Usia dan Pilihan Media

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Sebuah studi Pew Research Center di Amerika Serikat baru-baru ini memberikan gambaran menarik tentang bagaimana perbedaan usia memengaruhi pilihan media berita masyarakat. Hasil survei terhadap 30 sumber berita utama menunjukkan bahwa audiens media tidaklah homogen—ada kecenderungan usia tertentu yang kuat pada masing-masing platform.

Fenomena ini bukan hanya penting untuk dipahami dalam konteks AS, tetapi juga bisa menjadi cermin bagi perkembangan media di Indonesia, di mana transformasi digital berjalan cepat dan persaingan dengan media sosial semakin ketat.

Peta Usia Audiens Media di Amerika Serikat

Media berbahasa Spanyol lebih muda. Univision, salah satu jaringan TV terbesar berbahasa Spanyol, memiliki median usia audiens 39 tahun—yang termuda dalam daftar. Telemundo, pesaingnya, juga relatif muda dengan median usia 42 tahun. Ini selaras dengan fakta bahwa demografi masyarakat Hispanik di AS cenderung lebih muda.

Media digital dan podcast menarik generasi muda. Selain Univision dan Telemundo, The Daily Wire (42 tahun) dan The New York Times (43 tahun) juga punya audiens relatif muda. Begitu pula podcast The Joe Rogan Experience, dengan median usia audiens 44 tahun, lebih rendah dibandingkan media konservatif lain.

Media konservatif lebih tua. Sebaliknya, Newsmax (63 tahun) dan Breitbart (62 tahun) memiliki audiens tertua dalam survei. Hal ini konsisten dengan kecenderungan bahwa pemilih Partai Republik di AS memang lebih banyak berasal dari kelompok usia lanjut.

TV Nasional dan kabel masih jadi basis audiens senior. Jaringan besar seperti CBS News (58), NBC News (57), dan ABC News (55), serta Fox News (55) dan CNN (50), memiliki audiens lebih tua dari rata-rata nasional (47 tahun). Hal ini menggambarkan bahwa televisi tetap menjadi saluran utama bagi generasi senior, meskipun popularitasnya menurun di kalangan anak muda.

Generasi muda semakin jauh dari media arus utama. Sekitar 12% orang dewasa di AS tidak secara rutin mengakses salah satu dari 30 sumber berita yang diteliti. Dari jumlah itu, 19% adalah mereka yang berusia di bawah 30 tahun. Generasi muda lebih memilih mendapatkan informasi dari media sosial, podcast, dan influencer berita ketimbang TV atau media cetak.

Insight Manajemen & Strategi Bisnis

Dari tren di atas, terdapat sejumlah pelajaran strategis yang bisa dipetik:

  1. Segmentasi Audiens yang Lebih Presisi
    • TV masih relevan bagi audiens senior.
    • Media digital, podcast, dan media sosial lebih efektif menjangkau generasi muda.
  2. Diversifikasi Platform
    • Media tidak bisa hanya bergantung pada satu kanal.
    • Strategi “dual presence”—mempertahankan audiens senior di TV sembari memperluas penetrasi digital—menjadi krusial.
  3. Kolaborasi dengan Influencer
    • Generasi muda lebih percaya pada individu (influencer, podcaster) ketimbang institusi media.
    • Kolaborasi yang terukur dapat memperluas jangkauan sekaligus menjaga kredibilitas.
  4. Model Bisnis Hybrid
    • Iklan TV tetap menopang, tapi media perlu menambah sumber pemasukan digital seperti subscription, konten premium, sponsorship podcast, hingga social commerce.
  5. Konten Interaktif & Analitik Audiens
    • Interaksi langsung (polling, live chat, kuis) dapat meningkatkan engagement.
    • Pemanfaatan data perilaku audiens sangat penting untuk menyajikan konten yang relevan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Meskipun belum ada survei detail setingkat Pew Research Center, sejumlah data memberikan gambaran tentang tren konsumsi media di Indonesia:

  • Gen Z Mendominasi Digital: Rata-rata anak muda Indonesia menghabiskan lebih dari 4 jam per hari di platform online, sementara generasi lebih tua masih menonton TV hingga 5,4 jam per hari (Sumber dari Nielsen Indonesia).
  • TikTok dan YouTube Jadi Primadona: TikTok mencatat rata-rata 38 jam per bulan, sedangkan YouTube sekitar 31 jam per bulan.
  • Dominasi Media Sosial Usia 18–34: Sebagian besar pengguna aktif media sosial Indonesia berada pada kelompok usia ini.
  • Facebook Lebih Senior: Masih populer di kelompok usia 35+, sementara TikTok dan Instagram mendominasi di bawah 30 tahun.
  • Kebangkitan Social Commerce: Sekitar 27% total transaksi e-commerce Indonesia sudah berlangsung lewat media sosial, setara hampir USD 15 miliar pada 2024.
  • OTT dan Streaming Berkembang Pesat: YouTube, Netflix, Disney+, dan layanan lokal (Vidio, RCTI+) menjadi sumber hiburan dan berita alternatif, terutama di kalangan urban muda.

Strategi Relevan bagi Media Indonesia

Melihat pola di AS dan tren Indonesia, beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan media adalah:

Fokus Strategi Utama
Segmentasi Audiens Gunakan data usia: Gen Z & milenial di digital; generasi lebih tua masih setia TV.
Diversifikasi Platform Gabungkan TV dengan digital: short video, podcast, live streaming, artikel premium.
Kolaborasi dengan Influencer Gandeng tokoh kredibel atau konten kreator untuk memperluas distribusi.
Social Commerce Integrasikan konten dengan fitur belanja langsung (live shopping, link produk).
Monetisasi Campuran Iklan tradisional + sponsorship digital + langganan premium.
Konten Lokal & Interaktif Gunakan bahasa dan budaya lokal; hadirkan polling, Q&A, hingga live event.
Transparansi & Kredibilitas Perkuat kepercayaan publik melalui pelaporan yang faktual dan terpercaya.

Studi di AS menegaskan bahwa usia sangat memengaruhi preferensi media, dari TV konvensional hingga media sosial. Indonesia pun sedang berada di titik peralihan serupa, di mana generasi muda semakin digital-native, sementara generasi senior tetap setia pada TV.

Bagi perusahaan media, kuncinya adalah adaptasi multikanal dengan strategi segmentasi yang tajam. Tidak cukup hanya hadir di televisi atau media daring—melainkan membangun ekosistem konten yang relevan, interaktif, dan sesuai perilaku konsumsi audiens lintas generasi.