(Business Lounge – Global News) Nike telah menghadapi tantangan besar dalam upayanya untuk mengalihkan sebagian produksinya dari Asia ke AS. Meskipun otomatisasi melalui robot sering dianggap sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia, kenyataannya, pembuatan sepatu Nike—produk yang memerlukan keterampilan dan presisi tinggi—tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh mesin. Berbagai tantangan teknis dan ekonomi yang dihadapi Nike mengungkapkan mengapa pemindahan produksi ke negara asalnya lebih rumit daripada yang terlihat pada pandangan pertama.
Sepatu Nike terdiri dari bahan-bahan yang memerlukan penanganan khusus, seperti kain sintetis, karet, dan busa. Setiap bahan ini memerlukan proses perakitan yang rumit. Di fasilitas produksi tradisional, para pekerja memiliki keterampilan tinggi untuk menangani setiap langkah yang diperlukan. Namun, untuk memproduksi sepatu dalam skala besar dengan menggunakan robot, berbagai proses seperti penjahitan, pengeleman, dan penyusunan bagian-bagian kecil harus dilakukan dengan tingkat presisi yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mesin belum dapat meniru keterampilan manusia dalam menangani pekerjaan yang sangat rinci tersebut.
Di industri lain, seperti otomotif, robot telah menggantikan banyak pekerjaan manusia. Namun, dalam manufaktur sepatu, mesin belum bisa sepenuhnya menggantikan pekerja manusia. Laporan dari Reuters menunjukkan bahwa peralatan robotik yang diperlukan untuk produksi sepatu Nike harus sangat spesifik dalam hal kemampuan dan fleksibilitasnya, yang hingga kini belum tersedia. Misalnya, untuk memproduksi berbagai model sepatu dengan desain yang beragam, robot harus mampu melakukan penyesuaian otomatis, sesuatu yang teknologi saat ini belum dapat wujudkan.
Sebagian besar produksi sepatu Nike saat ini berlokasi di Asia, di mana biaya tenaga kerja jauh lebih murah dibandingkan dengan AS. Nike dapat memproduksi sepatu dengan biaya lebih rendah di negara-negara seperti Vietnam dan Indonesia, yang memungkinkan mereka untuk menjaga harga tetap kompetitif. Meskipun teknologi otomatisasi dapat membantu, biaya pembangunan fasilitas baru dan investasi dalam robotik yang sangat spesifik akan sangat besar. Biaya tenaga kerja yang tinggi di AS juga akan menyebabkan harga sepatu Nike melonjak jika produksi dipindahkan ke dalam negeri. Menurut Bloomberg, biaya yang terkait dengan tenaga kerja yang lebih mahal di AS berpotensi menyebabkan harga jual produk menjadi jauh lebih tinggi.
Meskipun otomatisasi adalah bagian penting dari masa depan manufaktur, pembuatan sepatu dengan tingkat presisi yang diperlukan masih membutuhkan interaksi langsung manusia. Nike, seperti banyak perusahaan lain, mungkin akan mengandalkan kombinasi teknologi canggih dan tenaga kerja manusia untuk menciptakan produk berkualitas tinggi. Beberapa perusahaan besar, seperti Adidas dan Puma, telah mulai mengembangkan teknologi 3D printing dan otomatisasi untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual, namun secara keseluruhan, transformasi ini masih dalam tahap pengembangan.
Kisah Nike mengingatkan kita bahwa produksi barang konsumen global sangat bergantung pada rantai pasokan yang kompleks dan keterampilan yang didapatkan melalui pengalaman bertahun-tahun. The Wall Street Journal mencatat bahwa produksi sepatu bukan hanya masalah biaya tenaga kerja, tetapi juga tentang keahlian teknis yang sangat terperinci. Sementara beberapa sektor manufaktur mungkin lebih mudah dipindahkan, produksi barang-barang seperti sepatu yang memerlukan keahlian teknis tetap membutuhkan pendekatan yang lebih berhati-hati dan berbasis pada keahlian global.
Pengalaman Nike dalam mengupayakan otomatisasi menunjukkan tantangan besar yang dihadapi banyak perusahaan dalam mengelola teknologi, biaya, dan keterampilan dalam produksi barang konsumen. Meskipun otomatisasi menawarkan potensi efisiensi, kenyataannya sepatu Nike adalah produk yang memerlukan lebih dari sekadar mesin untuk diproduksi dengan kualitas yang diinginkan. Proses ini memberikan pelajaran bahwa pemindahan produksi dan otomatisasi bukanlah solusi sederhana, terutama dalam industri yang membutuhkan keterampilan dan presisi tinggi.