(Business Lounge-Global news)Huawei, raksasa teknologi asal China, melaporkan penurunan laba yang signifikan akibat meningkatnya biaya operasional, terutama dalam penelitian dan pengembangan. Menurut laporan keuangan terbaru yang dikutip oleh Financial Times, belanja untuk riset dan pengembangan perusahaan mencapai 21% dari total pendapatan, sebuah angka yang mencerminkan strategi jangka panjang Huawei dalam menghadapi persaingan global dan tekanan geopolitik. Pengeluaran yang besar dalam inovasi teknologi ini dilakukan sebagai upaya Huawei untuk tetap relevan di tengah sanksi perdagangan dan tantangan regulasi yang semakin ketat.
Penurunan laba ini datang di tengah lingkungan bisnis yang semakin menantang bagi Huawei. Reuters melaporkan bahwa perusahaan menghadapi berbagai kendala, mulai dari sanksi perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat hingga persaingan ketat di sektor teknologi 5G dan kecerdasan buatan. Meskipun pendapatan perusahaan tetap stabil, margin keuntungan terus tergerus akibat biaya yang lebih tinggi dan hambatan dalam rantai pasokan. Selain itu, beberapa negara Eropa juga mempertimbangkan untuk membatasi penggunaan peralatan Huawei dalam infrastruktur telekomunikasi mereka, yang dapat memperburuk tantangan bisnis bagi perusahaan ini.
Dalam upaya mempertahankan daya saingnya, Huawei telah menggandakan investasi dalam teknologi masa depan, termasuk kecerdasan buatan, komputasi awan, dan komponen semikonduktor. Bloomberg mencatat bahwa perusahaan ini terus berusaha mengembangkan teknologi mandiri guna mengurangi ketergantungan pada pemasok Barat, terutama di tengah pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh pemerintah AS. Namun, usaha ini tidak mudah mengingat kompleksitas teknologi yang dibutuhkan dan terbatasnya akses Huawei terhadap teknologi chip canggih yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan AS dan sekutunya.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Huawei adalah larangan akses ke teknologi chip canggih dari perusahaan-perusahaan AS, yang menghambat kemampuannya untuk memproduksi perangkat canggih seperti smartphone dan peralatan jaringan. The Wall Street Journal melaporkan bahwa meskipun Huawei telah mengembangkan solusi internal, seperti chip Kirin yang diproduksi secara domestik, keterbatasan dalam teknologi manufaktur chip masih menjadi tantangan besar. Meskipun begitu, Huawei tetap optimis dengan melakukan berbagai kerja sama dengan perusahaan semikonduktor lokal di China guna mempercepat pengembangan teknologi chip buatan sendiri.
Sementara itu, beberapa analis melihat strategi Huawei dalam meningkatkan investasi riset dan pengembangan sebagai langkah yang perlu untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. CNBC melaporkan bahwa meskipun strategi ini membebani keuangan perusahaan dalam jangka pendek, Huawei berupaya untuk membangun fondasi teknologi yang lebih kuat agar dapat bersaing di pasar global yang semakin kompetitif. Dalam jangka panjang, perusahaan ini berharap dapat menciptakan ekosistem teknologi yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada pasokan dari negara-negara Barat yang saat ini masih mendominasi industri semikonduktor.
Selain sektor teknologi, Huawei juga mulai melakukan diversifikasi ke berbagai bidang lain, termasuk kendaraan listrik dan layanan cloud computing. Nikkei Asia mencatat bahwa ekspansi ke sektor ini merupakan bagian dari upaya Huawei untuk mengurangi ketergantungan pada bisnis perangkat keras dan membangun aliran pendapatan baru di tengah tekanan regulasi dan kompetisi yang meningkat. Huawei telah meluncurkan beberapa model kendaraan listrik bekerja sama dengan produsen mobil China dan mulai memperkenalkan layanan cloud untuk sektor bisnis dan pemerintah guna memperkuat posisinya di industri digital.
Dampak dari kebijakan Huawei dalam meningkatkan investasi riset dan pengembangan juga dirasakan dalam industri teknologi global. The Guardian melaporkan bahwa langkah Huawei ini dapat mendorong perusahaan-perusahaan lain, termasuk kompetitor global seperti Samsung dan Apple, untuk meningkatkan investasi mereka dalam inovasi teknologi. Selain itu, industri telekomunikasi global juga mengalami perubahan besar akibat strategi Huawei dalam mengembangkan teknologi jaringan generasi berikutnya, seperti 6G, yang diklaim akan lebih canggih dan efisien dibandingkan dengan 5G.
Dengan meningkatnya tekanan dari pemerintah AS serta tantangan di pasar global, banyak pihak yang menantikan bagaimana Huawei akan beradaptasi dengan kondisi yang terus berubah. Sementara investasi besar dalam penelitian dan pengembangan menunjukkan komitmen perusahaan terhadap inovasi, tantangan geopolitik dan keterbatasan teknologi chip tetap menjadi faktor penentu dalam masa depan Huawei di industri teknologi global. Jika Huawei mampu melewati hambatan ini, perusahaan berpotensi menjadi pemimpin dalam industri teknologi masa depan dan memperkuat dominasinya di sektor digital di berbagai belahan dunia.