(Business Lounge – Global News) Harley-Davidson, ikon sepeda motor asal Amerika Serikat, menghadapi tantangan besar di pasar Eropa akibat potensi kenaikan tarif sebesar 50% yang akan diberlakukan Uni Eropa pada April mendatang. Langkah ini merupakan bagian dari tindakan balasan terhadap kebijakan perdagangan AS yang telah mempengaruhi berbagai sektor industri. Dengan pasar Eropa sebagai pasar terbesar kedua bagi Harley-Davidson, dampak dari kebijakan ini bisa menjadi pukulan berat bagi perusahaan yang sudah menghadapi tekanan dari berbagai arah.
Menurut laporan The Wall Street Journal, tarif ini dapat menyebabkan harga sepeda motor Harley-Davidson melonjak hingga angka enam digit di beberapa negara Eropa. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dan bisa semakin menghambat penjualan perusahaan yang sudah menghadapi tantangan dari penurunan permintaan di kawasan tersebut. Sepeda motor Harley-Davidson sudah dikenal sebagai produk premium dengan harga yang tidak murah di mana pun, tetapi tarif tambahan ini bisa menjadikannya semakin tidak terjangkau bagi konsumen Eropa.
Harley-Davidson telah lama menjadi simbol kebanggaan Amerika, dengan sejarah panjang yang berkaitan dengan kebebasan dan petualangan di jalan terbuka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan telah berjuang untuk menjaga daya saingnya, terutama di pasar internasional. Menurut laporan Reuters, Harley-Davidson telah melihat penurunan penjualan di berbagai wilayah, terutama karena perubahan preferensi konsumen dan meningkatnya persaingan dari produsen sepeda motor lain, termasuk merek-merek dari Jepang dan Eropa.
Dengan adanya ancaman tarif ini, Harley-Davidson kini harus menghadapi tantangan tambahan dalam mempertahankan pangsa pasarnya di Eropa. Tarif 50% yang akan diterapkan oleh Uni Eropa tidak hanya akan meningkatkan harga jual, tetapi juga bisa membuat sepeda motor Harley kehilangan daya tariknya dibandingkan dengan merek-merek lokal yang tidak terkena tarif serupa. Bloomberg melaporkan bahwa perusahaan telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak dari kebijakan ini, termasuk mempertimbangkan opsi produksi di luar Amerika Serikat guna menghindari tarif tinggi.
Namun, langkah ini bukan tanpa kontroversi. Harley-Davidson pernah mendapat kritik keras dari berbagai pihak, termasuk Presiden Donald Trump, ketika perusahaan mengumumkan rencana untuk memindahkan sebagian produksinya ke luar negeri guna menghindari tarif yang diberlakukan Uni Eropa pada 2018. Trump bahkan secara terbuka mengecam keputusan tersebut dan mengancam akan memberlakukan pajak tambahan pada perusahaan yang mencoba menghindari kebijakan perdagangan AS. The Financial Times mencatat bahwa situasi ini menempatkan Harley-Davidson dalam posisi sulit, di mana mereka harus memilih antara mempertahankan basis produksi di AS atau memastikan keberlanjutan bisnis mereka di pasar luar negeri.
Selain itu, pasar sepeda motor global juga tengah mengalami perubahan besar. Permintaan terhadap sepeda motor besar seperti Harley-Davidson telah mengalami penurunan di banyak negara, termasuk di AS dan Eropa. Menurut analisis dari CNBC, generasi muda cenderung lebih memilih kendaraan yang lebih ramah lingkungan, lebih hemat bahan bakar, dan lebih praktis dibandingkan dengan sepeda motor besar yang identik dengan konsumsi bahan bakar tinggi dan emisi yang lebih besar. Faktor ini semakin memperburuk posisi Harley-Davidson di pasar yang sudah penuh tantangan.
Di sisi lain, Harley-Davidson masih memiliki basis pelanggan yang setia, terutama di kalangan penggemar sepeda motor klasik. Menurut laporan Forbes, loyalitas pelanggan ini menjadi salah satu aset terbesar perusahaan, tetapi belum cukup untuk mengatasi tantangan yang dihadapi di pasar global. Jika tarif Uni Eropa benar-benar diterapkan, perusahaan mungkin harus mencari cara baru untuk mempertahankan daya saingnya, baik dengan strategi harga, peningkatan fitur, atau ekspansi ke segmen pasar yang lebih luas.
Salah satu strategi yang bisa diterapkan oleh Harley-Davidson adalah memperluas jangkauan produknya ke segmen kendaraan listrik. Perusahaan telah memperkenalkan LiveWire, sepeda motor listrik pertama mereka, sebagai bagian dari upaya untuk menyesuaikan diri dengan tren industri yang semakin berfokus pada keberlanjutan. The New York Times melaporkan bahwa meskipun respons awal terhadap LiveWire cukup positif, tantangan dalam mengadopsi teknologi listrik masih menjadi kendala utama, terutama dalam hal harga, infrastruktur pengisian daya, dan penerimaan pasar.
Tarif yang akan diberlakukan oleh Uni Eropa juga memiliki implikasi lebih luas bagi hubungan perdagangan antara AS dan Eropa. Ketegangan perdagangan antara kedua wilayah telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan berbagai kebijakan yang berdampak pada industri-industri utama, termasuk otomotif, pertanian, dan manufaktur. Politico mencatat bahwa kebijakan tarif ini merupakan bagian dari respons terhadap kebijakan perdagangan AS yang dianggap merugikan industri Eropa, sehingga Uni Eropa merasa perlu mengambil langkah balasan.
Bagi Harley-Davidson, situasi ini tidak hanya berdampak pada penjualan, tetapi juga pada citra merek mereka di Eropa. Jika harga sepeda motor mereka melonjak drastis, konsumen mungkin akan beralih ke merek lain yang lebih terjangkau, atau bahkan mempertimbangkan alternatif seperti kendaraan listrik dan sepeda motor yang lebih kecil. Hal ini bisa menyebabkan penurunan pangsa pasar yang signifikan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
Selain menghadapi tantangan di Eropa, Harley-Davidson juga harus bersaing dengan produsen sepeda motor lain yang semakin agresif dalam menawarkan produk mereka di pasar global. The Guardian melaporkan bahwa merek-merek seperti BMW, Ducati, dan Triumph terus berinovasi dengan menghadirkan sepeda motor yang lebih canggih, lebih ringan, dan lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen modern. Persaingan ini semakin mempersempit ruang gerak Harley-Davidson, yang harus beradaptasi dengan cepat untuk tetap relevan di industri yang terus berkembang.
Namun, Harley-Davidson bukanlah perusahaan yang mudah menyerah. Sejarah panjang mereka menunjukkan bahwa perusahaan ini memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah mencoba berbagai strategi, termasuk meluncurkan model-model baru, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperluas jangkauan pemasaran mereka ke pasar Asia. Nikkei Asia mencatat bahwa Asia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat bagi Harley-Davidson, dengan permintaan yang terus meningkat di negara-negara seperti India, China, dan Jepang.
Meski demikian, strategi ekspansi ini belum sepenuhnya berhasil mengkompensasi penurunan di pasar tradisional seperti AS dan Eropa. Oleh karena itu, Harley-Davidson harus menemukan solusi yang lebih efektif untuk menghadapi tantangan yang ada. Salah satu kemungkinan yang dapat mereka pertimbangkan adalah menjalin kemitraan dengan produsen lain untuk mengembangkan teknologi baru atau berbagi sumber daya guna mengurangi biaya produksi.
Harley-Davidson berada dalam posisi yang sangat sulit saat ini. Dengan ancaman tarif Uni Eropa yang dapat meningkatkan harga sepeda motor mereka secara drastis, perusahaan harus segera mencari solusi untuk mengatasi tantangan ini. Baik itu melalui inovasi produk, strategi pemasaran yang lebih agresif, atau pendekatan baru dalam kebijakan perdagangan, Harley-Davidson harus bertindak cepat agar tetap kompetitif di pasar global yang semakin kompleks. Bagaimanapun juga, masa depan industri sepeda motor sedang mengalami perubahan besar, dan hanya perusahaan yang mampu beradaptasi yang akan bertahan dalam jangka panjang.