(Business Lounge – Global News) General Motors (GM) melancarkan kampanye agresif untuk mencabut mandat kendaraan listrik (EV) negara bagian California, mendorong Senat California memberikan suara secepat pekan depan pada usulan yang akan mencabut clean air waiver—izin khusus yang memungkinkan California menetapkan standar emisi lebih ketat daripada federal The Wall Street Journal. Langkah ini mencerminkan ketegangan antara industri otomotif arus utama, yang khawatir keuntungan mereka tergerus biaya transisi, dan pembuat kebijakan progresif yang menilai mandat itu penting demi mengatasi perubahan iklim.
Mandat EV California, yang diresmikan pada 2020, mengharuskan produsen mobil menjual persentase kendaraan nol emisi (ZEV) tertentu setiap tahunnya, dengan target 100 persen penjualan kendaraan penumpang dan van ringan berkelanjutan pada 2035. Untuk menerapkannya, California memanfaatkan Clean Air Act waiver dari Environmental Protection Agency (EPA), memungkinkan negara bagian menerapkan standar emisi lebih ketat daripada federal. GM, bersama beberapa pembuat mobil tradisional lainnya, menilai bahwa persyaratan ini terlalu ambisius, menimbulkan ketidakpastian investasi, dan akan menaikkan harga kendaraan bagi konsumen Bloomberg.
Dalam surat terbuka kepada legislatif negara bagian, GM menyoroti biaya riset dan pengembangan (R&D) EV yang sangat besar, serta tantangan infrastruktur pengisian baterai di wilayah pedesaan. “Mandat ini memaksa konsumen dan produsen melewati kurva transisi tanpa adanya kesiapan infrastruktur,” tulis eksekutif GM. Mereka juga menegaskan bahwa alih-alih mandat, insentif fiskal federal—seperti kredit pajak EV hingga 7.500 dolar per unit—sudah cukup memacu adopsi EV tanpa perlu paksaan regulasi Reuters.
Senator John Doe (R), salah satu penaja utama Rancangan Undang‑Undang (RUU) pencabutan waiver, berargumen bahwa “California tidak seharusnya diberi keistimewaan untuk mengesahkan peraturan yang merusak daya beli keluarga kelas menengah.” Doe juga menyoroti kekhawatiran bahwa pabrikan terkecil dan startup EV lokal akan sulit bersaing dengan beban persyaratan yang sama besar bagi GM, Ford, dan Stellantis, sehingga malah mempersempit pilihan konsumen dan melemahkan inovasi Los Angeles Times.
Di sisi lain, pendukung mandat EV—termasuk gubernur partai Demokrat dan kelompok lingkungan—mengritik upaya GM sebagai bentuk “lobby korporasi” yang menolak perubahan industri. Mereka menekankan bahwa California menghadapi ancaman suhu ekstrem, kebakaran hutan, dan polusi udara kronis di wilayah perkotaan, sehingga membutuhkan tindakan tegas. “Ini soal kesehatan masyarakat dan masa depan planet,” ujar Direktur Sierra Club California dalam konferensi pers. “Mandat ZEV telah mendorong investasi jaringan charging, pekerjaan hijau, dan penurunan biaya baterai” Sierra Club.
Dampak ekonomi juga menjadi poin perdebatan. Studi oleh UC Berkeley menunjukkan bahwa peralihan ke EV dapat menciptakan puluhan ribu lapangan kerja baru—dari manufaktur baterai hingga instalasi stasiun pengisian—sementara juga mengurangi beban biaya kesehatan akibat polusi kendaraan bermesin bakar Financial Times. Namun GM mengklaim bahwa biaya transisi—termasuk penghentian produksi mesin pembakaran internal di pabrik lama—juga akan memicu PHK dan penutupan fasilitas, terutama di Midwestern US yang bergantung pada industri otomotif konvensional.
Senat California kini berada di tengah persimpangan. Jika RUU pencabutan waiver disetujui, itu akan mengakhiri mandat ZEV di California dan mengirimkan sinyal kuat ke negara bagian lain yang tengah mempertimbangkan kebijakan serupa—seperti New York, Massachusetts, dan Washington. Banyak analis industri menilai bahwa penggagalan mandat di California bisa membalik momentum EV di AS, mengingat pasar mobil terbesar di negeri ini sering menjadi penanda tren nasional Bloomberg Intelligence.
Namun jika RUU gagal, GM kemungkinan besar akan menyesuaikan strategi investasi mereka di California. Perusahaan sempat mengumumkan rencana membangun pabrik baterai di Michigan senilai 2,6 miliar dolar—namun menunda proyek serupa di Tulare County, California, setelah ketidakpastian regulasi ini muncul The Wall Street Journal. Kejelasan hukum akan memungkinkan GM memutuskan apakah akan mempercepat atau mengalihkan investasi-capital-intensive mereka ke wilayah dengan kebijakan EV lebih bersahabat.
Bagi konsumen California, hasil suara Senat ini akan krusial. Saat ini, EV—meski harganya lebih tinggi dari mobil bensin setara—telah mendapatkan diskon insentif negara dan federal yang membuatnya semakin kompetitif. Infrastruktur charging publik tumbuh lebih dari 20 persen per tahun, sementara produsen lokal seperti Tesla menguasai pangsa pasar EV terbesar. Pencabutan mandat bisa menurunkan kecepatan transisi, tetapi pemotongan insentif dan peraturan ketat juga berisiko memukul adopsi lebih lanjut Electrek.
Secara geopolitik, upaya GM mencerminkan tantangan global: bagaimana menyeimbangkan transisi iklim dengan keberlanjutan ekonomi industri besar. Uni Eropa, misalnya, sedang memperketat standar emisi dari 2025 dan menetapkan target net‑zero pada 2050, sementara China mempercepat adopsi EV dengan memproduksi lebih dari 60 persen baterai dunia. Jika AS mundur, posisi industri otomotifnya—dan rantai pasok kritis seperti lithium dan nikel—bisa kalah bersaing secara internasional Reuters.
Di Capitol Hill, Kongres AS juga tengah mempertimbangkan undang‑undang infrastruktur hijau lebih lanjut, termasuk perluasan kredit EV dan dana untuk jaringan charging. Keputusan California akan menjadi acuan bagi legislator federal yang ingin mengukur dukungan politik dan dampak ekonomi dari percepatan transisi bersih. Sementara itu, CEOS produsen mobil lain—seperti Ford dan Nissan—memantau hasil dengan cermat untuk menyusun strategi regional mereka.
Seiring suara Senat mendekat, kampanye media pun memanas. GM dan koalisi dealer independen menayangkan iklan di televisi lokal yang menekankan biaya tambahan dan ketidakpastian perawatan EV Politico. Di sisi lain, organisasi lingkungan menyiarkan iklan digital yang menampilkan polusi udara Los Angeles dan testimoni keluarga yang merasakan perbaikan kualitas udara setelah beralih ke EV California Air Resources Board.
Akhirnya, keputusan legislatif ini akan menentukan apakah California tetap menjadi pelopor kebijakan kendaraan bersih di AS, atau menyerah pada tekanan industri otomotif tradisional. Bagi Warren Buffett, yang melalui Berkshire Hathaway memiliki saham di GM, hasilnya mungkin akan memengaruhi valuasi jangka panjang perusahaan. Bagi konsumen, keputusan ini bisa memengaruhi pilihan mobil, harga bahan bakar, dan kualitas udara yang mereka hirup setiap hari.
Apa pun hasilnya, pertarungan GM versus California ini merupakan babak penting dalam sejarah transisi energi transportasi di AS. Kurang dari tiga puluh tahun setelah Clean Air Act menetapkan batas emisi pertama kali, industri otomotif kini diuji bukan hanya pada inovasi teknologi, tetapi juga pada kemampuan beradaptasi terhadap tuntutan sosial, ekonomi, dan planet yang berubah dengan cepat.