Walt Disney

Disney PHK Ratusan Karyawan Global

(Business Lounge – Global News) Walt Disney Co., salah satu konglomerat hiburan terbesar di dunia, kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan di berbagai divisi yang meliputi pemasaran film dan televisi, publikasi, casting dan pengembangan, serta operasi keuangan korporat. Langkah ini menjadi bagian dari strategi efisiensi operasional yang lebih luas di tengah dinamika industri hiburan yang terus berubah dan tantangan ekonomi global yang sedang berlangsung.

Menurut Reuters, PHK ini menandai gelombang keempat dalam kurun waktu kurang dari satu tahun terakhir, setelah Disney sebelumnya memangkas tenaga kerja pada bulan Maret, Juli, dan Oktober 2024. Meski perusahaan belum mengumumkan jumlah pasti karyawan yang terdampak pada gelombang terbaru ini, Disney menegaskan bahwa tidak ada divisi yang dihapus secara keseluruhan, melainkan ini merupakan penyesuaian untuk menciptakan struktur organisasi yang lebih ramping dan efisien. CEO Bob Iger, yang kembali menjabat pada akhir 2022, sebelumnya mengumumkan rencana memangkas sekitar 7.000 posisi guna menghemat biaya operasional sebesar 5,5 miliar dolar AS.

Menurut analisa Wall Street Journal, langkah PHK ini sebenarnya merupakan cerminan dari perubahan fundamental yang sedang dihadapi oleh industri hiburan global. Pergeseran signifikan dalam perilaku konsumen yang kini lebih memilih konten streaming digital dibandingkan media konvensional menyebabkan tekanan besar bagi perusahaan seperti Disney yang memiliki portofolio bisnis di media tradisional, taman hiburan, dan studio film. Di tengah persaingan ketat dari platform streaming seperti Netflix, Amazon Prime, dan Apple TV+, Disney harus menyesuaikan struktur biaya agar mampu bersaing secara efisien.

Dalam laporan kuartal kedua 2025, Disney masih mencatat laba yang melebihi ekspektasi pasar, didorong oleh pertumbuhan signifikan di segmen Disney+ dan performa baik taman hiburan. Namun, seperti dikutip dari Bloomberg, laba yang kuat tersebut tetap tidak menghilangkan kebutuhan perusahaan untuk melakukan penghematan biaya, terutama di lini bisnis yang mengalami tekanan margin dan pangsa pasar, seperti divisi pemasaran dan operasional keuangan. Penghematan tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan mempertahankan fleksibilitas finansial di tengah ketidakpastian ekonomi makro global.

Dari sisi pasar modal, saham Disney mengalami fluktuasi setelah pengumuman PHK, mencerminkan ketidakpastian investor mengenai dampak jangka panjang restrukturisasi ini terhadap posisi kompetitif Disney di pasar global. Sejumlah analis keuangan dari Morgan Stanley dan Goldman Sachs mengingatkan bahwa meskipun pengurangan biaya dapat meningkatkan profitabilitas dalam jangka pendek, Disney juga harus berhati-hati agar langkah ini tidak merusak inovasi dan kreativitas yang selama ini menjadi kekuatan utama perusahaan. PHK massal berisiko mengganggu moral karyawan dan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan konten baru yang menarik bagi konsumen muda dan dinamis.

Lebih jauh, analisa dari Financial Times menggarisbawahi bahwa Disney menghadapi tantangan ganda. Di satu sisi, perusahaan harus mengelola transformasi digital yang membutuhkan investasi besar dalam teknologi dan produksi konten original. Di sisi lain, bisnis taman hiburan dan pengalaman langsung, yang merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar Disney, juga harus beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi wisata dan hiburan pasca-pandemi. Rencana peluncuran taman hiburan baru di Abu Dhabi, yang diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar Disney di Timur Tengah dan meningkatkan diversifikasi pendapatan, adalah contoh konkret upaya perusahaan untuk mengimbangi penurunan di lini bisnis lain.

Namun, seperti dikutip dari The Economist, keberhasilan Disney dalam jangka panjang akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan mengintegrasikan berbagai unit bisnisnya dengan mulus, memaksimalkan sinergi antara layanan streaming, konten, dan pengalaman taman hiburan. Restrukturisasi yang sedang dilakukan adalah bagian dari proses tersebut, tapi juga mengandung risiko jika tidak dikelola dengan hati-hati. Pemangkasan biaya yang terlalu agresif bisa menghambat inovasi dan mengurangi kualitas layanan, yang pada akhirnya dapat memicu penurunan loyalitas pelanggan dan pendapatan.

Dari perspektif sumber daya manusia, PHK massal ini juga mencerminkan tren yang lebih luas di sektor hiburan dan teknologi yang menghadapi tekanan efisiensi akibat kondisi ekonomi yang melambat dan ketidakpastian pasar global. Seperti dilaporkan oleh CNBC, banyak perusahaan besar saat ini tengah merestrukturisasi dan memangkas biaya sebagai respons terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi, inflasi yang masih tinggi, dan perubahan preferensi konsumen. Dalam konteks ini, Disney tidak sendirian, tetapi posisi dan brand-nya yang sangat besar membuat setiap langkah restrukturisasi menjadi sorotan global.

Lebih jauh, dari sisi manajemen risiko, Disney juga dihadapkan pada tantangan bagaimana menjaga reputasi merek dan hubungan dengan pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, dan investor. Pengumuman PHK tentu memicu kekhawatiran di kalangan karyawan yang tersisa, berpotensi menimbulkan keresahan dan menurunkan produktivitas. Sebuah riset dari Harvard Business Review menyebutkan bahwa restrukturisasi tanpa komunikasi yang transparan dan dukungan yang memadai untuk karyawan dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang terhadap budaya perusahaan dan kinerja bisnis.

Selain itu, dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi yang cepat, Disney harus terus berinvestasi dalam kemampuan teknologi informasi dan data analytics untuk memahami dan melayani pelanggan dengan lebih baik. Seperti dianalisa oleh McKinsey & Company, perusahaan hiburan yang berhasil di masa depan adalah yang mampu menggabungkan konten berkualitas dengan teknologi canggih untuk personalisasi pengalaman konsumen. Ini menuntut investasi berkelanjutan, yang harus diseimbangkan dengan upaya penghematan biaya.

Secara keseluruhan, langkah PHK yang diambil Disney merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan transformasi industri hiburan global. Keputusan ini juga menggambarkan tantangan nyata yang harus dihadapi oleh perusahaan besar dalam menjaga keseimbangan antara inovasi, efisiensi operasional, dan kepuasan karyawan di tengah ketidakpastian ekonomi. Sebagai salah satu ikon hiburan dunia, keberhasilan Disney dalam melewati fase ini akan menjadi indikator penting bagi arah masa depan industri hiburan secara umum.

Di sisi lain, para analis menilai bahwa penguatan layanan streaming dan diversifikasi usaha ke pasar baru seperti taman hiburan di Abu Dhabi akan menjadi kunci utama Disney untuk mempertahankan relevansi dan daya saingnya dalam jangka panjang. Namun, langkah-langkah restrukturisasi ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengorbankan kekuatan kreatif dan inovatif yang selama ini menjadi fondasi utama bisnis Disney.

Melihat dinamika ini, para investor dan pelaku industri akan terus mengamati bagaimana Disney menyeimbangkan antara tekanan biaya dan kebutuhan berinvestasi dalam teknologi dan konten baru agar tetap mampu memimpin di pasar hiburan global yang kian kompetitif.