(Business Lounge – Global News) Harley-Davidson menarik kembali panduan keuangan untuk tahun 2025 setelah serangkaian tekanan yang dipicu oleh ketidakpastian tarif global dan perlambatan ekonomi. Dalam laporan kuartal pertamanya, produsen sepeda motor legendaris asal Milwaukee, Wisconsin ini mencatat penurunan tajam baik dalam pengiriman unit maupun pendapatan, menandai periode yang penuh gejolak di tengah gangguan rantai pasok, penurunan permintaan konsumen, dan beban biaya yang meningkat akibat kebijakan perdagangan internasional yang lebih proteksionis.
Langkah perusahaan untuk menarik panduan tahunan datang setelah tekanan tarif yang disebut manajemen sebagai “signifikan” dan cenderung terus berlanjut. Harley-Davidson memperkirakan total beban tarif dapat mencapai hingga 175 juta dolar AS pada tahun ini. Tarif yang diberlakukan terhadap barang-barang impor dari Tiongkok, termasuk komponen yang digunakan dalam perakitan sepeda motor mereka, menjadi beban berat meskipun sebagian besar pasokan mereka berasal dari dalam negeri. Ketidakpastian geopolitik dan sinyal pelemahan permintaan dari konsumen kelas menengah turut menambah tekanan terhadap strategi pertumbuhan perusahaan.
Dalam laporan keuangannya, Harley-Davidson menyebutkan bahwa pengiriman sepeda motor global turun 40%, dari 41.577 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi hanya 24.865 unit. Dampak langsungnya adalah penurunan pendapatan sebesar 23% menjadi 1,33 miliar dolar AS, sekaligus mencerminkan perubahan besar dalam lanskap penjualan mereka. Penurunan ini memperlihatkan adanya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan, serta meningkatnya kekhawatiran terhadap preferensi konsumen yang mulai bergeser, baik karena alasan ekonomi maupun tren gaya hidup.
Dalam konteks ini, keputusan Harley-Davidson untuk menarik panduan keuangan bukan hanya sekadar langkah kehati-hatian finansial, melainkan sinyal serius bahwa perusahaan menghadapi masa transisi yang penuh tantangan. Situasi ini diperburuk dengan pengumuman pensiunnya CEO Jochen Zeitz, seorang pemimpin yang sebelumnya dianggap sebagai arsitek restrukturisasi Harley pasca-pandemi. Mundurnya Zeitz telah memicu spekulasi di kalangan investor mengenai arah strategis perusahaan ke depan. Dalam pernyataannya, Zeitz menegaskan bahwa dirinya akan tetap terlibat hingga proses transisi selesai dan pemimpin baru ditunjuk.
Namun, tidak semua pihak di jajaran pemegang saham menyambut baik kinerja manajemen saat ini. Investor aktivis H Partners secara terbuka mendesak restrukturisasi dewan direksi Harley-Davidson dan menyalahkan kepemimpinan Zeitz atas kinerja saham yang tertinggal dibandingkan kompetitor dan indeks pasar yang lebih luas. Mereka menyoroti kurangnya inovasi produk, strategi harga yang tidak fleksibel, dan lambannya respon terhadap perubahan demografis pasar sepeda motor sebagai faktor-faktor yang membuat Harley kehilangan momentum.
Ketegangan geopolitik dan ekonomi makro juga memperparah situasi. Tarik ulur perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta kebijakan tarif tambahan yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir, secara langsung memengaruhi harga pokok produksi Harley-Davidson. Sementara perusahaan telah lama membanggakan identitas “Made in America”, dalam praktiknya rantai pasok mereka bersifat global, dan ketergantungan pada komponen impor menjadikan mereka rentan terhadap fluktuasi biaya dan ketentuan perdagangan baru.
Dari sisi pasar modal, respons terhadap laporan keuangan Harley-Davidson cukup beragam. Saham HOG, kode perdagangan perusahaan di bursa saham New York, sempat mengalami volatilitas tinggi. Pada perdagangan terakhir, saham tersebut tercatat naik 2,86% ke posisi 23,04 dolar AS, dengan volume perdagangan mencapai lebih dari 3,4 juta saham. Harga tertinggi intraday sempat menyentuh 24 dolar AS, sementara titik terendah berada di angka 22,42 dolar AS. Angka-angka ini mencerminkan adanya minat beli yang masih tersisa, meskipun dibayangi kekhawatiran terhadap fundamental jangka menengah perusahaan.
Analisis pasar menilai bahwa ketidakpastian terhadap kepemimpinan baru serta arah strategis ke depan akan menjadi penentu apakah Harley-Davidson mampu keluar dari tekanan ini. Salah satu tantangan utama yang harus dihadapi adalah bagaimana merevitalisasi minat pasar terhadap produk-produk mereka di tengah meningkatnya persaingan dari produsen motor listrik serta perubahan selera generasi muda yang tidak lagi melihat sepeda motor besar sebagai simbol kebebasan seperti generasi sebelumnya.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah strategi diversifikasi pasar. Selama beberapa tahun terakhir, Harley-Davidson telah mencoba memperluas pangsa pasarnya ke Asia dan Eropa, namun dengan hasil yang beragam. Di India, misalnya, mereka terpaksa menghentikan operasi manufakturnya pada 2020 karena rendahnya permintaan dan biaya yang tidak kompetitif. Di pasar Eropa, dominasi merek lokal dan regulasi emisi yang semakin ketat membuat ekspansi lebih menantang.
Namun demikian, beberapa analis masih melihat peluang. Segmen sepeda motor listrik, meskipun masih dalam tahap awal, menawarkan prospek baru bagi Harley-Davidson. Melalui merek LiveWire, perusahaan telah meluncurkan model-model baru yang menyasar pasar muda urban dengan gaya hidup berkelanjutan. Meski kontribusinya terhadap pendapatan masih kecil, inovasi ini dianggap sebagai langkah penting menuju modernisasi portofolio produk perusahaan.
Tak hanya itu, unit keuangan Harley-Davidson Financial Services (HDFS) juga masih menunjukkan performa yang stabil, membantu mendukung margin keuntungan di tengah penurunan penjualan unit. Pendapatan dari pembiayaan sepeda motor tetap menjadi salah satu sumber arus kas yang dapat diandalkan. Tetapi, ketergantungan pada kredit konsumen juga menjadi risiko tersendiri di tengah kenaikan suku bunga dan peningkatan gagal bayar yang mungkin terjadi jika kondisi ekonomi memburuk.
Langkah berikutnya bagi Harley-Davidson tampaknya akan sangat ditentukan oleh pemilihan CEO baru, respons terhadap tekanan investor, serta strategi mereka dalam menavigasi lanskap tarif dan perubahan permintaan global. Bagi perusahaan yang telah berusia lebih dari satu abad ini, mempertahankan identitas klasik sambil beradaptasi dengan tuntutan zaman adalah ujian besar yang tidak bisa dihindari.
Secara keseluruhan, narasi mengenai Harley-Davidson tidak lagi hanya tentang sepeda motor atau merek ikonik, melainkan cerminan dari bagaimana perusahaan besar Amerika harus menghadapi tantangan globalisasi, geopolitik, transformasi teknologi, dan perubahan nilai-nilai generasi baru. Sebuah perjalanan yang membutuhkan keberanian, inovasi, dan kejelasan arah strategis di tengah jalan yang penuh ketidakpastian.