.
Menurut laporan Bloomberg dan Reuters, pencabutan izin ini merupakan bagian dari kebijakan Washington yang bertujuan membatasi kemampuan Tiongkok dalam mengembangkan chip canggih yang dapat digunakan untuk keperluan militer maupun kecerdasan buatan. Selama ini, TSMC mendapatkan pengecualian yang memungkinkan perusahaan tetap memasok peralatan produksi ke fasilitasnya di Tiongkok meskipun aturan ekspor semakin ketat. Namun, dengan berakhirnya otorisasi tersebut, TSMC harus mengajukan izin khusus setiap kali ingin mengirimkan peralatan baru.
Langkah ini menambah tekanan bagi Tiongkok, yang sudah berusaha keras mempercepat kemandirian di bidang semikonduktor. TSMC, yang menguasai pangsa besar produksi chip global, memainkan peran vital dalam rantai pasok teknologi dunia. Dengan pembatasan baru ini, kapasitas produksi TSMC di Tiongkok bisa terhambat, terutama pada lini chip berteknologi lebih maju yang sangat dibutuhkan untuk perangkat modern.
Dari sisi geopolitik, keputusan Washington ini mencerminkan semakin intensnya persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok. The Wall Street Journal mencatat bahwa Washington ingin mencegah Beijing memperoleh akses ke teknologi chip mutakhir yang bisa memperkuat posisinya di bidang militer dan ekonomi. Dengan membatasi peralatan canggih yang digunakan untuk memproduksi chip berukuran kecil di bawah 14 nanometer, AS berharap dapat memperlambat ambisi teknologi Tiongkok.
Bagi TSMC, keputusan ini menambah kompleksitas operasional. Perusahaan yang berbasis di Taiwan tersebut harus menyeimbangkan kepentingan bisnis global dengan tekanan politik dari Washington maupun Beijing. TSMC memiliki kepentingan besar di Tiongkok karena negara tersebut adalah salah satu pasar terbesar untuk semikonduktor, khususnya dalam mendukung industri smartphone dan elektronik konsumen. Namun, TSMC juga sangat bergantung pada teknologi dan pasar Amerika Serikat, termasuk klien-klien besar seperti Apple, Qualcomm, dan Nvidia.
Para analis menilai bahwa meskipun dampak langsungnya terhadap kinerja keuangan TSMC mungkin tidak terlalu signifikan dalam jangka pendek, pembatasan ini menandakan meningkatnya ketidakpastian jangka panjang. Jika Tiongkok tidak bisa mengandalkan suplai peralatan dari TSMC maupun produsen Barat lainnya, Beijing kemungkinan akan mempercepat dukungan finansial dan kebijakan untuk perusahaan semikonduktor domestik seperti SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corporation). Hal ini berpotensi menggeser keseimbangan industri dalam jangka panjang.
Financial Times menyoroti bahwa ketegangan semacam ini juga dapat berdampak pada rantai pasok global. Banyak perusahaan teknologi internasional yang bergantung pada chip buatan TSMC, baik untuk produk smartphone, kendaraan listrik, maupun server kecerdasan buatan. Jika kapasitas TSMC di Tiongkok terganggu, ada kemungkinan biaya produksi naik atau pasokan chip menjadi lebih ketat, yang pada akhirnya memengaruhi harga produk konsumen.
Di sisi lain, Washington melihat kebijakan ini sebagai strategi mitigasi risiko keamanan nasional. Dengan mengendalikan arus teknologi chip mutakhir, Amerika Serikat ingin memastikan bahwa Tiongkok tidak bisa menggunakan teknologi tersebut untuk memperkuat keunggulan di bidang militer. Namun, kebijakan ini juga bisa memicu balasan dari Beijing, misalnya dalam bentuk pembatasan akses bahan baku penting seperti logam tanah jarang (rare earth elements) yang banyak diproduksi di Tiongkok dan digunakan dalam industri elektronik global.
Bagi investor, situasi ini menciptakan ketidakpastian baru. Saham perusahaan semikonduktor sempat berfluktuasi setelah kabar pembatasan ini diumumkan. Pasar menilai bahwa persaingan geopolitik yang semakin intens bisa mengancam stabilitas pasokan global sekaligus menimbulkan biaya tambahan bagi perusahaan yang beroperasi lintas negara.
Dalam konteks industri semikonduktor global, keputusan ini menegaskan bahwa bisnis chip tidak lagi hanya soal teknologi dan efisiensi produksi, tetapi juga soal strategi geopolitik. Perusahaan seperti TSMC berada di persimpangan tekanan besar dari dua kekuatan dunia yang berusaha mengamankan kepentingan masing-masing.