Birkenstock

Birkenstock Naikkan Proyeksi Laba Setelah Lonjakan Penjualan

(Business Lounge – Global News) Produsen sandal asal Jerman, Birkenstock, mengumumkan peningkatan panduan laba tahunannya setelah membukukan penjualan yang melampaui ekspektasi pasar. Perusahaan yang baru saja melantai di bursa saham pada akhir 2023 ini tampaknya memanfaatkan momentum yang kuat di pasar global, didorong oleh tren gaya hidup santai, keberhasilan kampanye pemasaran, dan daya tarik merek yang kian mengakar di berbagai segmen konsumen.

Dalam pernyataan yang dikutip oleh Reuters, Birkenstock mengungkapkan bahwa panduan terbaru mengindikasikan kenaikan laba yang disesuaikan (adjusted earnings) hingga 21% secara tahunan. Revisi optimistis ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepercayaan tinggi terhadap prospek pertumbuhan di tengah ketidakpastian ekonomi makro dan tekanan biaya produksi yang masih membayangi industri ritel global.

Birkenstock, yang dikenal dengan desain sandal ikonik berbasis alas kaki ortopedik, telah bertransformasi dari merek fungsional menjadi simbol mode dan kenyamanan. Kolaborasi dengan rumah mode seperti Dior, Valentino, hingga penampilan dalam film Barbie telah menjadikan Birkenstock sebagai merek gaya hidup yang menarik perhatian lintas generasi.

CEO Oliver Reichert, dalam wawancara dengan Bloomberg, menyatakan bahwa permintaan yang kuat datang tidak hanya dari pasar utama seperti AS dan Eropa, tetapi juga dari Asia yang menunjukkan tren pertumbuhan yang menjanjikan. “Birkenstock bukan sekadar merek sandal, ini adalah filosofi hidup—dan konsumen kini mengapresiasi kenyamanan yang otentik,” ujar Reichert. Ia juga menekankan bahwa basis pelanggan Birkenstock semakin beragam, dari profesional muda hingga pecinta mode, yang menciptakan peluang ekspansi lintas kategori.

Laporan keuangan terbaru menunjukkan bahwa pendapatan Birkenstock meningkat signifikan pada kuartal terakhir, dengan pertumbuhan dua digit di beberapa pasar utama. Secara khusus, pertumbuhan di pasar AS mencapai hampir 20% berkat optimalisasi saluran distribusi, peluncuran produk edisi terbatas, dan kehadiran yang lebih kuat di platform daring seperti Amazon dan situs resmi Birkenstock.

Menurut analis Financial Times, revisi panduan laba hingga 21% menandakan bahwa margin keuntungan Birkenstock tetap tangguh meskipun biaya bahan baku dan logistik masih fluktuatif. Hal ini mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola rantai pasok, menaikkan harga tanpa mengorbankan volume penjualan, serta menjaga efisiensi operasional setelah IPO mereka.

IPO Birkenstock di bursa New York tahun lalu memang sempat disambut dingin oleh investor, dengan sahamnya jatuh di bawah harga penawaran pada pekan debut. Namun, kinerja perusahaan dalam beberapa kuartal terakhir mulai memulihkan kepercayaan pasar. Saham Birkenstock naik sekitar 8% setelah pengumuman panduan laba baru ini, mencerminkan optimisme investor terhadap arah strategis perusahaan.

Salah satu kekuatan utama Birkenstock adalah kemampuannya menjaga identitas produk meski memasuki pasar massal. Model seperti Arizona dan Boston tetap mempertahankan bentuk klasik, namun kini hadir dalam berbagai variasi warna, bahan, dan kolaborasi eksklusif. Pendekatan ini memungkinkan Birkenstock merangkul pelanggan baru tanpa mengalienasi basis penggemar tradisional.

Di sisi lain, Birkenstock juga berinvestasi besar dalam memperkuat kapasitas produksi domestik. Perusahaan telah membuka fasilitas baru di Jerman dan berencana menambah kapasitas manufaktur untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat. Menurut Reuters, pabrik terbaru di Pasewalk ditargetkan memproduksi hingga 6 juta pasang sandal per tahun dalam beberapa tahun ke depan.

Selain fokus produksi, perusahaan juga memperkuat kendali atas distribusi ritel dengan membuka lebih banyak toko flagship dan memperluas kehadiran di pusat perbelanjaan premium. Strategi ini selaras dengan transformasi Birkenstock menjadi merek aspiratif, bukan hanya fungsional. Kehadiran di butik kelas atas dan department store seperti Nordstrom dan Selfridges turut meningkatkan eksposur merek di segmen premium.

Namun, tantangan tetap ada. Tekanan inflasi dan perubahan perilaku konsumen pasca-pandemi bisa berdampak pada daya beli di beberapa pasar. Meski demikian, Birkenstock tampaknya berhasil menempatkan dirinya di segmen “accessible luxury”, yaitu produk dengan harga yang relatif tinggi namun masih terjangkau, dan memiliki nilai emosional serta desain abadi.

Dalam konteks pasar alas kaki global, pertumbuhan Birkenstock juga menarik karena terjadi saat pemain besar seperti Nike dan Adidas menghadapi tekanan dari kompetitor kecil dan perubahan strategi distribusi. Berbeda dengan raksasa atletik tersebut, Birkenstock mempertahankan pendekatan produk yang fokus dan terkontrol, tanpa memperluas kategori secara agresif.

Menurut laporan Bloomberg Intelligence, pendekatan “mono-focus brand” seperti yang dilakukan Birkenstock justru memiliki keunggulan jangka panjang dalam hal profitabilitas. Dengan menghindari diversifikasi berlebihan, perusahaan bisa lebih konsisten dalam membangun narasi merek, mempertahankan kualitas, dan menjaga hubungan dekat dengan konsumen.

Melihat ke depan, Birkenstock berencana memperluas lini produk ke kategori yang berkaitan dengan kenyamanan dan keseimbangan tubuh, seperti alas kaki anak-anak, sepatu tertutup, dan bahkan aksesori kesehatan. Namun perusahaan juga menyatakan bahwa pertumbuhan akan tetap dilakukan secara hati-hati agar tidak mengorbankan prinsip utama mereka: desain sederhana, kualitas buatan tangan, dan pengalaman pemakaian yang superior.

Di tengah ketegangan geopolitik, volatilitas biaya bahan baku, serta fluktuasi mata uang, keputusan Birkenstock untuk meningkatkan panduan laba menunjukkan kepercayaan kuat terhadap strategi bisnisnya. Hal ini semakin memperkuat posisi perusahaan sebagai contoh sukses transformasi merek tradisional ke pemain global yang relevan di era digital dan mode cepat.