NTSB Boeing

Boeing Tunda Ekspansi Produksi Demi Reputasi

(Business Lounge – Global News) Di tengah sorotan global terhadap keselamatan dan kualitas produksinya, Boeing mengambil langkah hati-hati dalam ekspansi jalur produksi pesawat komersialnya. Chief Executive Officer Kelly Ortberg menyatakan bahwa perusahaan tidak akan mengajukan persetujuan untuk meningkatkan output jet 737 hingga indikator internal menunjukkan kesiapan yang solid. Seperti dilaporkan oleh The Wall Street Journal, pendekatan ini mencerminkan perubahan besar dalam filosofi operasional Boeing, dari agresivitas produksi menuju pengendalian mutu dan pemulihan reputasi.

Keputusan ini datang pada saat yang sangat kritis bagi produsen pesawat terbesar di Amerika Serikat tersebut. Sejak kecelakaan dua unit 737 MAX pada 2018 dan 2019, serta insiden keselamatan yang lebih baru pada model-model terkini, Boeing telah menjadi pusat kritik global. Pemerintah, maskapai, hingga investor mendesak adanya reformasi menyeluruh dalam standar produksi dan sistem pengawasan internal perusahaan.

Menurut laporan WSJ, Ortberg menegaskan bahwa perusahaan kini menempatkan indikator kesiapan operasional dan kualitas sebagai tolok ukur utama, bukan lagi target volume. Dalam beberapa bulan terakhir, Boeing telah menjalankan audit internal ketat dan memperlambat laju pengiriman demi memastikan setiap unit yang keluar dari pabrik memenuhi standar keselamatan tertinggi.

Pendekatan konservatif ini juga mencerminkan tekanan dari regulator. Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) saat ini melakukan pengawasan ketat terhadap setiap langkah Boeing, terutama setelah insiden pintu darurat yang copot di udara pada awal tahun ini. FAA telah membatasi jumlah produksi bulanan 737 menjadi sekitar 38 unit, dan Boeing tidak akan meminta peningkatan kapasitas tersebut sebelum memperoleh kepastian dari parameter internal seperti ketersediaan tenaga kerja terlatih, stabilitas rantai pasok, dan hasil inspeksi kualitas.

Di balik kehati-hatian ini, terdapat tekanan pasar yang nyata. Boeing harus mengejar backlog pesanan dari berbagai maskapai besar seperti Southwest Airlines, Ryanair, dan United Airlines yang menantikan pengiriman pesawat narrow-body untuk mengisi jadwal musim panas dan ekspansi rute internasional jarak pendek. Namun, Ortberg menegaskan bahwa tekanan komersial tidak akan menjadi alasan untuk mengkompromikan keselamatan atau kualitas.

Langkah Boeing ini mendapat respons beragam dari pelaku industri. Beberapa analis, seperti yang dikutip oleh Bloomberg, memuji pendekatan berbasis data dan kualitas ini sebagai langkah pemulihan yang tepat. Namun sebagian lainnya mempertanyakan apakah perusahaan dapat menjaga profitabilitas dalam jangka pendek, terutama di tengah kompetisi dari Airbus yang terus mendorong produksi A320neo secara agresif.

Selain itu, keputusan untuk menahan laju produksi juga berdampak langsung pada rantai pasok. Banyak pemasok komponen utama Boeing, seperti Spirit AeroSystems dan General Electric, kini menghadapi ketidakpastian karena volume pesanan yang tidak menentu. Hal ini berpotensi memicu gangguan logistik dan tekanan keuangan pada sektor manufaktur penerbangan secara lebih luas.

Namun, bagi Boeing sendiri, stabilitas jangka panjang tampaknya menjadi prioritas. Sejak Ortberg mengambil alih kepemimpinan, fokus perusahaannya jelas: memperbaiki budaya kerja, mengembalikan kepercayaan pasar, dan menempatkan keselamatan di atas segalanya. Salah satu strategi yang diambil adalah menambah kapasitas pelatihan pekerja lini produksi serta memperketat sertifikasi teknisi internal. Tujuannya adalah memastikan bahwa setiap bagian pesawat tidak hanya memenuhi spesifikasi teknis, tetapi juga lulus uji kualitas yang semakin ketat.

Financial Times juga mencatat bahwa Boeing telah memperluas kolaborasi dengan regulator global seperti EASA (European Union Aviation Safety Agency) dan CAAC (Civil Aviation Administration of China) untuk mempercepat proses sertifikasi sambil tetap menjaga integritas teknis. Hubungan dengan otoritas global menjadi kunci, terutama untuk membuka kembali pasar-pasar penting seperti China yang masih membatasi pengiriman pesawat Boeing.

Dari sisi keuangan, perusahaan menghadapi tekanan berat. Laporan pendapatan terakhir menunjukkan bahwa divisi komersial Boeing masih mencatatkan kerugian operasi, meskipun ada perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Investor kini lebih sabar, tapi tetap waspada. Keberhasilan strategi konservatif ini akan sangat tergantung pada hasil kuartalan berikutnya dan apakah perusahaan dapat menyeimbangkan kualitas dengan produktivitas secara berkelanjutan.

Keputusan Boeing untuk menunda permohonan peningkatan produksi 737 menjadi simbol dari babak baru perusahaan. Di masa lalu, ambisi pertumbuhan sering kali mendikte arah keputusan strategis. Kini, orientasinya berubah: integritas lebih utama daripada kecepatan. Dan bagi industri penerbangan yang tengah mencari stabilitas pasca-pandemi dan krisis kepercayaan, pendekatan ini bisa menjadi preseden penting.