(Business Lounge – Automotive) Ketika pertama kali diumumkan, Cybertruck Tesla digadang-gadang sebagai simbol masa depan otomotif: bertenaga listrik, berdesain radikal, dan mampu menembus batas kemampuan pikap konvensional. Namun seiring berjalannya waktu, kendaraan ini justru berubah menjadi lambang tantangan yang lebih luas yang tengah dihadapi Tesla—mulai dari produksi yang rumit, kualitas produk yang dipertanyakan, hingga citra merek yang kini terpolarisasi oleh dinamika politik dan kontroversi Elon Musk sendiri.
Menurut The Wall Street Journal, pada 2024 Tesla hanya berhasil menjual sekitar 40.000 unit Cybertruck, jauh dari target awal perusahaan yang mengharapkan angka tahunan hingga 250.000 unit. Di kuartal pertama 2025, penjualan bahkan hanya mencapai sekitar 7.100 unit. Sebagian besar hambatan datang dari kompleksitas desain dan kesulitan produksi, terutama integrasi baterai 4680 dan bodi baja tahan karat yang belum pernah digunakan secara massal sebelumnya. Elon Musk bahkan secara blak-blakan mengakui tantangan ini dengan pernyataan, “Kami menggali kuburan kami sendiri dengan Cybertruck.”
Dari sisi kualitas, kendaraan ini telah mengalami setidaknya delapan kali penarikan kembali (recall), mulai dari pedal akselerator yang bisa macet, kaca depan yang retak, hingga panel eksterior baja yang bisa terlepas saat kendaraan melaju. Salah satu insiden yang mencolok adalah recall besar pada Maret 2025, ketika ribuan unit harus diperbaiki karena risiko panel bodi copot di jalan raya, yang jelas membahayakan pengguna jalan lain.
Masalah tidak berhenti di produksi. Tesla juga mulai mengalami penumpukan stok. Di kota Farmington Hills, Michigan, media lokal melaporkan lebih dari 100 Cybertruck tak terjual diparkir di area bekas pusat perbelanjaan, menimbulkan pelanggaran zonasi dan keluhan dari warga setempat. Untuk mengatasi hal ini, Tesla menawarkan insentif besar, termasuk pinjaman tanpa bunga yang ekuivalen dengan potongan harga hingga USD 10.000, menurut Economic Times India.
Namun, meski harga ditekan, pembeli masih ragu. Sejumlah pemilik bahkan mengaku kecewa dan menyebut Cybertruck sebagai “produk belum jadi.” Menurut Newsweek, beberapa dari mereka mencoba mengembalikan unitnya namun ditolak oleh Tesla, karena kebijakan pengembalian tidak berlaku untuk model ini.
Cybertruck juga menghadapi tekanan dari aspek regulasi dan keselamatan. Di Inggris, kendaraan ini dilarang masuk jalan raya karena desainnya tidak memenuhi standar keselamatan pejalan kaki. Sementara itu, insiden ledakan fatal yang melibatkan Cybertruck di Las Vegas pada Januari 2025 semakin memperkeruh persepsi publik terhadap keamanan produk ini. Walau belum dipastikan bahwa kendaraan yang menjadi penyebab, keterkaitan nama Cybertruck dalam pemberitaan berdampak negatif pada reputasi Tesla.
Masalah ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Perusahaan juga tengah menghadapi tantangan besar dari sisi citra merek. Elon Musk, sebagai tokoh sentral Tesla, terlibat dalam sejumlah polemik politik, termasuk pertikaian terbuka dengan Donald Trump dan serangkaian pernyataan politik yang mengundang kontroversi. Menurut laporan The Wall Street Journal, keterlibatan Musk dalam isu politik telah memicu gerakan boikot dan menyebabkan penurunan penjualan Tesla di sejumlah pasar, termasuk Eropa, di mana pangsa pasarnya turun 45% dibanding tahun lalu.
Tidak hanya itu, brand Tesla juga semakin kehilangan pesona futuristiknya yang selama ini menjadi kekuatan utama. Konsumen mulai melihat perusahaan ini tidak lagi sebagai pionir perubahan, tetapi sebagai entitas yang tersandera oleh kompleksitas produksi dan ego sang pendiri. Ini menciptakan risiko reputasi jangka panjang, yang bisa berdampak terhadap semua lini produk Tesla, bukan hanya Cybertruck.
Secara keseluruhan, kisah Cybertruck kini menjadi cermin kondisi Tesla saat ini: penuh ambisi, tapi tersandung eksekusi. Di balik desain yang mencolok dan janji teknologi tinggi, tersembunyi masalah fundamental yang belum terselesaikan. Jika tidak segera dibenahi, bukan tidak mungkin kendaraan ini akan menjadi simbol kegagalan Tesla dalam mempertahankan posisinya sebagai pemimpin revolusi kendaraan listrik dunia.